Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Miranda

6 November 2020   05:00 Diperbarui: 6 November 2020   05:10 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengunci warung, menguntit Ibu yang pergi melayat bersama Mbok Darmi. Di depan rumah berbendera kuning, banyak orang menangis. Mungkin keluarganya yang tak rela kehilangan seseorang yang mereka kasihi. Sisanya kudengar bisik-bisik warga menyalahkan Miranda.

"Lagi-lagi ada yang mati karena Miranda! Bagaimana jika kita panggilkan orang pintar untuk mengusir arwah Miranda dari desa ini?"

Pria bertubuh tambun membuka suara.

"Setuju!"

Seorang lainnya menanggapi, disusul puluhan warga lainnya.

"Itu tidak benar! Miranda tak mungkin membunuh. Dia tak bersalah. Aku telah melihatnya beberapa hari yang lalu dan aku masih hidup!"

Aku membantah.

"Siapa kau!"

Pria tambun mengarahkan tanya padaku. Matanya melotot, seperti kepala cacing yang keluar dari tanah.

"Aku..."

Buru-buru Ibu menarik tanganku. Aku tersentak. Menyembunyikanku di balik tubuhnya. "Maaf, anak ini suka berhalusinasi. Jangan percaya pada ucapannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun