"Eh kapan-kapan kita tukaran buku yuk? Aku juga kepengen baca buku sastra luar negeri. Kamu mau nggak?" usul Lili pada Endo.
      "Boleh juga tuh. Kamu tentukan aja kapan kamu mau ke rumahku."
      "Gimana kalau kalau hari Kamis? Senin, Selasa dan Rabu aku sibuk les."
      Endo menanggapi usulan Lili dengan mengganggukkan kepala dua kali. Lili dan Endo memilih berpisah ketika lonceng masuk kelas membahana bunyinya ke seluruh penjuru sekolah. Lili melambaikan tangan kanan menandakan perpisahan walau perpisahan yang mereka akhiri hanya berlangsung sampai pulang sekolah.
      Lili terus saja berpikir mengapa hari-hari berjalan begitu lambat. Ingin rasanya dia menyudahi ceramah dan penjelasan guru lesnya agar ia cepat pulang. Bolak-balik melirik arloji yang terikat di pergelangan tangan jadi kebiasaannya semenjak dia mengenal Endo. Lelaki yang baru hari ini dikenalnya, entah kenapa bisa menyita perhatian dan hati Lili. Perempuan berambut hitam lurus itu menyempatkan membuat puisi di sela kegiatan les. Tangan kanan sudah memegang pena hitam dan di bawah tangannya ada secarik kertas kosong. Sebelum dia merangkai kata, perempuan itu memikirkan terlebih dahulu kata apa saja yang akan ditulis.
      Ke mana saja kau kucari
      Belahan utara dan selatan yang melintangi bumi tak jua ketemu
      Aku lelah dalam pencarian yang hampir kukira sia-sia
      Kumengira kau bersembunyi kar'na malumu
      Tak boleh malumu itu halangi aku 'tuk miliki
      S'bab kamulah inti dari mulut letihkulantunkanribuan doa pada Sang Kuasa