"Atau Fred saja? Fred! Ya, Tuhan! Di mana dia!" Pekikku panik menyadari ketidakhadiran Fred.
"Ah, iya. Saya lupa memberitahu karena sudah panik. Tadi dia pamit masuk ke hutan mau buang hajat," ujar Pak Lukman.Â
"Ya, ampun. Saya juga lupa seketika dengan dirinya."
Tiba-tiba terdengar suara peluit dari kejauhan.Â
"Oh, itu pasti dia. Semuanya tolong tunggu di sini ya? Saya dengan bapak ini mau menjemputnya," kataku sambil mengajak petugas hutan menuju suara peluit tersebut. Karena ia lebih hapal jalan-jalan di sini.Â
"Itu dia!" teriakku begitu melihat Fred berdiri di jalan setapak.
"I'm sorry. Maafkan. Saya tersesat, tidak tahu arah kembali ke rombongan.Â
"Iya, tak apa-apa. Ayo, segera naik ke motor. Tak apa berhimpitan. Karena yang lain sudah panik dengan situasi ini."
Tak lama aku dan Fred sudah bergabung lagi dengan rombongan. Wajah-wajah letih dan lapar terpancar jelas di sana.
"Yang di tasnya ada secuil makanan silakan berbagi. Untuk mengganjal perut dan sumber tenaga. Ini saya ada beberapa air mineral. Silakan berbagi ya?"
Anggi segera mengeluarkan beberapa batang cokelat dari dalam tasnya. Prita mengeluarkan beberapa snack juga dari dalam tasnya.