Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme

18 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

            Kaum postmodern melihat bahwa apa yang selama ini diperjuangkan oleh masyarakat modern, yaitu penemuan titik pusat adalah sia-sia karena yang disebut sebagai titik pusat itu tidak ada. Tidak ada kebenaran mutlak. Karenanya postmodernist menganggap bahwa modernist terlalu mengagungkan rasio. Mereka telah menjadikan diri mereka seperti tuhan  yang berkuasa untuk  menguasai, mengontrol.

 

            Menurut pemikir postmodern, modernistis terlalu berlebihan menganggap diri sebagai penentu realitas. Mereka mengatakan bahwa satu-satunya hal yang telah dirusak oleh masyarkat modernist adalah hakikat bahasa. Masyarakat modernist menganggap bahwa bahasa itu mampu menangkap realitas dan membahasakannya kembali kepada manusia. Maka, berangkat dari persoalan ini, postmodern mencoba memperbaikinya.

 

Pengembalian Hakikat Bahasa

 

            Tanggapan postmodern atas pemikiran manusia modern ialah mengangkat kembali hakikat bahasa yang selama ini diabaikan oleh mereka. Selama ini hakikat dan penggunaan bahasa telah direduksi oleh manusia modern ke dalam prinsip rasionalitas. Menurut manusia postmodern, bahasa harus dikembalikan kepada dirinya sendiri.

 

Pemikiran Postmodernisme ini, bisa dilihat melalui pemikiran tokoh-tokohnya. Tokoh yang pertama ialah Gada Nietzsche. Ia menghancurkan modernisme dengan mengajukan persoalan tentang bahasa yang tidak dapat dijawab oleh modernisme. Ia mulai membangun kembali hakikat bahasa yang sebenarnya yaitu sebagai suatu kesepakatan sosial.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun