Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemuja dan Memujamu

26 Januari 2018   19:56 Diperbarui: 26 Januari 2018   20:09 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Iya, Nak. Ibu akan tulis puisi yang kamu bilang itu. Bilang saja kalimatnya pelan-pelan. Tidak usah terburu-buru," ujar sang ibu dengan roman sedih.

*

            9 November

            Masih segar dalam ingatan Richard ketika ibunda Endo menyuruhnya ke rumah sakit Harapan Bersama. Dan yang membuat dirinya tambah khawatir, Endo sedang dalam kondisi kritis. Ibu dari teman akrabnya ingin menitipkan sesuatu padanya.

            Richard melajukan sepeda motor yang ditungganginya begitu kencang sampai-sampai angin malam begitu kuat menerpa dadanya. Lelaki itu sudah lama mengetahui kalau Endo mengidap kanker paru-paru. Selama ini, dia bertahan hidup dengan resep obat-obatan herbal China. Meski begitu, ada masa ketika tubuh seseorang tidak bisa lagi menahan penyakitnya walau mencoba menangguhkan masa hidup dengan menggunakan obat-obatan semanjur apapun itu. Dan bisa jadi di sini batas tubuh Endo bisa menahan kanker yang sudah menuju stadium akhir.

            Tiga puluh menit Richard bergumul dengan kencangnya angin malam kini ia sudah tiba di halaman depan rumah sakit Harapan Bersama seraya memarkirkan sepeda motornya. Ia dengan langkah kaki terburu-buru mencari ruangan tempat sahabatnya dirawat.

            Lama mencari akhirnya Richard menemukan ruangan tempat Endo dirawat. Ketika akan memasuki ruangan, lelaki kurus itu mendapati ibunda Endo tengah menangis tersedu-sedu sambil menyebutkan nama Endo dalam isak tangis menyedihkan itu.

            "Lho, tante, kenapa tante ada di sini? Mana Endo? Dia masih di dalam 'kan?" Richard memberikan serentetan pertanyaan tentang keberadaan Endo.

            Dengan suara serak bercampur isak tangis ibunda Endo menjawab, "Endo... Endo dia tidak ada di sana. Dia... dia sudah meninggalkan kita semua untuk selamanya."

            Richard menggelengkan kepala dan mulai mengeluarkan suara isak tangis yang tertahan di tenggorokannya. "Itu enggak mungkin 'kan, Bu. Endo enggak mungkin meninggal," bantah Richard seraya menitikkan air mata dari kedua pelupuk matanya.

            "Kalau kamu enggak percaya, kamu jalan saja lurus lalu belok kiri. Lima meter dari sana ada ruangan tempat Endo berada saat ini," terang ibunda Endo dengan tatapan hampa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun