Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membangun Teori Evolusi Baru

31 Desember 2022   14:10 Diperbarui: 9 September 2023   18:30 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anomali dalam Teori Evolusi Darwin semakin banyak sehingga kita membutuhkan suatu teori evolusi baru. Ada masalah serius dengan teknik filogenetik cladistics yang menjadi dasar bagi Pohon Evolusi yang berpotensi meruntuhkan Teori Evolusi Darwin secara keseluruhan. Evolusi adalah nyata fakta sains, tapi pemahaman kita tentang evolusi tidak harus mengikuti Model Evolusi Darwin. Dibutuhkan teori yang lebih komplit untuk menjelaskan semua fakta biologi yang ada sehingga segala sesuatunya sinkron dan kompatibel.

Analogi

Sebagaimana mendirikan bangunan, maka yang pertama harus dibangun adalah pondasi, lalu tiang, terus dinding dan terakhir atap. Kehidupan hayati juga analogi dengan itu. Kehidupan hayati terikat dengan interaksi dinamis dalam ekosistem secara keseluruhan, dengan habitat sebagai platform dan rantai makanan sebagai motor yang menggerakkan.

Rantai Makanan Sebagai Satu Paket Evolusi

Sebelum spesies dekomposer hadir, maka spesies yang berperan sebagai produsen dan konsumen harus ada terlebih dahulu. Spesies dekomposer seringkali hanya menjalankan fungsi spesifik pada spesies tertentu secara spesifik, maka eksistensi spesies yang menjadi "medan tugasnya" itu harus ada terlebih dahulu. 

Spesies dekomposer yang biasanya adalah bakteri dan jamur justru hadir belakangan setelah spesies produsen dan konsumen ada di Bumi ini. Arah evolusi pada titik ini berbalik dari organisme kompleks ke organisme sederhana. Sementara teori evolusi secara umum mengatakan bahwa sistem biologi yang kompleks berasal dari sistem biologi yang sederhana. Paradog seperti ini apakah bisa diterima dalam sebuah teori evolusi?

Kemudian produsen harus ada lebih dahulu dari konsumen. Konsumen tingkat pertama harus hadir sebelum hadir konsumen tingkat kedua dan ketiga. Sementara sebelum produsen harus ada spesies yang menyediakan media bagi tumbuh kembang yang baik bagi produsen.

Bakteri yang hidup di media ekstrim seperti sangat panas, sangat dingin, sangat asam, sangat basa, radioaktif, dan mengurai nitrogen, kalsium, fosfor, dan karbondioksida dari batuan merupakan kehidupan hayati pertama. Mereka memberikan media untuk hadirnya produsen. Pada titik ini, bakteri bertindak sebagai organisme pelopor.

Bakteri dan jamur selain berfungsi sebagai organisme pelopor juga berperan sebagai organisme dekomposer. Peran yang berbeda itu melibatkan spesies bakteri dan jamur yang berbeda. Peran sebagai dekomposer menunjukkan bahwa mereka wajib ada pada setiap tahap evolusi. Sementara Bumi semakin ramah bagi kehidupan, maka seharusnya organisme pelopor tidak dibutuhkan lagi dalam keseluruhan ekosistem. Anomali jika sampai detik ini organisme pelopor masih ada. Mekanisme apa yang mempertahankan eksistensi organisme pelopor tersebut?

Walaupun fungsi sebagai produsen dijalankan oleh tumbuhan, tapi tidak semua tumbuhan menjadi produsen. Konsumen, terutama yang tingkat satu, hanya secara spesifik memakan tumbuhan tertentu. Jadi apa yang memicu kehadiran spesies-spesies  tumbuhan yang tidak bekerja sebagai produsen?

Tumbuhan perintis seperti lumut misalnya menjalankan fungsi bukan sebagai produsen. Tumbuhan perintis membukakan jalan bagi tumbuhan yang lebih kompleks. Tumbuhan perintis seperti ini apa lagi fungsinya di masa geologi seperti saat ini? Apakah eksistensi biologi harus berkorelasi dengan fungsi tertentu secara spesifik?

Hubungan antara eksistensi suatu spesies dengan fungsinya dalam ekosistem, ataupun korelasi antara eksistensi suatu organ dengan fungsinya dalam tubuh suatu organisme, ataupun fungsi gen tertentu dalam DNA tidak harus sepenuhnya linear, tidak sepenuhnya kita ketahui, sehingga kita tidak secara gegabah menganggap eksistensi spesies, organ, dan gen itu tidak bermanfaat. Peran organ dan spesies bisa saja sebagai jaring pengaman atau sistem pertahanan yang fungsinya baru terlihat ketika kondisi ekosistem dan spesies terancam.

Cyanobacteria

Bakteri disepakati sebagai organisme pertama yang ada di Bumi, sedangkan Cyanobacteria adalah spesies bakteri yang muncul paling awal. Kesepakatan ini didasarkan oleh fakta fosil dan oleh karena kemampuannya untuk hidup di kondisi yang ekstrim. Kondisi ekstrim ini mirip dengan kondisi Bumi awal.

Jika kebanyakan organisme berbasis metabolisme fotosintesis dan metabolisme ATP, maka cyanobacteria mengembangkan metabolisme berbasis metana, belerang, bahkan besi. Tapi ternyata bukan cuma bakteri saja yang sanggup hidup di kondisi ekstrim dan mengembangkan metabolisme berbasis metana, sulfur, dan besi, tapi juga sejumlah besar archea dan eukariotik seperti jamur. Ini merupakan indikasi bahwa sejak awal kehidupan ada di Bumi ini, rantai makanan sudah terbentuk lengkap. Organisme semacam bakteri, archea, dan jamur sudah lengkap ada membentuk rantai makanan.

Rantai makanan awal itu semakin lengkap dengan hadirnya bakteri predator yaitu bakteri yang memakan bakteri lainnya dan virus yang memakan bakteri.

Kalau dilihat dari sisi kompleksitas, seharusnya virus lebih dulu muncul di Bumi, ketimbang bakteri. Dibandingkan virus, maka bakteri lah yang paling berhasil mengembangkan mekanisme yang lebih rumit dan mandiri. Bakteri bisa langsung mencerna materi abiotik.

Sedangkan jika dilihat dari kemampuannya menangkap karbondioksida, maka seharusnya bakteri predator lebih dulu hadir di bumi ketimbang bakteri non predator. Ini karena bakteri predator berlipat kali lebih banyak menangkap karbondioksida ketimbang bakteri non predator.

Atas dasar pertimbangan rantai makanan, dan kemandirian hidup inilah, Cyanobacteria ditempatkan pada posisi paling dasar dari Pohon Kehidupan.

Apapun skenario awal kehidupan biologi ada di Bumi, serta apapun organisme yang lebih dulu muncul di Bumi, tetap saja rantai makanan sudah ada lengkap terbentuk sejak awal sebagai satu kesatuan paket kehidupan di Bumi.

Evolusi Cyanobacteria dan Virus

Cyanobacteria berevolusi menjadi bakteri predator yang memakan dirinya? Jika demikian, ini bertentangan dengan konsep evolusi itu sendiri. Konsep evolusi mengarahkan kepada survival of the fittest melalui natural selection. Natural selection seharusnya membentuk Cyanobacteria yang superior dengan membangun pertahanan diri yang lebih baik.

Bakteri predator berevolusi secara abiogenesis, kemudian ketimbang menjadi Cyanobacteria, dia melihat ceruk rantai makanan sehingga memutuskan menjadi bakteri predator yang memakan Cyanobacteria. Begitu? Jika begitu, bagaimana kita menjelaskan secara rinci sintifik proses evolusi seperti ini? Jangan! Jangan berasumsi lagi. Jangan juga mengarang bebas tapi kemudian melabeli itu sebagai sains.

Virus berevolusi dari "bakteri yang malas" sehingga hanya memiliki separuh DNA saja yaitu RNA kemudian lebih suka menjadi parasit ketimbang melakukan mekanisme metabolisme autotrof yang mandiri. Begitu? Jika begitu, ini berdasarkan fakta sains ataukah asumsi saja? Ataukah virus berevolusi secara abiogenesis, kemudian berperilaku sama dengan bakteri predator karena melihat ceruk rantai makanan yang sama? Jika skenario ini yang terjadi, maka ini bertentangan dengan fakta biologi bahwa interaksi dan simbiosis antara virus dengan bakteri tidak selalu bersifat parasitisme tapi juga mutualisme dan komensalisme.

Bakteri dan Jamur, mana yang lebih dulu hadir di Bumi ini? Dilihat dari peran jamur sebagai parasit dan dekomposer, dan jika dilihat dari sisi kompleksitas, maka wajar jika kita menganggap bahwa Jamur muncul belakangan setelah Jamur. Tapi melihat fakta bahwa Bakteri memakan Jamur, maka logisnya Bakteri hadir belakangan setelah Jamur.

Arah evolusi antara Bakteri, Virus, dan Jamur bisa tumpang tindih dan membingungkan buat logika linear dan mekanis kita. 

Stabilitas Piramida Makanan

Dari sini jelas sekali terlihat ada suatu mekanisme yang membagi peran-peran setiap organisme dalam ekosistem sehingga rantai makan bisa berfungsi stabil. Apa mekanisme yang dimaksud?

Mekanisme itu tampaknya juga membatasi agar evolusi tidak mengarah kepada tampilnya konsumen yang lebih banyak dan lebih dominan daripada produsen dan tingkat konsumen di bawahnya. Kita lihat ada mekanisme yang menjaga stabilitas Piramida Makanan.

Evolusi Geologi Sebagai Platform

Tahapan itu tampaknya logis. Pada masa tertentu Bumi hanya dihuni oleh bakteri pelopor pada Bumi muda yang memiliki kondisi ekstrim. Lalu muncul Archea, dilanjutkan dengan Tanaman, Jamur, Hewan Invertebrata, selanjutnya Ikan, Amphibi, Reptil, Burung, Mamalia, dan terakhir Homo Sapiens.

Tapi temuan geologis menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati dan rantai makanan sudah ada lengkap pada lapisan geologi yang paling tua sekalipun. Ada pada setiap lapisan geologi. Sepertinya kehidupan hayati tidak hadir secara bertahap, tapi dibentuk sekaligus. Satu log atau satu paket lengkap sekaligus. Satu paket rantai makanan pada setiap ekosistem di setiap lapisan geologi. Sekalipun kemunculannya bertahap, maka tahapnya harus berlangsung cepat, sehingga lebih tepat disebut Revolusi Hayati ketimbang Evolusi Hayati.

Ini juga berarti penemuan fosil harus menyertakan gambaran tentang ekosistem di mana dia hidup pada masa dia hidup. Apakah dia hanya spesifik ada di habitat dan ekosistem itu, atau dia ada di habitat dan ekosistem lain di wilayah lain pada masa geologi yang sama? Atau mungkin dia juga bisa ada di masa geologi yang lain?

Pada zaman modern sekarang pun kita tahu bahwa eksistensi sebuah spesies tidak berlaku universal yaitu ada pada setiap ekosistem dan pada setiap wilayah geografis, tapi terkait dengan wilayah geografis tertentu dan ekosistem tertentu. Jadi analisis terhadap pohon evolusi tidak boleh diterapkan secara universal pula, melainkan jika telah diketahui ekosistemnya, wilayah geografisnya, dan tahapan geologinya.

Dalam konsep ini eksistensi suatu spesies adalah spesifik yaitu untuk menjalankan fungsi tertentu di dalam ekosistem secara spesifik, dan mengisi celah rantai makanan yang ada secara spesifik. Jika tidak ada perubahan dalam ekosistem dan rantai makanan, maka evolusi tidak dibutuhkan. 

Kecepatan evolusi suatu spesies harus sinkron dengan kecepatan perubahan yang terjadi pada ekosistem dan rantai makanan. Jika kecepatan evolusinya lebih rendah, maka spesies tersebut mengalami kepunahan. Jika kecepatan evolusinya lebih tinggi, pasti variabel lain di luar ekosistem dan rantai makanan yang menyebabkan peningkatan akselerasi evolusi tersebut. 

Evolusi yang terjadi pada spesies tergantung perubahan yang ada pada ekosistem dan rantai makanan ini prinsip paling baku dalam sebuah teori evolusi. Satu spesies tidak bisa serta merta dihubungkan dengan spesies yang lain dalam ekosistem yang berbeda dan lapisan geologi yang berbeda hanya karena adanya korelasi kemiripan morfologi dan genetik. 

Lima Kepunahan Massal

Lima episode destruksi besar geologi atau Masa Kepunahan Besar yang terjadi sepanjang sejarah Bumi sejak 450 juta tahun lalu menuntut spesies yang tersisa harus segera beradaptasi dengan kondisi baru dari Bumi.

Habitat baru bukan saja membutuhkan organisme-organisme yang baru, juga rantai makanan yang baru. Spesies yang bertahan harus mengembangkan fungsi organ yang baru (organ yang ada harus digunakan untuk menjalankan fungsi yang baru, di luar fungsi biasanya), organ yang baru, dan metabolisme yang baru. Jika tidak segera beradaptasi, maka spesies-spesies itu akan ikut punah. Serta selama proses adaptasi itu pun, mekanisme rantai makanan harus tetap utuh. Gangguan pada rantai makanan akan memicu kepunahan yang lebih cepat. Bagaimana rantai makanan tetap terjaga dalam kondisi ekstrim Bumi yang baru?

Migrasi Antar Ekosistem

Ketika suatu spesies secara alami bermigrasi dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain, maka spesies itu harus melakukan optimasi fungsi organ, atau membentuk organ baru, atau membentuk sistem organ baru yang disinkronkan dengan organ yang baru, atau sistem metabolisme yang baru, agar tetap bisa bertahan hidup dan menjaga kelangsungan hidup spesiesnya di habitatnya yang baru itu. Keempat proses ini pun mensyaratkan masih adanya sumber makanan awal (yaitu makanan yang sama yang dimakan di habitat asal) pada habitat yang baru. Jika habitat yang baru sama sekali tidak menyediakan sumber makanan awal bagi spesies tersebut, maka spesies tersebut akan punah.  Kecepatan spesies tersebut dalam beradaptasi harus lebih cepat daripada proses kelangkaan dari sumber makanan awal. Misal, suatu spesies burung bermigrasi dari habitat yang kaya biji-bijian ke habitat yang kaya dengan kaktus. Agar bisa bertahan di habitat yang baru itu, maka habitat yang baru itu harus tetap menyediakan biji-bijian seperti habitat awal dalam jumlah yang cukup, yaitu cukup untuk spesies tersebut beradaptasi dengan kelimpahan kaktus. Jika ini tidak tersedia, maka spesies tersebut akan punah. Punah bahkan sebelum mampu mengembangkan optimasi fungsi organ, organ baru, sistem organ baru, dan metabolisme tubuh yang baru.

Kelaziman Sains 

Kembali kepada analogi membangun rumah di atas, sekalipun tahapan pembangunannya nyata, kita tidak bisa mengatakan bahwa material yang membangun tiang, dinding, dan atap berasal dari pondasi walaupun memiliki struktur dan komposisi bahan yang sama. Jika analogi ini dipakai dalam menjelaskan tahap perkembangan hayati, maka evolusi divergen tidak bisa diterima. 

Evolusi Divergen ini merupakan konsepsi utama dari Teori Evolusi Darwin. Pohon Evolusi pun dibangun dari asumsi Evolusi Divergen ini. Teori Evolusi Darwin lebih menyukai evolusi dianalogikan sebagai sebuah pohon daripada sebuah mata rantai, sehingga istilah missing link sangat tidak disukai. Sementara di sini kita menggunakan analogi yang berbeda yaitu analogi pembangunan sebuah rumah.

Darwin telah secara genius memberikan gambaran tentang adaptasi terhadap lingkungan dan seleksi alam. Tapi setelah lebih dari 150 tahun, fakta-fakta biologi semakin tidak konsisten dengan Teori Evolusi Darwin. Arah evolusi tidak selalu linear tanpa putus bersifat divergen dengan menghasilkan spesies yang lebih kompleks. Pohon Evolusi yang diturunkan darinya pun tidak sesuai kelengkapan keragaman spesies dan interaksinya dalam ekosistem dan rantai makanan pada setiap tahap dalam Evolusi Geologi. Anomali sudah terakumulasi.

Jika orang-orang berusaha menemukan teori gravitasi baru di luar Newton dan Einstein, serta berusaha menemukan pemahaman yang baru tentang waktu dan kecepatan di luar Relativitas Khusus, juga berusaha menemukan fisika baru dari penyimpangan dalam properti dan perilaku partikel fundamental, kita jangan naif menganggap bahwa Teori Evolusi Darwin adalah satu-satunya teori yang tepat dan benar dalam menjelaskan fakta-fakta biologi. Jika kita beranggapan begitu, maka Teori Evolusi Darwin telah menjadi dogma ketimbang sains sebagai buku yang terbuka.

Dalam Fisika Kuantum dikenal derajat penyimpangan 5 sigma untuk menghasilkan "fisika baru", walaupun kriteria itu tidak ada dalam konsep evolusi biologi, anomali dalam Teori Evolusi Darwin semakin terakumulasi. Kita betul-betul membutuh suatu penafsiran baru atas fakta biologi yang ada sepanjang sejarah Bumi.

Evolusi Diskrit

Lima episode kepunahan massal akibat peristiwa geologi yang tiba-tiba dan massif memberikan petunjuk bahwa arah evolusi adalah bersifat diskit. Sifat diskrit ini lebih dominan. Aktivitas geologis yang tiba-tiba dan masif itu mensyaratkan kehidupan hayati yang sama sekali baru. Jika pun ada tersisa kehidupan hayati yang bertahan dari kehidupan hayati sebelumnya, maka kehidupan hayati itu harus melakukan suatu Revolusi Hayati. Perilaku dari kehidupan hayati tersebut dalam menggunakan organ harus berubah dengan cepat. Ini pun menuntut revolusi dalam sistem metabolismenya. Dari sisi materi genetika, harus ada nyata lompatan besar mutasi gen.

Transitional form atau evolutionary gap atau lebih populer dikenal sebagai missing link menjadi bukti terang tentang evolusi diskrit.

Teori Evolusi Darwin menghindari analogi rantai dan lebih menyukai analogi pohon dalam menggambarkan evolusi. Tapi kita di sini memakai analogi pembangunan rumah agar jelas bahwa evolusi adalah tahapan eksistensi di bumi agar sinkron dengan rantai makanan dan interaksi ekosistemnya secara utuh. Dengan demikian gambaran evolusi diskrit jadi mudah dipahami. 

Ketika evolusi digambarkan sebagai pohon, maka harus ditemukan spesies yang berperan sebagai transitional form atau evolutionary gap. Jika gap atau spesies transisi itu ditemukan, maka analogi itu benar. Tapi jika tidak, maka cabang-cabang pohon itu jangan juga dipaksakan ada. Teori Evolusi Darwin sering kali memaksakan terbentuknya Pohon Evolusi, padahal spesies penghubung itu tidak ada.

Ketika evolutionary gap itu tidak ada, maka apa yang awalnya dianggap sebagai cabang harus dipisahkan dan dijadikan pohon evolusi tersendiri.

Pohon Evolusi tetap dapat digunakan, tapi bukan sebagai pohon tunggal, melainkan sebagai sejumlah pohon. Memaksakan sebuah Pohon Evolusi tunggal adalah jumud.

Bagaimana mata pertama ada, sayap pertama ada, plasenta pertama ada, dan bentuk transisi yang belum ditemukan dari Archea ke Eukariotik, dari burung ke Mamalia, juga dari Mamalia ke Manusia adalah gambar nyata dari evolusi diskrit.

Keragaman hayati dengan rantai makanan dan keseluruhan interaksi ekosistemnya ada dan harus terhubung pada semua tahap Evolusi Geologi. Dengan demikian Evolusi Kehidupan harus kompatibel dan sinkron dengan Evolusi Geologi yang menjadi platformnya. Konsekuensinya, kita akan terhindar dari asumsi bahwa satu spesies yang sudah punah sama sekali dalam satu periode geologi terhubung dengan spesies lain yang secara morfologi mirip dengannya yang ada pada periode geologi yang berbeda. Evolusi hayati bersifat diskit semakin kuat dengan bukti ini.

Perubahan dalam ekosistem mendorong semua spesies yang ada dalam ekosistem tersebut untuk beradaptasi. Setiap spesies dalam ekosistem berevolusi. Rantai makanan harus tetap stabil dan utuh. Paket rantai makanan utuh ini mendorong kecepatan evolusi spesies-spesies yang ada harus lebih besar dari kecepatan perubahan dalam ekosistem. Jika lebih lambat dari itu, spesies tersebut akan punah. Struktur genetik pada setiap spesies menentukan kecepatan spesies tersebut dalam beradaptasi terhadap perubahan ekosistem. Hasilnya sebagian spesies pasti punah, sehingga stabilitas rantai makanan bisa terganggu karenanya. Lebih lanjut kepunahan satu spesies akan memicu kepunahan spesies lainnya.

Karena evolusi adalah produk perubahan ekosistem, maka evolusi spesies dalam suatu ekosistem terpisah dari evolusi spesies di ekosistem lain maupun di masa geologi yang lain kecuali adanya spesies transisi yang nyata. Kedekatan morfologi dan genetik tidak serta merta menunjukkan evolusi spesies, melainkan jika ada mekanisme dan spesies nyata yang menghubungkannya.

Evolusi diskrit ini yang mensyaratkan adanya spesies peralihan yang nyata merisaukan Darwin. Darwin menggambarkan kurangnya fosil peralihan sebagai "keberatan yang paling jelas dan paling serius yang dapat diajukan terhadap teori saya."

Evolusi Konvergen

Teori Evolusi Darwin berasumsi bahwa suatu spesies mempunyai kemampuan membentuk variasi. Ini biasa disebut sebagai evolusi divergen. Tapi nyatanya sejumlah besar spesies tampak merupakan gabungan atau persilangan dari sejumlah spesies lain yang sama sekali berbeda. Yang terakhir ini disebut Evolusi Konvergen. Lantas, mekanisme apa yang mengatur suatu spesies mengalami evolusi divergen atau evolusi konvergen?

Evolusi Regresif

Pohon Evolusi yang dibangun dari Teori Evolusi Darwin secara nyata menunjukan bahwa semakin hari spesies-spesies yang ada itu semakin kompleks. Ini bertentangan dengan fakta bahwa organisme justru semakin efisien dengan menyederhanakan organ, sistem organ, dan sistem metabolisme mereka. Proses evolusi progresif yang membentuk kompleksitas berjalan bersamaan dengan evolusi regresif yang menuntut efisiensi dan simplicity. Seleksi alam bekerja secara progresif dan regresif sekaligus. Satu organ pada suatu spesies mungkin berkembang secara progresif sementara untuk organ yang lain berkembang secara regresif. Mekanisme apa yang mengatur kedua opsi itu?

Evolusi Paus

Paus yang tubuhnya luar biasa besar itu hanya memakan plankton yang hampir tidak terlihat. Paus merupakan mamalia darat yang memutuskan berevolusi kembali ke dalam kehidupan lautan sekitar 50 juta tahun lalu. Sementara 400 juta tahun lalu semua nenek moyang hewan darat berevolusi dari kehidupan di lautan dengan mengembangkan evolusi progresif. Arah evolusi berbalik. Paus menghilangkan sejumlah kemampuannya agar bisa hidup kembali di laut. Bagian tubuh dan kemampuan yang hilang di antaranya adalah kaki, rambut, pembekuan darah, kemampuan untuk tidur, dan kelenjar liur. Semua itu melibatkan hilangnya 85 gen mamalianya. Upaya ini bertujuan untuk mencapai tingkat energi tertinggi dan mencapai efisiensi tertinggi. Baru 10 juta tahun lalu nenek moyang paus memutuskan untuk sepenuhnya kembali ke laut. Kita melihat evolusi regresif dilakukan untuk mencapai efisiensi yang lebih baik dengan menemukan plankton sebagai makanan terbaik.

Penafsiran yang benar terhadap evolusi paus ini, progresif ataukah regresif, tergantung kepada apakah transitional species itu nyata ada atau hanya asumsi belaka. Apa yang mulanya kita asumsikan sebagai awal bisa jadi sebenarnya adalah akhir. Apa yang kita kira ekor sebenarnya adalah kepala.

Bone Wars

Perang fosil berawal dari kesalahan Edward D. Cope dalam menafsirkan fosil Platysaurus Elasmosaurus, di mana bagian yang dia kira sebagai kepala dikritik oleh O. Charles Marsh sebagai sebenarnya adalah ekor. Ini karena spesies tersebut memiliki leher panjang, yang wajar saja jika dikira sebagai ekor, sebab mindset orang pada saat itu ekor pasti lebih panjang dari kepala. Inilah awal perseteruan abadi antara Marsh dengan Cope.

Kejadian ini menunjukkan kepada kita peran mindset dalam menafsirkan fosil atau fakta biologi lainnya. Penafsiran kita atas sesuatu tidak boleh terkukung oleh satu paradigma saja. Karenanya, Teori Evolusi Darwin tidak boleh dianggap sebagai kebenaran tunggal atas fenomena evolusi.

Evolusi Iguana Laut 

Jika dikatakan bahwa iguana laut berkerabat dengan iguana darat, maka pernyataan ini bisa diterima. Tapi jika dikatakan bahwa iguana laut berasal dari iguana darat dan iguana darat menjadi nenek moyang iguana laut, maka iguana laut akan punah bahkan sebelum menjadi iguana laut, dengan kata lain iguana laut tidak akan pernah ada. Evolusi dari iguana darat menjadi iguana laut membutuhkan perubahan organ pencernaan, sistem metabolisme, dan sistem fisiologi yang sangat cepat. Jadi cerita bahwa iguana laut berevolusi dari iguana darat yang terbawa hanyut ke laut di atas pohon atau batang kayu yang tambang adalah absurd. 

Alam Mengecoh Logika Manusia. 

Pohon Kelapa telah berevolusi secara cerdas dengan mengembangkan batang yang tinggi sehingga memenangkan persaingan atas sinar matahari. Kelapa pun berhasil memenangkan persaingan reproduksi dengan menghasilkan buah yang banyak dan besar. Kemudian pohon ini mengembangkan sabut yang melindungi inti buah yang membawa kemampuan reproduksi sehingga dengannya regenerasi terjamin. Sementara Pohon Beringin, Asem, Semangka, dan Melon telah mengambil arah evolusi yang berbeda, arah yang absurd bahkan. Beringin dan Asem dengan "tubuh" yang besar dan tinggi menghasilkan buah yang ukurannya kecil, sedangkan Semangka dan Melon mengembangkan buah yang besar-besar. Padahal seharusnya, Beringin dan Asem lah yang membangun buah yang besar-besar, bukannya Semangka dan Melon. Apakah alam telah membalikkan proses evolusi? Apakah alam telah salah desain? Sungguh alam telah mengecoh logika manusia. Alam telah membangun dirinya dan mengembangkan kehidupan di atas dan di dalam dirinya dengan cara-cara yang tidak harus tunduk dan mengikuti logika manusia.

Alam mengizinkan suatu mekanisme yang menyebabkan organisme bisa muncul dan berkembang secara mekanis, tapi juga mengembangkan mekanisme lain yang menyebabkan proses mekanis itu bersifat probabilistik, atau sama sekali tidak bekerja, atau secara tiba-tiba berhenti sama sekali. Alam tidak mengizinkan proses reversial dalam fenomena seperti ini. Ini sungguh mengecoh logika mekanis linear kita.

Alam pun mengizinkan mekanisme pragmatis yaitu hadirnya suatu organisme tertentu yang baru atau perkembangan dari organisme yang sudah ada adalah untuk mengisi peran atau ceruk peran tertentu dalam ekosistem ataupun rantai makanan. Ketika peran tersebut terlampaui melebihi kapasitas yang diizinkan alam, atau peran tersebut tidak dibutuhkan lagi, atau ada organisme lainnya yang bisa menjalankan peran tersebut dengan lebih baik, organisme tersebut disingkirkan atau dipunahkan, baik dalam skala individu, spesies,  maupun populasi. Logika kontinuitas, divergen,  dan progresif terkecoh dengan mekanisme ini.

Evolusi Probabilistik

Pohon Evolusi mengisyaratkan bahwa evolusi bersifat deterministik. Tapi nyatanya ketiadaan cahaya direspon secara berbeda-beda. Sejumlah spesies mendestruksi mata mereka, sementara yang lain mengembangkan sistem sonar, yang lain melakukan optimasi terhadap indera penciumannya, dan yang lain menumbuhkan organ yang dapat menghasilkan cahaya. Evolusi lebih bersifat probabilistik. Kita tidak tau suatu spesies akan melakukan bentuk adaptasi apa terhadap suatu perubahan lingkungan. Organ apa yang dioptimasi, organ apa yang akan ditumbuhkan, organ apa yang akan dihilangkan, dan organ apa yang akan disesuaikan tidak diketahui pasti. Evolusi yang deterministik seperti tersirat dalam Teori Evolusi Darwin seharusnya memungkinkannya mudah melakukan prediksi. Tapi nyatanya malah tidak bisa.

Evolusi Dengan Kesadaran

Kita juga tidak tau pasti apakah proses adaptasi spesies-spesies itu terhadap perubahan lingkungan itu bersifat spontan atau melibatkan kesadaran. Jika adaptasi itu terhubung dengan fungsi, maka seharusnya kesadaran terlibat di dalamnya. Tapi jika melibatkan kesadaran, maka justru organisme yang memiliki kesadaran yang rendah lah yang lebih dulu punah dari Bumi. Ini bertentangan dengan fakta evolusi yang ada. Organisme yang sederhana dengan tingkat kesadaran yang rendah justru yang paling tahan mengahadapi fluktuasi ekstrim geologi. 

Evolusi Kesadaran 

Evolusi selain menghasilkan spesies-spesies yang lebih baik dalam banyak hal (fungsi organ, organ, sistem organ, metabolisme) juga telah berhasil membangun spesies-spesies yang memiliki tingkat kecerdasan dan tingkat kesadaran yang lebih baik. Evolusi biologi terkait dengan evolusi kecerdasan dan evolusi kesadaran. Evolusi kesadaran ini sama sekali tidak terjangkau oleh Darwin. Padahal baik kecerdasan dan kesadaran adalah fakta sains yang melibatkan empat besar disiplin ilmu yaitu biologi, kimia, neurologi, dan mekanika kuantum.

Self Destruction

Proses evolusi selain diatur dan dibatasi oleh mekanisme rantai makanan, daya dukung genetik, daya dukung ekologi, prinsip kombinasi yang terbatas, juga terikat oleh mekanisme self destruction. Mekanisme self destruction ini membatasi umur dan perkembangan organisme pada tingkat individu, populasi, ekosistem, maupun biosfer. Bunuh diri sel, rusaknya organ, penyakit degeneratif, kanibalisme, dan bunuh diri massal adalah hal yang umum terjadi pada organisme hidup.

Anomali Pada Simetri Antara Kemampuan Adaptasi dengan Kemampuan Mengembangkan Keragaman Spesies

Pada banyak organisme hidup kemampuannya dalam beradaptasi berbanding lurus dengan kemampuannya mengembangkan keanekaragaman spesies. Ini memungkinkan berkembangnya spesies yang fit dengan tuntutan dasar dari ekosistem, sehingga organisme semakin bersifat endemik.

Tapi entah kenapa dan entah bagaimana pada setiap mekanisme yang mengatur kehidupan biologis selalu ada kekecualian dan anomali yang membawa kita kepada kesimpulan bahwa proses evolusi adalah by design dan dengan kesadaran.

Anomali pada simetri antara kemampuan adaptasi dengan kemampuan mengembangkan keanekaragaman spesies salah satunya dapat dilihat pada pohon kersen. Pohon kersen mempunyai kemampuan adaptasi yang baik sehingga mampu hidup dan berkembang dengan baik dalam banyak kondisi lingkungan yang berbeda, bahkan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim, tapi ternyata jumlah spesies dalam genus ini cuma ada satu.

Sebuah Teori Seharusnya

Model Pohon Evolusi yang ada walaupun sudah berkembang dari sekedar mempertimbangkan variabel morfologi menjadi menambahkan Periode Geologi dan Genom, hanya menjelaskan satu sisi evolusi saja yaitu Evolusi Divergen, Evolusi Kontinyu, Evolusi Progresif, Evolusi Deterministik, dan Evolusi Spontan. Sementara sisi lain evolusi yaitu Evolusi Konvergen, Evolusi Regressif, Evolusi Probabilistik, Evolusi Kesadaran dan Peran Rekayasa Genetika tidak tergambarkan. Evolusi Diskrit pun tidak dielaborasi dengan baik.

Teori Evolusi Darwin tampak gagal menjelaskan fenomena biologi yang ada. Teori ini malah semakin gagal dalam melakukan prediksi. Kemampuan prediksi ini merupakan syarat keabsahan suatu teori. Bagaimana Teori Evolusi Darwin menjawab pertanyaan ini yaitu bagaimana semua spesies yang ada sekarang berevolusi terhadap fenomena pemanasan global?

Kegagalan utama dari Teori Evolusi Darwin tampaknya berasal dari kesimpulan yang terbatas dari penelitian terbatas di lokasi yang terbatas dan waktu tertentu digunakan dalam implikasi dan implementasi yang luas. Satu pixel yang kemudian dipaksakan sebagai keseluruhan gambar. Wajar jika Teori Evolusi Darwin gagal melakukan prediksi.

Teori Evolusi Darwin juga gagal dalam menjawab kenapa kabar tentang Kepunahan Massal Keenam lebih santer ketimbang kabar tentang kemampuan organisme dalam berevolusi? Apakah proses evolusi sekarang sudah terhenti?

Pohon kehidupan yang berbasis Teori Evolusi Darwin awalnya dibangun berdasarkan bukti morfologi. Kemudian dikoreksi dengan menyertakan sistem metabolisme. Rupanya diinsyafi juga bahwa korelasi bentuk paruh burung dengan jenis makanannya juga mensyaratkan perubahan dalam sistem pencernaan dan sistem metabolismenya. Di samping itu paruh burung juga menjalani fungsi yang beragam, tidak hanya untuk mencari makanan, tapi juga membuat sarang misalnya.

Pohon Evolusi terakhir yang dirilis tahun 2016 telah menyertakan bukti genom. Tapi tetap saja ini tidak bisa merangkul fakta-fakta biologi yang ada dan gagal menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti disebutkan di atas. Sebagaimana juga gagal melakukan prediksi.

Kenapa Pohon Evolusi berbasis genom tidak sinkron dengan Pohon Evolusi berbasis morfologi? Apa yang menyebabkan kesenjangan ini? Apakah kesenjangan ini membuktikan bahwa adanya Pohon Evolusi tunggal adalah hal dipaksakan?

Teknik Filogenetik Cladistics

Ada dua pendekatan utama dalam teknik filogenetik cladistics ini yaitu analisis anatomi dan genetik. Tapi hasil dari kedua pendekatan ini sering memberikan hasil yang tidak sinkron dan kompatibel, malah bertolak belakang. Tehnik filogenetik cladistics sering memberikan hasil yang rancu. Dua spesies yang secara anatomi atau morfologi berdekatan justru secara genetika justru berjauhan. Begitu juga, dua spesies yang secara genetik berdekatan justru secara anatomi berjauhan.

Cara membaca pohon Evolusi hasil teknik filogenetik cladistics yang tepat adalah dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas, harus dibaca dari keturunan terakhir. Ini karena keturunan terakhir lah yang informasinya paling lengkap.

Dalam teknik cladistics, misalkan E dan F memiliki kesamaan lebih dekat daripada dengan C maka dikatakan bahwa E dan F memiliki nenek moyang yang sama yaitu D. Masalahnya D itu seringkali bukanlah spesies riel yang ada catatan informasinya dalam bentuk fosil ataupun organisme hidup, tapi cuma asumsi. Lalu spesies asumsi D dianggap mempunyai banyak kesamaan dengan C, maka disimpulkan bahwa C dan D mempunyai nenek moyang yang sama yaitu B. Masalahnya juga, spesies B pun sering kali bukan spesies nyata dalam bentuk fosil ataupun organisme hidup, tapi cuma spesies asumsi saja. Terus seperti itu.

Teori Evolusi Darwin dan Pohon Evolusi yang dihasilkannya lebih banyak didasarkan kepada asumsi ketimbang fakta biologi berupa fosil ataupun organisme hidup.

Evolusi Clades Hominid

Dalam pohon evolusi Homo Sapiens bersaudara dengan Homo Neanderthal, sehingga dimungkinkan adanya orang tua yang sama. Tapi orang tua yang dimaksud tidak ada dalam bentuk fosil maupun mahluk yang masih hidup. Kita sebut saja spesies asumsi ini sebagai Z. Kemudian didapati bahwa Z ini berdekatan secara evolusi dengan Homo Erectus, sehingga dimungkinkan mereka memiliki leluhur yang sama, tapi leluhur yang sama itu tidak ditemukan fosilnya. Kita sebut saja leluhur asumsi ini sebagai Y. Kemudian Homo Habilis ditemukan mempunyai kemiripan dengan Y sehingga mempunyai leluhur yang sama yaitu Austalopithecus Africanus. Australopithecus Africanus bersaudara dengan Austalopithecus Garhi, sehingga seharusnya mempunyai orang tua, tapi tidak ada fosil yang menunjukkan eksistensi leluhur bersama mereka itu. Spesies ini kita sebut saja sebagai X. X ini kemudian mempunyai kemiripan dengan Paranthropus Aethiopicus. Paranthropus Aethiopicus kemudian menghasilkan keturunan evolusi berupa Paranthropus Robustus dan Paranthropus Bosei. X dengan Paranthropus Aethiopicus mempunyai leluhur yaitu Austalopithecus Afarensis yang merupakan kelanjutan dari Austalopithecus Anamensis. Austalopithecus Anamensis ini bersaudara dengan Ardephithecus Ramidus yang mempunyai leluhur bersama yaitu W. W ini bersaudara dengan Simpanse. Sementara Simpanse tidak mempunyai percabangan sejak 5 juta tahun lalu.

Kita lihat dari clades ini saja ada 4 spesies leluhur asumsif yang menghubungkan Simpanse dengan Homo Sapiens.

Jika spesies asumsi itu ditiadakan, maka Homo Sapiens, Homo Neanderthal, Homo Erectus, dan Homo Habilis merupakan pohon evaluasi yang berbeda. Jika demikian maka Homo Sapiens tidak terhubung sama sekali dengan Simpanse dan tidak pula dengan Hominid mana pun. Sedangkan Simpanse pun tidak terhubung dengan Hominid mana pun karena merupakan pohon evaluasi yang berbeda.

Filogenetik Paus

Mamalia ini merupakan mahluk terbesar sampai saat ini yang berevolusi mengambil bentuk seperti ikan, seolah-olah model anatomi ikanlah yang paling tepat untuk kehidupan di dalam air. Pilihan anatomi untuk hidup di air terutama di air dalam sangat terbatas yaitu mengambil bentuk ikan. Padahal jika evolusi divergen yang dikombinasikan evolusi regresif dan evolusi kontinyu bekerja dengan baik dan saling sinkron, maka seharusnya opsi anatomi untuk hidup di air semakin banyak.

Paus berkerabat dekat dengan Lumba-lumba dan Hiu. Paus menempati posisi sebagai konsumen tingkat pertama, setara dengan ikan-ikan kecil yang juga mengkonsumsi plankton. Sedangkan Lumba-lumba berada pada posisi sebagai konsumen tingkat kedua. Walaupun begitu, Paus bukan mangsa dari Lumba-lumba. Sedangkan Hiu adalah konsumen tingkat ketiga yang jaring-jaring makanannya memungkinkan dia memangsa Lumba-lumba. Ini artinya dari perspektif rantai makanan urutan kemunculannya adalah Paus, Lumba-lumba, dan terakhir Hiu. Sehingga dari segi ukuran tubuh, arah evolusi maju, mundur, dan maju lagi.

Clades Cetacea adalah clades yang paling insentif diteliti di samping clades hominid dan clades kutilang darwin. 

Penelitian-penelitian itu berhasil membangun percabangan filogenetik yang panjang dan rumit. Bahkan lebih panjang dan lebih rumit daripada filogenetik Hominid dan Kutilang Darwin. Tapi sampai tahun 2022 pun clades ini masih kontroversial. Sayangnya sekian banyak penelitian tidak berhasil menemukan spesies peralihan yang definitif di setiap percabangan filogenetik yang ada. Penelitian yang ada tampak terbelenggu dengan mindset bahwa harus ada dan dihasilkan suatu pohon evolusi tunggal yang percabangannya runtut.

Paus berkerabat jauh dengan Kuda Nil. Sementara Kuda Nil tidak berevolusi selama 55 juta tahun, nenek moyang terjauh dari Paus yaitu Indohypus terus berevolusi menjadi Paus modern seperti yang ada sekarang. Ada lima nenek moyang terdekat dari Paus yaitu Pakicetus, Ambulocetus, Kutchicetus, Rodhocetus, dan Dorudon.

50 juta tahun lalu Pakicetus mengalami kehidupan semi aquatik seperti Kuda Nil. Kehidupan aquatik Kuda Nil terpisah 5 juta tahun lebih awal dari kehidupan aquatik Pakicetus. Mekanisme apa yang membuat Kuda Nil tidak berevolusi, sedangkan Pakicetus justru berevolusi? Mekanisme apa yang dimiliki Kuda Nil hingga mampu bertahan hingga saat ini pun tanpa mengalami evolusi? Apakah eksistensi predator dan sumber makanan baru berperan dalam membedakan proses evolusi kedua spesies itu?

Pakicetus berkerabat dengan Ambulocetus, tapi tidak ada spesies peralihan di antara mereka. Kemudian Ambulocetus berkerabat dengan Kutchicetus dan tanpa spesies peralihan. Kutchicetus berkerabat dengan Rodhocetus dengan tanpa spesies peralihan. Lalu Rodhocetus berkerabat Dorudon pun tanpa spesies peralihan. Dorudon dihubungkan dengan Paus pun tanpa adanya spesies peralihan, padahal hanya terpisah 5 juta tahun saja.

Paus, Durodon, Rodhocetus, Kutchicetus, Ambulocetus, Pakicetus, Indohyus, dan Kuda Nil tampaknya lebih sebagai Pohon Evolusi yang berbeda, ketimbang suatu pohon evolusi yang berkelanjutan.

Nyata sekali perlu keberanian besar untuk menyatakan bahwa cabang dan ranting dalam clades Cetacea adalah pohon evolusi tersendiri. Hilangnya banyak spesies peralihan dalam clades menyebabkan clades ini tampak berserakan. Lebih berserakan ketimbang clades Hominid dan clades Kutilang Darwin. Upaya untuk mengikat cabang-cabang yang berserakan itu ke dalam satu kesatuan pohon yang utuh tampak dipaksakan.

Secara filogenetik Kuda Nil berkerabat jauh dengan Paus. Kuda Nil yang tidak mengalami evolusi selama 55 juta tahun sinkron dengan Pohon Evolusi Paus yang berserakan karena spesies peralihan semuanya hanya asumsi. Sinkronisasi ini menunjukkan tidak adanya perubahan mendasar dalam biosfer selama 55 juta tahun yaitu beberapa saat setelah Kepunahan Massal Kelima 66 juta tahun lalu. Tidak adanya perubahan dalam biosfer berarti tidak ada kebutuhan untuk berevolusi.

Teori Yang Jujur

Sebuah teori harus jujur. Jika ada mekanisme yang tidak bisa dijelaskan, maka mekanisme itu diakui eksistensinya, dan dijelaskan apa adanya. Teori yang jujur tidak akan melakukan kecurangan dengan menumbuhkan suatu variabel asumsif untuk menghubungkan dua atau beberapa variabel yang ada demi agar teorinya bekerja. Satu variabel asumsif saja sudah merupakan kecurangan, apalagi jika variabel-variabel asumsif itu bertebaran di sana sini dalam teori sehingga menjadi lazim.  Kita tidak bisa menerima teori apapun dalam bentuknya yang seperti ini.

Ledakan Kambrium. 

Ledakan Kambrium ini bukan peristiwa evolusi normal. Walaupun rentang waktunya memakan waktu 50 juta tahun, tapi pertambahan spesies baru yang ada pada masa itu melampaui proses evolusi biasanya, tidak normal dalam perspektif evolusi, sehingga disebut ledakan. Peristiwa seperti ini bisa ditafsirkan sebagai Evolusi Diskrit di mana spesies-spesies muncul tiba-tiba melalui mekanisme yang tidak diketahui. Bisa juga ditafsirkan telah terjadi lompatan mutasi gen yang besar sehingga tidak bisa lagi disebut sebagai evolusi hayati. Ini tidak dibenarkan oleh Darwin. Darwin tidak menyukai peristiwa ini. Teori Darwin mensyaratkan perubahan kecil dalam rentang waktu yang lama. Pada periode ini, Teori Evolusi Darwin bisa keluar dari diskusi tentang evolusi.

Gelombang Evolusi Sebagai Sistem Siklik 

Ledakan Kambrium kemudian diikuti oleh Kepunahan Massal Ordovsium. Selanjutnya peristiwa Kepunahan Massal menjadi lazim.

Rangkaian peristiwa evolusi tampak membentuk suatu gelombang evolusi, dimana setelah populasi suatu spesies atau jumlah spesies dalam keseluruhan biosfer mencapai tingkat tertinggi tertentu, maka terjadi proses kepunahan. Setelah satu proses kepunahan, terjadi akselerasi pertumbuhan spesies, yang kemudian sampai titik tertentu, proses kepunahan massal lainnya terjadi. Mekanisme Gelombang Evolusi adalah nyata dalam peristiwa evolusi. Ini semacam siklik evolusi, peristiwa yang sama mungkin terjadi juga dalam skala kosmos. Walaupun begitu Teori Siklik Kosmos didasarkan pada asumsi yang absurd dan tanpa bukti.

Bagaimanapun Evolusi Siklik lahir pada saat proses evolusi sudah cukup matang, tidak merupakan penanda awal keberadaan kehidupan di bumi. Tentu ini berbeda dengan Teori Siklik Kosmos yang berusaha menjelaskan awal terbentuknya semesta.

Mempertanyakan Seleksi Alam

Kita pun perlu merekonstruksi pemahaman kita tentang seleksi alam, karena seleksi alam ternyata tidak berjalan sempurna. Jika seleksi alam berjalan sempurna, maka akan dihasilkan organisme yang superior pada organisme yang muncul belakangan. Organisme seperti Moluska, Kukang, Koala, Orang Utan dan organisme lemah lainnya seharusnya sudah tidak ada. Homo Sapiens sebagai produk terakhir evolusi seharusnya menjadi spesies paling superior. Selain kemampuan kreasinya, maka manusia adalah hewan paling lemah.  Manusia kalah kuat dibanding harimau, kalah tinggi dari jerapah, kalah cepat dari cheetah, kalah stamina dari kuda, mata kalah tajam dari elang, penciuman kalah tajam dari anjing, dan kalah lincah dari kijang. Selanjutnya bakteri pelopor pun seharusnya tidak lagi dibutuhkan dalam Bumi tua seperti sekarang ini.

Spesies yang berada di konsumen tingkat ketiga yang nyata paling superior dalam hirarki rantai makanan gagal membangun superioritas dalam regenerasi. Mekanisme apa yang membatasi kemampuan regenerasi mereka? Mekanisme apa yang membatasi seleksi alam berlaku menyeluruh dan sempurna? Mekanisme apa yang menyebabkan ketika satu aspek superior di dapat, maka keunggulan lain hilang? Mekanisme apa yang mengatur keseimbangan antara keunggulan dan kelemahan ada pada setiap spesies?

DNA Sebagai Bilah Lego. 

Dengan memperhatikan fenomena Evolusi Divergen maupun Evolusi Konvergen, Evolusi Progresif maupun Evolusi Regresif, Evolusi Kontinu maupun Evolusi Diskrit, Evolusi Deterministik maupun Evolusi Probabilistik, dan Evolusi Spontan maupun Evolusi Kesadaran yang dapat terjadi pada satu masa, satu spesies, atau satu individu bahkan, kita dapat melihat bahwa alam mampu dalam skala DNA untuk menggunting, membuang, menambahkan, mengubah susunan DNA satu spesies, dan menggabungkannya dengan bagian DNA dari spesies lain, seperti menyusun bilah-bilah Lego, untuk menciptakan spesies yang baru. Kita sebut saja mekanisme ini sebagai Legoisasi Alam. Tapi media untuk melakukan mekanisme Legoisasi Alam ini masih misteri. Jika ada yang menganggap mekanisme Legoisasi Alam ini absurd, maka ini tidak lebih absurd daripada mekanisme Seleksi Alam. Setidaknya Legoisasi Alam ini bisa menjawab pertanyaan kenapa Seleksi Alam tidak berlangsung mulus dan sempurna.

Mekanisme Legoisasi Alam ini juga dapat menjawab pertanyaan kenapa ketika satu keunggulan diperoleh oleh satu spesies, keunggulan lain hilang darinya. Mekanisme Legoisasi Alam mensyaratkan nilai total keunggulan yang sama antara semua spesies atau organisme atau individu yang ada dalam satu biosfer.

Legoisasi Alam juga dapat mempertemukan syarat internal dan syarat eksternal bagi proses evolusi yang berhasil. Sebab dalam satu bangunan evolusi dalam satu ekosistem, bilah-bilah legonya harus saling terhubung, sinkron, dan kompatibel satu sama lainnya.

Mekanisme Legoisasi Alam juga mendukung transfer DNA atau transfer gen antar spesies, dan bahkan memungkinkan suatu spesies memperkaya susunan DNA nya menjadi lebih panjang dan lebih kompleks.

Media Legoisasi Alam

Mekanisme Legoisasi Alam dalam tingkat gen jika mengambil media pada organisme yang sudah ada, maka itu hanya berlaku pada sebagian spesies saja. Sebagian spesies bisa menerima mengasuh spesies atau bentuk berbeda dari dirinya, sementara sebagian lagi malah melakukan penolakan berupa pengusiran dan pembunuhan.

Evolusi Diskrit sebenarnya mengizinkan kemunculan suatu spesies secara tiba melalui mekanisme yang tidak diketahui. Apakah mekanisme ini pula yang dijadikan media bagi Legoisasi Alam?

Mungkinkah terjadi adanya peristiwa di mana ada sejumlah besar DNA bebas di alam yang dengan mekanisme tertentu bergabung membentuk suatu organisme yang tidak ada sebelumnya?

Nilai Entropi Tertinggi 

Ketika dalam satu habitat ada tikus berwarna coklat dan tikus berwarna hitam, sementara lingkungan diisi oleh batuan berwarna hitam, yang menyebabkan tikus coklat lebih mudah dikenali oleh elang sehingga tikus coklat lebih banyak dimangsa. Ini menyebabkan tikus coklat punah dan tikus hitam bisa berkembang biak dengan baik.

Tikus hitam yang berkamuflase dengan lingkungan menyebabkan elang merasa perlu melakukan evolusi pada matanya sehingga kemampuannya dalam menemukan tikus hitam bisa lebih baik.

Populasi tikus hitam yang semakin banyak mengancam serangga dan tumbuhan yang menjadi makanan tikus, sehingga baik tumbuhan maupun serangga itu perlu berevolusi membangun sistem pertahanan baru dan lebih maju untuk mempertahankan keberlangsungan spesies mereka sendiri. 

Evolusi satu spesies akan mempengaruhi evolusi spesies lainnya dalam ekosistem demi menjaga stabilitas rantai makanan dan eksistensi masing-masing spesies.

Jika pertambahan populasi tikus lebih tinggi dari kemampuan spesies-spesies mangsa dalam berevolusi, maka sesama tikus akan terjadi kanibalisme sampai satu titik di mana spesies-spesies mangsa dapat bereproduksi secara normal. 

Nilai total dalam suatu ekosistem atau Entropi tertinggi adalah stabil dan konstan. Entah kita berevolusi menjadi virus, bakteri, archea, tanaman, jamur, moluska, ikan, amphibi, reptil, burung, ataupun simpanse atau manusia, atau juga menjadi individu yang lain, maka total aggregat tertimbang dari keunggulan-keunggulan kita sama saja. Konstan.

Semakin kompleks suatu spesies, memang kemampuan metabolismenya semakin sempurna dan semakin efisien, tingkat kecerdasan dan kesadarannya pun semakin tinggi, tapi kemampuan evolusinya semakin berkurang. Manusia, primata, mamalia, dan burung lebih rentan dan riskan terhadap perubahan ekosistem karena kemampuan evolusinya rendah, sedangkan tikus, kecoa, dan siput juga bakteri lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan lebih mudah berevolusi. Ini merupakan bukti bahwa nilai aggregat keunggulan dari setiap spesies dan individu adalah sama dan konstan. Biosfer pun mensyaratkan ambang batas tertinggi bagi entropi yang bekerja pada skala biologi.

Nilai Entropi Tertinggi ini berlaku pada tingkat individu, spesies, populasi, ekosistem, dan biosfer, dan merupakan batas menuju kematian dan kepunahan.

Spesifikasi Dasar

Nilai Entropi Tertinggi berdampingan dengan Nilai Spesifikasi Dasar.

Agar sinkron dan kompatibel dengan ekosistem demi kelangsungan hidupnya, suatu spesies harus memiliki spesifikasi dasar. Organ yang ada, kemampuan optimasi organ, dan fisiologi spesies itu harus sinkron dan kompatibel dengan lingkungan yang ada.

Ekosistem hutan menyarankan spesifikasi dasar yang berbeda dengan ekosistem padang rumput dan ekosistem gurun. Begitu juga ekosistem laut mensyaratkan spesifikasi dasar yang berbeda dengan ekosistem air tawar.

Migrasi spesies dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain harus memenuhi spesifikasi dasar yang ada pada kedua ekosistem. Peralihan ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tapi juga terpenuhinya syarat internal dan eksternal yang melibatkan gen peralihan, organ peralihan, optimasi organ, sistem organ peralihan, fisiologi peralihan, dan optimasi kecerdasan serta optimasi kesadaran, sebelum akhirnya muncul organisme peralihan.

Syarat Sinkron dan Kompatibel

Perilaku spesies dalam menggunakan organ, variasi dalam organ, dan optimasi fungsi organ (aspek morfologi dan anatomi) dipengaruhi variabel genom dan lingkungannya. Ini berarti evolusi bekerja dalam dua platform dasar yaitu genom dan habitat. Kesatuan aspek genom dan lingkungan ini sering disebut aspek fenotipe. Jadi, evolusi morfologi berkorelasi dan sinkron dengan evolusi fenotipe. Lebih lanjut keduanya pun harus sinkron dengan evolusi fisiologi yang diwakili dengan mekanisme metabolisme. Evolusi morfologi, evolusi fenotipe, dan evolusi fisiologi  akan memengaruhi dan harus sinkron dengan evolusi kecerdasan dan evolusi kesadaran. Struktur evolusi yang diperluas yang tampak pada aspek morfologi, fenotipe, fisiologi, kecerdasan, dan kesadaran suatu spesies atau individu akan memengaruhi spesies atau individu lainnya dalam ekosistem, juga bahkan keseluruhan ekosistem. Semua variabel tersebut yaitu evolusi morfologi, evolusi fenotipe, evolusi fisiologi, evolusi kecerdasan, evolusi kesadaran, evolusi rantai makanan, dan evolusi ekosistem harus bergerak dalam kecepatan yang sama sehingga seluruh anasir dalam ekosistem saling sinkron dan kompatibel. Dengan cara inilah kelestarian dan keberlangsungan hidup suatu organisme bertahan. Seleksi alam hanya bisa bekerja dalam sistem sinkron dan kompatibel seperti ini.

Semua itu pun masih dibatasi dan harus sinkron dengan entropi tertinggi yang berlaku dalam skala individu, spesies, populasi, ekosistem, dan biosfir. Jika batas entropi tertinggi itu dicapai, maka kematian, kepunahan, dan evolusi siklik akan terjadi. Selain itu kepunahan suatu spesies juga akan terjadi jika Nilai Spesifikasi Dasar tidak terpenuhi.

Evolusi tidak terjadi jika syarat sinkron dan kompatibel ini tidak dipenuhi. Tampak jelas bahwa evolusi adalah kesatuan narasi besar yang kompleks.

Sekarang pertanyaannya adalah mekanisme apa yang membuat narasi besar evolusi bisa saling sinkron dan kompatibel? Pendekatan Teistik, Kreasionisme, dan Desain Cerdas bisa masuk dari sini.

Dasar Teori Evolusi Baru

Menemukan sejumlah spesies yang tidak terhubung dengan cabang Pohon Evolusi merupakan kandidat untuk menumbangkan Teori Evolusi Darwin yang sudah baku di dunia Sains. Bukan saja melacaknya dari segi Morfologi dan DNA, tapi juga Sistem Organ, Optimasi Organ, dan Daya Dukung Ekosistem.

Virus dan Homo Sapiens sudah nyata bisa dikeluarkan dari Pohon Evolusi.

Virus diduga merupakan jembatan antara materi Abiotik dengan materi Biotik, sehingga bisa ditempatkan di paling dasar dalam pohon evolusi. Tapi tidak bisa, karena kehidupan virus yang bersifat parasit membutuhkan kehadiran organisme lain lebih dulu. Virus harus dibuatkan Pohon Evolusi yang terpisah.

Sementara Homo Sapiens masih ada missing link dengan Homo Erectus yang terakhir sehingga membutuhkan lompatan genom yang besar dalam waktu singkat. Syarat ini tidak dimungkinkan terjadi. Masa kehadiran Homo Sapiens pun beririsan dengan Homo Neanderthal sehingga menimbulkan asumsi telah terjadi persilangan di antara kedua spesies ini. Homo Sapiens jelas bukan kepanjangan dan kelanjutan Evolusi dari Homo Erectus. Homo Sapiens pun harus dianggap sebagai Pohon Evolusi tersendiri.

Pencarian atas organisme yang tidak terhubung dengan Pohon Evolusi akan menjadi upaya utama kita di sini.

Tidak adanya evolutionary gap antara Archea dengan Eukariotik, maka Eukariotik harus dipisahkan sebagai pohon tersendiri, sebagai Pohon Evolusi mandiri.

Tidak adanya evolutionary gap antara burung dengan mamalia juga seharusnya menempatkan mamalia sebagai pohon evolusi tersendiri.

Kita akan mendapati dengan begitu sejumlah pohon evolusi yang berbeda di setiap apa yang awalnya disebut cabang dan ranting dalam Pohon Evolusi tunggal yang ada sekarang.

Spesies yang terlanjur dianggap sebagai evolutionary gap pun perlu dikaji ulang waktu kehadirannya. Apa yang disebut sebagai evolutionary gap bisa tertukar dengan spesies persilangan. Perbedaanya ada pada waktu kemunculannya.

Pohon Evolusi hewan harus sinkron dan berkorelasi dengan Pohon Evolusi Tumbuhan. Pohon Evolusi Hayati secara keseluruhan harus sinkron dan kompatibel dengan Evolusi Geologis. Bahkan juga dengan Evolusi Arkeologis karena terkait dengan Domestikasi hewan dan tumbuhan juga Rekayasa Genetika yang dilakukan manusia sepanjang sejarah peradabannya.

Pohon Evolusi juga harus bisa menggambarkan rantai makanan dan interaksi ekosistemnya secara lengkap.

Berdasarkan Asumsi dan Postulat inilah Teori Evolusi yang baru harus dibangun.

Kesimpulan

Teori Evolusi yang dicetuskan Darwin pada tahun 1859 dalam bentuknya yang asli dan baku tidak lagi relevan. Teori Evolusi Darwin mengandung banyak penyederhanaan dan asumsi absurd. Pernyataan Darwin dalam teori nya seperti Seleksi Alam dan Evolusi Divergen telah menjadi dogma. Evolusi yang berbasis kepada ekosistem dan rantai makanan seperti dijelaskan di atas sini memberikan gambaran bahwa evolusi adalah proses yang kompleks. Sebelum suatu spesies melakukan optimasi fungsi organ, mengembangkan organ-organ yang baru atau bahkan menghilangkan organ-organ yang ada, membangun sistem organ yang baru, mengembangkan sistem metabolisme yang lebih baik, dan menjadi spesies yang berbeda, ada syarat internal dan syarat eksternal yang harus dipenuhi.

Evolusi adalah peristiwa dan proses yang kompleks. Segala sesuatunya dalam proses itu harus berjalan sinkron dan kompatibel. Ada dua batasan besar bagi evolusi yaitu spesifikasi dasar dan nilai entropy tertinggi. Berdasarkan sifatnya ada 10 jenis evolusi yaitu evolusi diskrit, evolusi kontinyu, evolusi divergen, evolusi konvergen, evolusi progresif, evolusi regresif, evolusi deterministik, evolusi probabilistik, evolusi spontan, dan evolusi kesadaran. Berdasarkan bentuknya ada delapan jenis evolusi yaitu evolusi morfologi, evolusi fenotipe, evolusi fisiologi, evolusi kecerdasan, evolusi kesadaran, evolusi rantai makanan, evolusi ekosistem, dan evolusi biosfer. Evolusi biosfer melibatkan enam masa kepunahan massal. Hubungan antara organisme dalam enam masa kepunahan massal itu mensyaratkan adanya spesies peralihan.

Menumbangkan Teori Evolusi Darwin yang sudah baku di dunia Sains dapat dilakukan bukan saja dengan melacaknya dari segi :
1. Morfologi dan,
2. DNA, tapi juga,
3. Sistem Organ,
4. Optimasi Organ, dan
5. Sistem Metabolisme, serta
6. Daya Dukung Ekosistem.

Lebih lanjut, Pohon Evolusi hayati harus sinkron dan berkorelasi dengan,
a. Evolusi Geologi,
b. Evolusi Arkeologi.

Implikasi

Kehidupan tidak mengizinkan suatu organisme muncul secara sendirian dan eksklusif. Dia harus muncul dalam satu log paket rantai makanan utuh. Jika pun, kita ingin mencari satu bentuk kehidupan di luar Bumi atau di bagian lain dari semesta yang luas ini, kita harus pertama-tama menemukan satu paket rantai makanan tersebut. Proses assembly kehidupan bisa menggunakan gabungan dan susunan mana saja dari unsur-unsur yang ada di semesta sebagaimana tergambar pada Tabel Periodik Unsur, tapi dia tidak mungkin tampil sendirian, melainkan bersama dan bersamaan dengan susunan assembly unsur-unsur lainnya untuk membentuk satu paket rantai makanan.

Satu paket rantai makanan itu dapat dikenali dari adanya siklus energi tertutup dan eksklusif pada satu lokasi tertentu.

Penutup

Ketika kita memperhatikan dan mengamati keanekaragaman hayati pada sejumlah spesies contohnya ragam dan jenis pohon pisang, pohon mangga, pohon jambu, pohon jeruk, pohon rambutan dan pohon duren yang dalam beberapa hal bisa berbeda tapi dalam kebanyakan hal memiliki persamaan, kita secara awam pun akan menduga bahwa mereka masing-masing mungkin berasal dari satu spesies yang sama. 

Hal yang sama juga terjadi saat kita membandingkan buah nangka, buah cempedak, dan buah sukun yang bentuk buahnya mirip, walaupun bentuk pohon dan daunnya berbeda, membawa kita kepada dugaan bahwa ketiga pohon itu mungkin berkembang dari satu jenis pohon yang sama. Bisa jadi semua pohon buah itu berasal dari satu jenis pohon buah saja. Karena pohon buah juga berbunga sama seperti pohon bunga, bukan mustahil semua pohon itu berasal dari nenek moyang pohon yang sama. 

Lebih lanjut, tidak salah juga jika kita berkesimpulan yang sama saat kita melihat sejumlah burung dengan morfologi dan anatomi yang sama tapi memiliki bentuk paruh yang berbeda adalah hasil evolusi dari satu spesies nenek moyang yang sama yang beradaptasi dengan jenis makanan yang berbeda. Kemudian beberapa sifat unggul diwariskan, dan sifat inferior hilang. Beberapa spesies unggul bertahan, dan spesies yang lemah akan punah.

Secara awam pun kita bisa melihat bahwa setiap individu dan spesies mempunyai kemampuan membentuk variasi. Variasi ini sangat dimungkinkan dari sisi Hukum Hereditas Mendel dan Struktur DNA. Jika variasi itu terus berlanjut berlangsung selama milyaran tahun, baik ditarik ke depan maupun ke belakang, akan didapatkan bentuk organisme yang sama sekali berbeda. Ini adalah konsekuensi logis sebagai akibat dari panyimpangan variasi yang berlangsung sangat panjang tersebut. Jika ditarik ke belakang, bisa jadi bentuk awalnya semakin sederhana. Serta jika ditarik ke depan, maka bentuknya bisa jadi lebih kompleks dan lebih baik.

Jika orang awam berpikir seperti itu, maka tidak salah juga ketika Darwin berpikiran hal yang sama dan mengembangkan ide itu. Pemahaman evolusi Darwin dapat dikenali dari idiom yang sering digunakan seperti adaptation, survival of the fittest, natural selection, ancestors with modification, dan tree of life.

Tapi kita pun dengan segera dapat menyadari bahwa kehidupan biologi tidak selinear dan semekanis itu. Ketika kesimpulan dari pengamatan yang disebutkan di atas digeneralisasi dan disederhanakan untuk menggambarkan keseluruhan gambar kehidupan hayati, kita mendapati banyak anomali dan bahkan paradoks.

Sebagaimana kita menguji pertanyaan mana yang lebih dulu ayam atau telur melalui mekanisme alam yang bekerja pada sistem reproduksi ayam, maka ide dan pemahaman evolusi Darwin pun kita uji dengan mekanisme alam yang nyata bekerja pada struktur biologi. Kita tebalkan dan garis-bawahi kata nyata sebagai gugatan kita atas asumsi-asumsi yang berkembang dalam memahami fakta biologi. Hasilnya, anomali dalam Teori Darwin semakin terakumulasi. Sekarang hampir disepakati bahwa Pohon Evolusi hanya menggambarkan kekerabatan antar organisme hidup, tapi bukan menunjukkan keturunan langsung.

Tidak boleh ada Teori Evolusi tunggal dan tidak bisa hanya ada satu Pohon Evolusi saja. Fakta-fakta biologi harus tetap dipahami dalam koridor sains. Kita mendapati bahwa Teori Evolusi Darwin telah menjadi dogma yang didukung oleh ideologi atheisme. Sementara penentang utamanya adalah kaum agamawan. Baik sekali jika tidak ada sentimen seperti itu dalam memahami fakta biologi. Teori Evolusi Darwin dan Teori Evolusi lainnya harus tetap berada di koridor sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun