Ahh..Wahyu Hadi, kepribadianmu, sopan santunmu, membuatku ingin merangkai sekuntum bunga mawar merah di syurga kelak, lalu sejuta bintang kau bawakan untukku.
"Astaghfirullah. Kenapa aku memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupanku?" gumamku.
"Aku tidak mahu mengulangi kesalahanku satu tahun silam, aku tidak mahu jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Allahu Robby, ampunilah hambamu, bimbinglah hambamu ini. ya, seoarang hamba yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya!" bisikku membatin.
Detik berganti menjadi menit, menit berganti menjadi jam, jam berganti menjadi hari, hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan, bulan berganti menjadi tahun.Ya..kurang lebih satu tahun aku menghilang dari dunia organisasi, selain orang tuaku tidak lagi mengizinkan aku untuk terjun dalam dunia yang penuh serba-serbi dengan sejuta kegiatan itu, aku juga ingin cepat-cepat menyelesaikan program S1-ku ini.
Aku ingin segera pulang ke tanah airku tercinta, Â bertemu dengan orang-orang yang selalu merindukan kehadiranku dalam pelukan kasih sayangnya; Ayah dan Ibu.Selama setahun aku hanya berkutat pada studyku saja.
Pagi, siang, sore, petang, malam. Buku diktat kuliyah tak pernah lepas dari genggamanku.Imtihan termin awal telah kulalui dengan mulus tanpa ada terjalan kerikil, begitu juga dengan imtihan termin tsani; sangat indah kurasa."Sepertinya tahun ini predikat MUMTAZ ada dalam genggamanku. Amin ya Robb". Gumamku dalam hati.
Hamamah Hud-hud membawaku terbang ke singgasana Tuhan, menerobos dinding-dinding awan, bak pesawat terbang yang sedang melaju kencang. Aku duduk tepat di atas kepak sayap kiri sang hamamah, tiba-tiba sayap yang aku duduki itu patah, dan akupun terjatuh lunglai ke bumi.Itu adalah sebuah mimpi yang hampir setiap hari datang menghampiriku, ya..datangnya tak di undang dan perginya pun tak di antar.
Akhirnya nilai kenaikan tingkat pun telah tertempel pada dinding kampus yang kian hari kian mencoklat termakan lapuknya usia.Ku cari namaku; Adellia Sofwan pada lembaran kertas natijah yang melekat pada bibir dinding kampus, tapi tak ku temukan juga.Tanganku bergetar hebat, jantungku berdebar kencang, kakiku lemas, lunglai bak kaki tak bertulang.
Ku rebahkan sebentar tubuhku ini ke anak tangga yang berada tepat di samping tempelan-tempelan kertas natijah.Tiba-tiba tepat di bawah kakiku, terlihat ada sobekan kertas berwarna putih agak kusam, seketika itu ku meraihnya dengan jantung yang berdegup kencang diiringi getaran tangan yang dahsyat. Bismillah..ku ambil pelan-pelan sobekan kertas yang tepat di bawah kakiku, lalu aku membukanya, dan DUAR..DUAR..DUAR. Namaku; Adellia Sofwan dengan predikat JAYYID.
"Jayyid, jayyid, jayyid, pagi, siang, sore, petang dan malam aku tak terpisahkan dengan muqorrorku. Aku puasa. Aku belajar terus menerus, kenapa yang kudapat hanya predikat jayyid" Gumamku dalam hati.
Sesampai di rumah, aku hanya diam di kamar dan mengunci pintu kamarku rapat-rapat. Aku tidak ingin diganggu oleh siapapun. Aku ingin menyendiri. Aku ingin tidur selamanya. Seakan-akan aku tidak ingin menatap hari esok.