Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengingat-kembali Komodifikasi Keislaman di Televisi Era 2000-an

20 April 2023   07:30 Diperbarui: 29 April 2023   19:46 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meliat komodifikasi keislaman di televisi Indonesia era 2000-an. Sumber: Shutterstock via kompas.com

Dalam konteks itulah tulisan ini berawal. Tulisan ini berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai keagamaaan pada era 2000-an mengalami komodifikasi dalam media televisi. Adapun yang lokus kajian ini adalah bagaimana nilai-nilai keislaman dikomodifikasi oleh televisi sehingga sangat mungkin mengalami pergeseran-pergeseran orientasi dan nilai. 

Setelah mengalami komodifikasi, saya berasumsi bahwa akan muncul representasi baru wajah Islam dalam televisi. Oleh karena itu, tulisan ini memperlakukan tayangan bernuansa Islam di televisi sebagai teks yang mempunyai makna tertentu. Untuk itulah teori representasi akan digunakan sebagai kerangka analisis guna mendapatkan deskripsi makna- makna tersebut.

Representasi dalam kajian budaya bisa didefinisikan sebagai produksi makna/wacana melalui melalui bahasa, termasuk di dalamnya bahasa visual (Hall, 1997). Banyak rangkaian citra visual, dalam majalah maupun televisi, bisa memunculkan representasi ideologis tertentu. 

Teori representasi dengan demikan memperlakukan tayangan televisi sebagai teks visual yang mempunyai makna tertentu yang bisa ditemukan oleh seorang pengkaji. Makna bisa mengkonstruksi wacana dan pengetahuan yang cenderung mementingkan ideologi kelompok sosial tertentu. 

Dengan demikian, asumsi dasar dari tulisan ini menganggap bahwa dalam tayangan bernuansa Islami dalam televisi swasta nasional pada era 2000-an sebenarnya memunculkan wacana dan pengetahuan baru tentang Islam yang sangat mungkin menghasilkan implikasi-implikasi kultural dalam kehidupan masyarakat.

Memahami Komodifikasi dan Industri Budaya

Komodifikasi, standardisasi, dan massifikasi merupakan terminologi yang digunakan oleh para pemikir kritis Mazhab Frankfurt, terutama Theodor Adorno (1997) dalam menyoroti perkembangan industri budaya di Eropa dan Amerika. 

Industri budaya merupakan produk kultural yang dihasilkan oleh proses industri yang mengedepankan komodifikasi, massifikasi, dan standardisasi, sehingga masyarakat luas bisa menikmatinya dengan biaya relatif terjangkau. 

Komodifikasi dalam industri budaya bisa didefinisikan sebagai usaha dari pengelola media untuk menjadikan realitas sosial dan budaya dalam masyarakat sebagai komoditas dalam media. "Standardisasi" mengacu pada bentuk produk media yang serba seragam dan serupa satu sama lain, beda kulit sama isi. 

Sementara, massifikasi lebih merujuk pada produksi produk-produk media dalam jumlah yang cukup massif dan ditujukan bagi konsumen yang massif pula. Ujung dari semua itu adalah orientasi keuntungan.

Hirsch (1972) menggunakan istilah industri budaya untuk merujuk pada perusahaan-perusahaan yang mencari keuntungan dengan cara memproduksi produk budaya yang ditujukan untuk distribusi secara nasional (atau bahkan internasional). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun