Ada kenikmatan metropolis menghidupkan semacam ”mesin tanda.” Pabrik melambangkan atau menandakan reproduksi khayalan; petani tembakau sebagai lubang keintiman dari para penguap bentuk-bentuk nyata.
Tubuh berlangsung hingga dia (si perokok) menyerap dan melepaskan. Apakah terlepas dari cara teknologi atau aliran produksi selera (secara ontologis)? Agen perantara kenikmatan (petani) juga menjadi pendaur ulang kedua setelah tubuh dan kenikmatan (gairah purba) sebagai pendaur ulang pertama. Mereka tidak lagi menggunakan lagi gaya metaforis dalam kerja dadakan.
Itulah penjelmaan ilusi kenikmatan selama ini. Ilusi merupakan teknik perangsangan bagi kausalitas kenikmatan melalui rokok, kepatuhan atas peraturan dan pelarangan. Kenikmatan tidak mampu menampung sesuatu hal yang berlawanan dengan peraturan atau pelarangan rokok.
Misalnya, para pecandu rokok, bukan karena tidak memiliki daya beli.
Tetapi, mereka telah terjebak dengan nilai tanda kenikmatan, yang mereka sendiri tidak mengetahuinya asal muasal dan tujuannya.
Mereka kemudian mengetahui, bahwa kehendak murni praktis dari si perokok, yang dapat meneror kesehatan. Seorang pecandu rokok bisa saja menghancurkan dirinya sendiri, sekalipun tanpa ada peraturan atau pelarangan. Ia membutuhkan kelahiran kembali daripada mengeluarkan biaya, dan mengorbankan kealamiaannya untuk tidak berada dalam ruang kosong sampai kedalaman kejahatan kita sendiri mengambil permukaan paling berbeda?
Dari tubuh, ia menunjukkan suatu lompatan panjang yang berhenti di depan jurang yang dalam antara nafsu dan pembacaan.
Melalui sisi terang dari nafsu dan sebuah permainan untuk menyingkap wajah yang bloon dan payah.
Sekali kedalaman nafsu dan citra terbungkus dalam fragmen dibuat lebih menarik dibanding pikiran yang mengaburkan jejak-jejaknya melalui tubuh. Dari suatu cara keluar dari perangkap fantasi dan kenikmatan yang melelahkan.
Lain lagi, penciuman terhadap obyek bau yang tajam, godaan dan suara melebihi kekerasan nalar. Apa yang kita lihat tentang keluguan orang-orang tetapi bergairah tinggi (seperti petani atau kaum nestapa) berbeda dengan penciuman dari orang-orang yang haus kemuliaan.
Keluguan adalah nyanyian sunyi tumbuh diantara gairah diri, meledak diluar nilai kemuliaan.