Mengalir, beterbangan, bahkan hinggap sehelai Daun bertuliskan sejarah
Tentang cipta yang menjanjikan perkelahian, melahirkan tangisan dan menjauhkan tawa kita
Sri, adakah kebahagiaan yang kekal di hati layaknyaq puisi yang terlahir hari demi hari bertuliskan "SRI" namamu?
Sri, jika segalanya berlalu di jalan masa lalu, lantas apa itu masa depan?
Apakah hantu-hantu yang mendewasakanku dengan ketakutan; atau hanya bait-bait hidup yang tak jua lelah mencumbui tulisan?
Â
#CoffeeTime ~ Entah
Di sekelebat bayang-bayang penantian
Tiap waktu-Di setiap hela napasku
Â
Seketika dalam hening, entah siapa lah ini. Puisi ke tiga di "Ahh, tampaknya pagi ini saya ingin bercerita mengenai Pemulung perasaan. Bagaimana kalau kita sarapan dulu? Mumpung masih ada waktu satu jam menjelang mata kuliah Hukum Internasional pukul 09.00 Nanti? Ucap Sri."
(Hehheee ... ) Dengan tawa kecilnya yang khas, BD mengiyakan Sri yang sedikit tertegun memandang jauh ke arah Timur Matahari yang sedang gagahnya mengusik adanya embun di ribuan dedaunan yang tak bosan-bosannya melambaikan kenyamanan di mata para perindu semu.
Perjalanan mereka diiringi rasa sunyi. Yang berkuasa di antara mereka hanyalah deru mesin yang tak henti-hentinya melaju di jalanan ibu kota. Berselang beberapa detik, terdengar suara "Kemana tujuan kita?" ucap BD.