"Ya, ampun! Itu Anggi ya? Ada apa dengannya?" kataku sambil bergegas menghampirinya.
"Kenapa dengan kakimu," tanyaku kuatir.
"Terkilir, Kak. Tadi terpeleset saat aku selfie di sana."
Emosiku terpatik mendengar penjelasannya. Musibah yang menimpanya membuat beban ku bertambah berat.
"Ya, Tuhan. Kamu kenapa sih masih sempat-sempatnya selfie dalam kondisi seperti ini. Saya bilang kan duduk saja di sana sambil menunggu bala bantuan," kataku dengan nada tinggi. Aku benar-benar senewen. Emosiku tersulut karena menghadapi semua sendirian.
"Maaf ya, Kak!"
"Ya," sahutku sambil memapahnya untuk duduk di dekat rombongan.
Saat itu sekilas kulihat Kevin mulai gusar meski dalam pelukan mamanya.Â
"Sabar, ya sayang. Mobil bantuan sudah meluncur ke sini kok," kataku berusaha menghibur dirinya.
"Tidak sampai larut malam kan ya? Soalnya kalau kedinginan, apalagi udara malam. Asmanya bisa kambuh," terang mama Kevin, Prita.
"Oh, tidak Bu. Perkiraan sekitar 2 jam 15 menitan kok jarak tempuh ke sini. Sabar ya, Bu."