Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Miranda

6 November 2020   05:00 Diperbarui: 6 November 2020   05:10 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapakmu sudah mati bersama diri Ibu yang dulu. Mata Bapakmu hanya tertuju pada tubuh dan paras para wanita penggoda, sedangkan Ibu jauh dari apa yang Bapakmu inginkan."

Aku tak mengerti, apa kira-kira semua pria dewasa memiliki sifat seperti Bapak. Lalu mengapa sebelumnya mereka menggilainya jika kemudian diludahkan begitu saja. Apa jika wanita telah melahirkan seorang anak maka wangi tubuhnya akan pudar dan mengeluarkan bau busuk sehingga para pria meninggalkannya? Akankah ketika aku menjadi dewasa kelak akan seperti para pria itu? Seperti Bapak?

Semoga tidak. Terlebih lagi menjadi pria-pria yang hanya ingin menikmati tubuh perempuan muda secara cuma-cuma seperti yang telah terjadi pada Miranda. Aku pernah kehilangan mainan kesayanganku. Ketika aku menemukannya, mainanku telah patah pada rodanya. Aku menangis seharian. Sedih bergelayut di dada. Seolah-olah aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku. Terlebih sakit pada hati Miranda kala itu ketika ia dapati masa depannya patah oleh pria hidung belang yang juga mencuri nyawanya.

Kemudian aku mulai memikirkannya. Menggauli Miranda dalam angan-angan. Hingga ketakutanku mulai berkawan dengan hal-hal mengerikan yang kala itu dialami oleh Miranda. Jasad Miranda dikubur begitu saja tanpa nisan, tanpa penghormatan, selain aib yang ditaburkan di atas tanahnya.

Aku menjadi mengerti mengapa Miranda suka duduk menyendiri di depan sana, memilin rambutnya lalu menatap matahari. Miranda mungkin ingin seseorang sudi mendengar kecewanya juga menampung pedih pada kedua matanya, atau mungkin Miranda ingin dicintai?

*

"Jangan buka warung ini sebelum Ibu kembali."

"Ibu mau pergi?"

"Melayat Pak Sardi. Mendadak mati subuh tadi. Kabar yang terdengar, sebelumnya Pak Sardi melihat Miranda di depan sana."

Deg!

Tidak mungkin. Aku juga melihat Miranda dan aku masih hidup. Bukankah seharusnya aku juga bernasib sama dengan Pak Sardi? Hal ini tak bisa dibiarkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun