Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tembuni

17 Juni 2021   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2021   20:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah teriakan kencang datang dari balik pintu tertutup. Resi Bagau meringis mendengar suara itu dan Olivinna membuka matanya.

"Rumbun di mana?" tanya Resi.

Ayah Rumbun, Oboi, mengangguk ke arah pintu yang tertutup. Senyum keriputnya melengkung ke bawah.

"Bersama Mawinei," katanya keras. Bungeh mengernyitkan dahinya, dan berbisik. "Masalah ini."

Wajah Resi menjadi bulat saat dia tersenyum. "Ayolah Oboi, ini seharusnya menjadi kesempatan yang membahagiakan. Dokter Sinna bersama mereka, bukan?"

"Tadi dua jam yang lalu," kata Oboi. "Tapi dia nda bilang laki-laki atau perempuan. Belum waktunya, katanya."

"Aku harap adik bayi perempuan!" seru Sindai. Jenta tertawa seperti ayam betina dikerjar jago, dan mencondongkan tubuh ke depan bangku dari kayu ulin. Rambutnya yang hitam ikal panjang jatuh di dahi Sindai saat dia melingkarkan lengan di bahu putrinya dan mencium pipinya.

"Kita semua berharap dia perempuan, sayang," Jenta tersenyum, "dan bukan karena supaya kamu, Manyang dan Hanjak bisa berbagi hadiah."

"Sayang sekali Purok tidak bisa berada di sini," kata Olivinna saat laba-laba mendarat di rambutnya, "tapi kawu tarawang terlalu banyak, sesak napasnya. Dua bulan lagi dia mungkin akan berebut hadiah dengan saudara perempuannya sendiri." Dia menepuk perutnya perlahan saat Jenta mendecakkan lidahnya dengan simpatik, dan Resi Bagau tersipu-sipu.

Olivinna memejamkan mata dan dengan santai menjentikkan laba-laba di kepalanya ke lantai.

"Aku tahu bayinya perempuan," kata Bungeh sebelum mengalihkan pandangannya ke Oboi. Wajahnya kurus dan muram, dibingkai rambut cokelat dan putih kusam, disanggul ke belakang kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun