Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme

18 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kejatuhan Modernisme

 

            Modernistis sangat memimpikan kebebasan yang sedemikian tingginya. Kebebasan ini nantinya akan membungkam segala otoritas di luar diri manusia sendiri. Otoritas tertinggi diberikan kepada akal budi manusia.

 

Kebebasan modernistis ialah kebebasan dalam lingkup individu, pribadi-pribadi. Setiap manusia adalah pribadi yang otonom dan berhak atas nasibnya sendiri. Mereka tidak terikat pada otoritas manapun selain akal budinya.

 

            Namun dalam perjalanan waktu, mereka menjadi gerah terhadap dirinya sendiri, dunia dan tempat mereka bermukim. Dengan rasionalitas, manusia menyadari dirinya sebagai yang bisa menguasai dan mengontrol dunia serta realitas. Mereka telah menjadikan rasionalitasnya sedemikian tinggi dan ternyata telah malampaui apa yang menjadi tempat yang semestinya. Mereka sadar bahwa mereka telah menjadikan diri mereka sebagai tuhan atas seluruh realitas yang ada dan karenanya mereka telah melenyapkan yang transenden yang sebelumnya adalah objek pemikirannya selama ini.

 

            Usaha modernistis adalah usaha untuk menemukan titik pusat kebenaran yaitu diri manusia itu sendiri melalui akal budinya. Mereka menyebut manusia sebagai sang individu rasional. Abad-abad berikutnya, muncul kesadaran akan kesia-siaan usaha mereka untuk menemukan titik pusat yang ternyata diyakini tidak ada. Tidak ada yang dapat dijadikan titik pusat sebagai patokan terlebih ketika itu berasal dari manusia yang ternyata adalah makhluk yang lemah. Maka usaha mereka dinilai sia-sia karena hanya akan mengahasilkan fiksi hasil kreasi pemikiran manusia. Manusia hanya tinggal pada kata-kata tentang realitas dan antara kata-kata dengan realitas terbentang jurang yang tidak bisa diseberangi.

 

Tanggapan dari Postmodern

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun