“Da..”
“Dari mana kau tahu,”
“Aku,”
“Ada di sini?” aku mulai bertanya dengan suara yang teramat pelan dan terdengar terbata-bata. Detak jantungku berdetak tak menentu.
Rio menghela nafas panjang.
“Dari tadi aku mengikutimu.”
Aku terisak tangis.
“Maaf” tiba-tiba satu kata itu melompat keluar dari mulutku.
“Maafkan aku.” Lanjutku sambil terisak.
Rio memelukku dan menepuk-nepuk punggungku. Baru kurasakan dekapan hangat tubuhnya. Saat itu, kurasakan tubuhku seperti kesetrum. Kesetrum aliran cinta.
“Dika itu mantanmu. Mantan yang telah menyakitimu. Sewaktu kau sedang patah hati, kau bertemu aku di sebuah halte. Melihatmu menangis, aku menyodorkan tisu untukmu. Dan, saat itulah kita dekat, dekat dan semakin dekat, hingga kita memadu kasih, mengukir cerita cinta, tak lama aku meminangmu, lalu kita menikah.” Jelasnya.