“Oh, begitu ceritanya.”
Aku mengangguk.
“By the way, dari tadi aku nggak melihat suamimu,”
“Mana?” tanyanya sambil celingak-celinguk ke kanan, ke kiri, ke depan dan ke belakang seperti pencuri yang takut ketahuan barang curiannya.
“Dia di rumah.”
“Oh, dia nggak mengantar? Dia mengijinkanmu ke luar sendirian?”
“Tadinya dia mau antar, tapi aku menolak.”
“Tak apa. Lagi pula aku ke luar juga tak terlalu jauh dari rumah.”
“Mm, oke.”
“Well, Nayla, boleh aku meminta nomor hape-mu?”
Aku menjadi kikuk. Namun, entah mengapa perasaanku berbunga-bunga saat dia meminta nomor hape-ku. Senang sekali berjuta rasanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!