“Nak Saipul, bagaimana kondisi nak gadis ini ?” Saipul lama terdiam, dia menjawab dengan gemetaran.
“Sakitnya sungguh berat Mak, bukan hanya sakit raganya saja, batinnya sangat terluka”
“Terlihat dari raut garis wajahnya, dari detak nadinya, dia sangat memendam duka lara, hatinya remuk redam”
Mak Raisah dengan mimik sedih, lalu menyela.
“Apa gerangan penyebab sakitnya nak gadis secantik ini, sedemikian parahnya, Nak Saipul ?”
Saipul termenung, diteguknya air dari daun kopi yang dibikinnya sendiri, duduk disamping Mak Raisah.
“Tentu, secara pasti saya juga tidak tahu Mak, cuma kita bermohon dan berusaha, semoga jika gadis ini siuman dan cepat pulih, nanti mungkin bisa Mak menggali cerita secara langsung dengannya, apa gerangan dia bisa sampai seperti ini.”
“Tapi Mak, bukan ananda mendahului Yang Kuasa, secara mata batin saya, mengatakan, dia seperti terkena guna-guna, terkena ajian gasing tengkorak tujuh rangka, dan kerasukan roh jahat. Gadis ini harus diobati dengan ramuan tujuh pusara bumi penopang samudera. Tentu Mak, kita akan menghadapi banyaknya dukun dan musuh yang menghalangi kesembuhannya.”
Mak Raisah terdiam.
Setelah sedikit tenang, Saipul melanjutkan ritual pengobatannya, dia berkomat kamit membaca doa pada segelas air, kemudian di percikkannya ke muka Sukma. Saipul beranjak duduk, di dekatinya Mak Raisah kembali.
“Mak jika si gadis sudah mulai siuman, minumkan air yang saya buatkan ini. Bilas selalu luka-luka ditubuhnya dengan air daun bangkai dan akar kayu mati yang sudah saya racik.”