Sabar! Ya, sabar!
Aku harus sabar untuk sembuh! Ya, aku harus sabar! Ku mau hidup! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau terkukung dari lingkaran tubuh lumpuhku! Aku mau bisa berbicara! Aku mau tetap bisa menjadi Christie yang dulu! Aku mau itu!
Ya! Aku harus bisa sagat bersabar! Sangat bersabar!
Saat itu, aku merasa berada seperti berada di neraka! Sepertinya, neraka dunia, ketika aku harus berpisah dari semua orang yang kusayangi ....
Ya, sekali lagi, aku memang harus bersabar.
"Bersakit2 dahulu dan bersenang2 kemudian, bukan? Aku akan bersenang2 seteah aku bersakit2 dahulu. Kata2 yang benar2 unik, karena aku benar2 kesakitan. Bukan hanya kata2 kiasan saja. Aku memang benar2 kesakitan ..."
Sabar memang harus terus aku jalanku. Sakitku ini menyadarkan aku bahwa aku harus belajar bersabar. Tidak seperti aku yang susah untk bersabar. Maunya terus segera, segera dan segera.
Proses belajar menelan, belajar minum dan belajr makan itu, harus dibarengi dengan proses belajar bersabar. Ya, Tuhan memang unik untuk mengajariku untuk belajar, termasuk belajar bersabar ......
Kesadaran2ku terus terbentuk. Ternyata, sakitku menyadarkanku. Sebuah kesadaran yang sebenarnya aku sudah tahu, tetapi aku terus mengabaikannya.
Bahwa, dengan sakitku, aku yang awalnya perfeksionis tentang apapun, justru aku harus bisa berpasrah dengan keadaanku sekarang.
Tuhan mau menggemblengku, Tuhan mau aku berserah, bukan pasrah. Tuhan amu aku bergantung pada DIA, atau setidaknya menurut pemikiranku, Tuhan mau aku tidak bergantung pada diriku sendiri dengan kepongahan2ku ......