"Assalamu'alaikum mbak Adellia" Sapa orang dari belakangku.
"Wa'alikumussalam" Jawabku sembari menoleh ke  arah suara itu muncul."Maaf mbak, besok-besok, kalau makai parfum, sewajarnya aja ya mbak, tahu hukumnya kan?" Tambahnya.
Spontan, aku mengambil jurus seribu langkah, diiringi hati yang dongkol, sebel, muak dengan apa yang baru saja terlontar dari lisannya; Wahyu Hadi.
"Bagaimana bisa dia menasehati aku, suami bukan, pacar pun bukan. Ya...meskipun aku pernah satu kepanitiaan sama dia, selalu jalan bertiga saat di Matruh. Tapi itu sebatas kenal aja, menyebalkan " Celotehku dalam hati.
"Parfumku wangi banget ya?" Tanyaku pada Syifa sahabatku.
"Biasa aja, kenapa emangnya?" Jawabnya.
"Nggak papa, nanya aja" Jawabku asal.
"Ada yang ngritik?" Tanyanya kemudian.
"Tuh, si Wahyu Hadi. Masa' dia bilang begini ke aku "Maaf mbak, besok-besok, kalau makai parfum, sewajarnya aja ya mbak, tahu hukumnya kan, tahu hadisnya juga kan?", nyebelin nggak sih tuh cowok, kenal juga nggak, sok akrab lagi" Ucapku dengan nada kesal.
"Biasa, cowok emang sukanya begitu, ngritik aja kerjaannya. Kalau kita makai jilbab bergo, di bilangnya kita malas pakai jilbab, giliran kita pakai jilbab di putar-putar, di bilangnya, kita hoby dandan. Dasar cowok, aneh" Jawabnya tak mahu kalah.
"Stop ngomongin cowok" Pintaku pada Syifa.