"Pak Lukman! Saya pinjam handphonenya lagi ya?" Kataku merasa tak enak hati.Â
"Oh, silakan, silakan!"
Dengan segera kuraih handphone yang disodorkan padaku.
"Hallo pak! Ini saya Denika dari....."
Kuceritakan peristiwa yang kualami bersama rombongan yang kubawa kepada penjaga hutan. Empat orang tersisa yang tidak bisa diangkut saat ini juga, dengan terpaksa harus bermalam di rumah penjaga hutan.Â
"Apa? Hanya ada sepeda motor? Mobilnya belum kembali dari kota?" pekikku.
"Baiklah, baiklah. Saya tunggu ya, Pak! Segera. Terima kasih."
Kulirik jam dipergelangan tangan. Sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih 30 menit. Malam akan segera turun. Aku harus menenangkan rombongan.
"Bapak, ibu dan kakak-kakak sekalian. Alhamdulillah bala bantuan sudah meluncur ke sini. Untuk mobil, karena hanya ada mobil sedan yang cukup untuk empat orang saja. Maka saya putuskan, Pak Lukman sekeluarga ikut mobil berikut Pak Her."
"Aku ikut mobil ya, Kak," rengek Kanaya. "Aku tidak mau bermalam di hutan. Aku takut."
"Ada aku, Kanaya. Kita datang sama-sama. Pulang pun sama-sama," sahut Anggi dengan sedikit penyesalan karena telah mengajak Kanaya dalam situasi seperti ini.