Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tembuni

17 Juni 2021   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2021   20:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah Bungeh tidak terdapat kerutan bahagia yang dimiliki suaminya. Sebaliknya, sudut hidungnyaturun ke mulutnya yang kecil, dan terus turun ke dagunya yang runcing. Dia tidak menoleh atau mengerutkan bibirnya atau mengubah suaranya sedikit pun. Dia hanya mengerling pandangan sekilas ke samping, seperti anak panah. Garis kerut dari mata ke telinga suaminya menghilang dan lelaki itu menurunkan pandangannya ke lantai.

"Aku tahu, aku tahu," Oboi menghela nafas. "Kalau lelaki seharusnya lahir lusa."

"Sudah pertanda kalau lahir sebelum waktu pasti perempuan."

"Dan kamu belum pernah salah."

"Menyuruh Hanjak memanggil dukun kampung hanya buang-buang waktu dan uang..."

"Ya, mungkin saja, tapi itu lebih baik daripada ternyata bayi laki-laki dan kemudian harus menunggu dukun berjam-jam untuk sampai ke sini untuk memotongnya. Dan jangan lupa dua tahun lalu, Tigoi dan Kara mendapatkan Jeremy bukan Jesicca, dan dukun butuh waktu hampir seminggu untuk datang dari seberang kali. Selalu lebih sulit pada anak laki-laki setelah beberapa jam pertama atau lebih---"

Sindai menyela dengan suara cempreng.

"Tapi Rana dan Ben mendapat lebih banyak kado waktu itu, karena orang-orang kasihan sama adik bayi itu!"

Jenta berbisik ke telinga putrinya, menyuruhnya diam.

Resi Bagau tertawa terbahak-bahak, mengabaikan semua mata yang tertuju padanya. Senyumnya tercipta karena wanita tua yang keras kepala itu.

"Kalian berdua belum sepakat satu hal pun sejak kalian menikah, ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun