Waktu terus terlewati. Namun, sudah seminggu belakangan ini, tidak ada sms dari Dika, panggilan telepon darinya juga tidak. Tidak ada kabar. Hape-ku sunyi. Aku tunggu-tunggu. Setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, kulirik layar hape-ku; berharap ada pesan masuk atau sekadar miss call dari Dika. Tapi, yang kulihat hanya walpaper tokoh kartun Mickey Mouse dan waktu yang menunjukkan pukul sekian pada layar hape-ku.
“Ada apa sih? Dari tadi kau melirik hape-mu terus?” tanya Rio.
“Ah, tidak apa-apa.” Ujarku.
Rio terdiam. Hening sesaat.
“Eh, tahu tidak dulu kau suka sekali ...” Tak lama Rio memecah hening.
Sepertinya lagi-lagi dia berusaha memulihkan ingatanku. Rio berceloteh terus, menceritakan ini, itu dan bla-bla-bla. Namun, aku tak mendengarkannya. Aku malah memikirkan: Dika. Dalam hati, aku bertanya-tanya mengapa Dika tidak sms aku seminggu belakangan ini, bahkan aku sms dia pun tak dibalas. Ada apa?
“Hei,”
“Hei, kau dengar aku tidak?”
“Ah! Maaf.”
“Kenapa sih?” tanyanya.
“Tidak apa-apa. Maaf.”