Dan senyum itu selalu Hary lihat setiap pagi. Ada rasa debar, kelegaan hati, saat melihat mobil Kasih muncul di pintu gerbang. Hary berlari-lari kecil, sigap membuka pintu gerbang."Pagi, Mas Hary," sapa Kasih sambil senyum.Â
"Pagi, Mbak...!"
Kejadian-kejadian kecil seperti itu, Hary merasakan hidupnya lebih bergairah. Setiap pagi membuka pintu gerbang, sapaan-sapaan ringan, senyum, dan adakalanya ia disuruh membawa barang-barang dari mobil Kasih ke lantai dua, tempat ruangan Kasih.Â
Seperti saran pamannya, Hari juga tak berani bermimpi terlampau jauh. Hary juga yakin ada karyawan pria lain yang mempunyai perasaan yang sama seperti dirinya terhadap Kasih. Tapi semuanya hanya dipendam dalam hati. Hingga sampai suatu saat...!Â
***
Seminggu yang lalu...!Â
"Selamat pagi, Mbak Kasih...!"
"Pagi, Mas Hary. Oh, ya, tolong bawa laptop saya ke atas, juga kardus yang ada di jok belakang...."
"Siap, Mbak."
Siapa yang menduga, itu adalah percakapan terakhir Hary dengan Kasih. Sore harinya ia mendengar Kasih mengalami kecelakaan, mobilnya tertabrak kereta, terseret beberapa meter, dan Kasih tewas di tempat.Â
Terjadi kesedihan yang luar biasa pada seluruh karyawan, bahkan ada yang menjerit histeris hingga pingsan. Mereka merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Kasih.Â