Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemuja dan Memujamu

26 Januari 2018   19:56 Diperbarui: 26 Januari 2018   20:09 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Hati-hati ya Tante." Meskipun sedang dalam pembicaraan serius, lirikan mata Lili mengarah pada Ibunda Endo tampil cantik dengan paduan kemeja khusus wanita dewasa dan celana satin panjang hitam.

            "Oh ya, Nak. Kalian serius banget sampai-sampai Tante tidak berani menyapa kalian." Lili tertawa kecil menutupi rasa malunya. Tak terlihat lagi Ibunda Endo di sana. Ia sudah meninggalkan mereka bersamaan suara daun pintu yang tertutup.

            "Jadi sampai mana cerita kita tadi?" sambung Endo.

            Lili memilih mengganti topik pembicaraan ke arah umum. Seputar sekolah, kegiatan sehari-hari, sampai penulis favorit. Sepanjang pembicaraan mereka, tidak ada yang pasif maupun terlalu mendominasi. Keduanya mendapatkan porsi berimbang dalam hal memberi dan menjawab pertanyaan. Kadang disertai gelak tawa dan pukulan gemas Lili pada Endo. Ini semakin menguatkan perasaan Lili pada lelaki di depannya. Ingin diungkap momen itu juga tapi perempuan itu masih ragu. Dalam pikirnya masih perlu beberapa pendekatan lagi.

            "Sudah jam tiga sore, aku harus pulang," kata Lili lalu membalikkan posisi lengannya sehabis menengok arloji. Ia meraih tas yang tergeletak di lantai kemudian bangkit berdiri.

            Sesudah berpamitan pada tuan rumah, Lili mulai melangkah menuju pintu ruang tamu.

            "Tunggu, aku yakin kamu pasti melupakan sesuatu," cegat Endo sambil telunjuknya menunjuk pada Lili yang sedang memegang gagang pintu.

            "Apa?" sahutnya.

            Sebelum membuka pintu, Lili berpikir sejenak apa yang dimaksud oleh Endo. Lili menepuk jidatnya sendiri begitu dia mengerti apa yang Endo bicarakan. Wajah Lili memerah ketika ia akan mengambil barang yang tadi disembunyikannya rapat-rapat. Dengan menahan detak jantung tak karuan, Lili menggeser pangkuan ransel sebelah kanan sambil membuka resleting kantong ransel paling depan.

            Lipatan kertas itu agak lecek tapi Lili menekan-nekan kertas itu agar tidak terlihat terlalu kusut.

            "Maaf," kata Lili sambil menyodorkan kertas itu pada Endo. Lelaki berambut keriting itu menerimanya. Selesai memberikan kertas itu, Lili mendorong gagang pintu hingga terbuka disusul dengan dirinya langsung keluar dari ruang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun