“Oh gadis semolek dan secantik ini, separas segombang ini, mengapa engkau sampai begini, ada apa gerangan ? adakah pantangan nan terlanggar ? adakah kumbang nan menyerang ? adakah dendam nan tak tersampaikan ?”
“Okh nak gadis si elok wajah, bernasip malang, Mak Raisah akan merawatmu, tentram dan tenanglah tinggal di tempat ini, hilangkan gundah gulanamu.”
“Oh angin, oh bulan, oh bintang sampaikan kepada yang Kuasa, turunkanlah ajian pengobat luka, keluarkanlah sembilu hati nan lara, jika jauh dekatkanlah, jika dekat sembuhkanlah.”
Sukma masih tergolek pasi. Setelah Sukma dibersihkannya, dipanggilnya nama seseorang.
“Saipul..?”
“Yaa Maak..?” terdengar suara sangat sopan dari ruang beranda.
“Si gadis, sudah Mak bersihkan, luka-luka dan kotoran di badannya sudah mak lap dengan air.”
“Kesinilah Nak Saipul, bantulah Mak, semoga nanda bisa melihat dengan mata batin, apa gerangan yang terjadi pada gadis malang ini.”
Saipul mendekati Sukma nan terkulai, di usapnya kening Sukma dengan jari telunjuknya, dipegangnya aliran nadi di pergelangan tangan Sukma dengan jempol dan jari tengahnya, disentuhnya ujung kaki sukma. Saipul tersentak, dia terhenyak, wajahnya memerah, keringat bercucuran dari wajahnya.
Setelah mampu mengendalikan diri, Saipul meminum air putih dan duduk disamping Mak Raisah.
Mak Raisah membatin, seperti sudah mengerti apa yang terjadi. Dengan suara berat dia tanyakan juga bagaimana keadaan Sukma.