Â
      Persoalan bahasa beralih dari mediator ke centrum. Maka perlu imajinasi dalam bahasa. Fungsi imajinasi ini ialah untuk memberi konteks pada pengalaman sehingga pengalaman tidak sekedar dibahasakan tetapi lebih digambarkan. Imajinasi memungkinkan terciptanya pengetahuan dialog antara subjek dan objek secara representasional.[10]
Â
Sumbangan Postmodernisme atas Bahasa Teologi
Â
Bahasa Fiktif dan Realitas yang Fiktisius
Â
      Sumbangan pemikiran postmodern terhadap bahasa teologi ialah kesadaran dalam memahami relasi antara bahasa dan realitas. Menurut postmodern, realitas itu memiliki sifat yang abiguitas dan elusivitas. Itu artiya ia tidak dapat dengan mudah ditangkap oleh aka budi manusia. Membahasakan realitas oleh manusia adalah aktifitas yang didasarkan pada keterbatasan mausiawi. Oleh karena itu bahasa mausia dalam berelasi dengan realitas adalah bahasa fiksi yang fiktif.
Â
      Realitas itu memang tidak mudah ditangkap oleh persepsi spontan inderawi. Usaha mausia untuk menciptakan fiksi dalam bereasi dengannya ialah dengan menggunakan metaphor. Metaphor ialah segala proses kegiatan penciptaan (transferensi, interpretasi, rumusan dogma, symbol, institusi) atau sebagai sarana artificial untuk mengartikulasikan apa yang real. Dengan kata lain, usaha manusia sudah selalu fiksi yang fiktif kenyataan hidup manusia (realitas) adalah senantiasa fiktisius. Karenanya manusia perlu siap merendahkan diri dan budi di hadapan realitas dan dunia.[11]Â
Â