Jujur, aku bingung. Jika otakku lambat untuk bergerak, tetapi mngapa aku mengerti percakapan antara dokter itu dengan bapak, dalam bahasa Inggris? Entahlah ....
Aku menatap bapak dan ibuku. Aku melihat wajah mereka. Ada kesedihan dan galau yang teramat sangat! Mereka berdiam diri beberapa saat, dan dokter itu memberi waktu untuk mereka mencerna kata2nya.
Aku benar2 diam saja, ketika dokter itu menunjukkan video hasil MRI otakku dan foto2 rongent otakku. Ketika foto2 rongent itu ditunjukkan kepada bapakku, dengan cara diletakkan di layar lampu depan tempat tidurku, aku bisa melihat dan mencernanya,
Ya, aku tetap bisa menberti apa yang ada di foto itu. Juga mengerti apa kata2 dokter itu. Otak kiriku ada ruang putih, yang ternyata ruang putih itu adalah darah kental yang merendam otak kiri ku itu.
Irisan2 otakku secara virtual, terpampang di depanku. Kedua orang tuaku serius mendengarkan paparan dokter itu. Dan, aku tetap diam seribu bahasa, setelah aku tenang karena pernyatan dokter tersebut.
Dokter itu, ternyata Dokert Gandhi, seorang dokter dari India yang bertuga di rumah sakit Katolik ini di San Francisco, sangat ramah. Dia terus tersenyum, walau sempat mendapat protest eras dengan pernyataannya.
Dia banyak berkata2, bahwa aku akan segera di terapi dengan berbagai metoda. Aku harus belajar minum. Aku harus belajar bergerak, bahkan aku pun harus belajar pipis!
Ya, aku baru sadar bahwa aku memakai katetr, setelah aku merasa gatal diselangkanganku, dan setelah kugaruk, ternyata ada selang disana.
Dan setelah Dokter Gandhi keluar dari kamarku, datang seorang susuter membawa 1 gelas dengan isi air mineral, serta semangkok eskrim, untukku.
Untukku? Koq? Koq eskrim?Â