Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aku Tidak Tahu, Mengapa Tulisanku Sulit Dipahami?

30 Juli 2024   12:33 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Tubuhi berlangsung hingga dia (si perokok) menyerap dan melepaskan. Apakah terlepas dari cara teknologi atau aliran produksi selera (secara ontologis)? Agen perantara kenikmatan (petani) juga menjadi pendaur ulang kedua setelah tubuh dan kenikmatan (gairah puba) sebagai pendaur ulang pertama. Mereka tidak lagi menggunakan lagi gaya metaforis dalam kerja dadakan. Itulah penjelmaan ilusi kenikmatan selama ini. Ilusi merupakan teknik perangsangan bagi kausalitas kenikmatan melalui rokok, kepatuhan atas peraturan dan pelarangan. Kenikmatan tidak mampu menampung sesuatu hal yang berlawanan dengan peraturan atau pelarangan rokok.

Misalnya, para pecandu rokok, bukan karena tidak memiliki daya beli. 

Tetapi, mereka telah terjebak dengan nilai tanda kenikmatan, yang mereka sendiri tidak mengetahuinya asal muasal dan tujuannya.

Mereka kemudian mengetahui, bahwa kehendak murni praktis dari si perokok, yang dapat meneror kesehatan. Seorang pecandu rokok bisa saja menghancurkan dirinya sendiri, sekalipun tanpa ada peraturan atau pelarangan. Ia membutuhkan kelahiran kembali daripada mengeluarkan biaya, dan mengorbankan kealamiaannya untuk tidak berada dalam ruang kosong sampai kedalaman kejahatan kita sendiri mengambil permukaan paling berbeda?

Dari tubuh, ia menunjukkan suatu lompatan panjang yang berhenti di depan jurang yang dalam antara nafsu dan pembacaan. Melalui sisi terang dari nafsu dan sebuah permainan untuk menyingkap wajah yang bloon dan payah.

Sekali kedalaman nafsu dan citra terbungkus dalam fragmen dibuat lebih menarik dibanding pikiran yang mengaburkan jejak-jejaknya melalui tubuh. Dari suatu cara keluar dari perangkap fantasi dan kenikmatan yang melelahkan.

Lain lagi, penciuman terhadap obyek bau yang tajam, godaan dan suara melebihi kekerasan nalar. Apa yang kita lihat tentang keluguan orang-orang tetapi bergairah tinggi (seperti petani atau kaum nestapa) berbeda dengan penciuman dari orang-orang yang haus kemuliaan. Keluguan adalah nyanyian sunyi tumbuh diantara gairah diri, meledak diluar nilai kemuliaan.

Berbeda dengan upaya yang tidak diukur dengan benda-benda, maka mengubur kelesuhan jiwa, menguapnya hasrat, dan melaratnya mimpi, berakhir ketika ruang benda-benda dan citra cermin mengambil tempat yang tidak dapat melepaskan dirinya dari pengurungan ringan dari fragmen besar manusia begitu rawan tetap banyak belajar tentang dirinya. 

Bahwa ia dianugerahi jiwa yang tersembunyi selain ketajaman penciuman. Jiwanya telah ditiupkan suatu semangat untuk mengenal lebih dekat dirinya melalui ketidakadiran makna dari ’petanda transendental’. Semakin banyak jenis binatang dinamai, maka tidak akan sama dengan  rahasia ruang kehidupan.  Betapa sangat ”nyata,” tubuh menjadi titik tolak bagi citra, halusinasi, dan dengan benda-benda yang mengeliling kita.

***

Melalui sebuah perpaduan alamiah, nama binatang memiliki pergerakannya sendiri, tetapi manusialah yang mengejar bayangan binatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun