***
"Begini Mas Hary...! Sebenarnya saya agak berat mengatakan ini, tapi harus saya sampaikan. Ini masalah dengan Mbak Kasih. Saya tidak tahu masalah apa yang terjadi antara Mas Hary dengan Mbak Kasih pada tanggal 19 Desember itu..., tapi Mbak Kasih merasa kurang nyaman.Â
"Mas Hary tahu kan  siapa Mbak Kasih? Kalau ada masalah dengan karyawan lain, mungkin saya punya pertimbangan lain. Tapi ini dengan Mbak Kasih...!Â
"Jadi, maaf, Mas Hary harus mengundurkan diri dari perusahaan ini...!"
Hary hanya diam menatap Pak Danu. Pikirannya kosong. Hanya kini ia merasakan seperti terpelanting sangat tinggi, lalu terhempas jatuh.Â
"Ini pesangon Mas Hary. Sebenarnya Mas Hary belum bisa dapat pesangon, karena belum setahun bekerja. Tapi ini atas kebijaksanaan saya saja."
"Terima kasih, Pak," Hary menyalami Pak Danu.Â
***
Kasih Anggraeni di ruangannya sedang bingung memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Apakah cukup bijak ia harus memecat Hary? Apakah karena Hary menyatakan cinta? Apa yang salah? Apakah  ia merasa malu, karena Hary hanya seorang petugas Satpam? Segala pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Kasih.Â
Kasih dari atas ruangannya melihat Hary menjalankan motornya pelan meninggalkan kantor. Dekat mobil Kasih diparkir, Hary berhenti sejenak. Memandang dan menyentuh pelan mobil itu.Â
Melihat itu ada perasaan aneh menyelusup dalam dada Kasih. Mukanya memerah, berdebar-debar, seolah-olah baru saja Hary menyentuh tangannya.Â