Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tembuni

17 Juni 2021   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2021   20:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Epan mengangguk.

"Yah, dia anak sulung. Usianya enam belas tahun. Yehes adiknya."

Setiap orang terdiam menatap Epan. Bahkan Bungeh kehilangan kata-kata.

Sindai melepaskan ibu jarinya dari mulutnya dan menatap Yekes dengan mulut menganga.

Akhirnya, terdengar lolongan panjang dari sisi lain pintu memecah kesunyian dan membuat Resi tertawa. Tawanya rapuh, datar dan kehilangan rasa humor.

"Sialan, Epan, Kalian sedang membangun pasukan atau apa?"

Pintu terbuka dan Oboi melangkah keluar. Matanya menatap Bungeh, berkedip sekali, hanya sekilas, sebelum dia berbicara ke seluruh ruangan, "Laki-laki," katanya lembut. Mulutnya memanjang menjadi garis lurus.

Sindai memasukkan ibu jarinya kembali ke mulutnya dan mengerutkan kening sementara Jenta mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Bungeh memandang ke tirai hitam seakan menembus menuju cakrawala tempat matahari terbenam.

"Ayo kita mulai," katanya lembut.

Resi Bagau menarik dua kursi dan duduk. Setelah duduk, dia meletakkan telapak tangannya di kursi kedua. Dia perlahan menggosoknya dan melirik ke epan Gintang sebelum menoleh mengamati pintu kamar. Di luar, angin bertiup kencang membenturkan daun jendela dengan kusen.

Setelah beberapa menit hening, pintu terbuka. Olivinna berjalan keluar dan duduk di sebelah Resi, sementara Hanjak menyusul, dua kursi dari Bungeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun