Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rania #11

3 November 2014   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembalasan

Armand telah sampai di desa Baturaja setelah menempuh perjalanan selama 30 menit . Pemandangan desa juga tak kalah indahnya seperti di pulau Hinako . Desa yang tak terlalu luas , seperti desa yang terletak di luar pulau besar . Banyak sekali rumah - rumah sederhana yang berderet di pinggir jalan besar .

Sambil berjalan mengamati pemandangan desa , ada juga warga desa yang menyapanya , Armand juga membalas sapaan nya dengan senyuman ramah . Sepanjang jalan dihabiskannya dengan memandang keasrian desa Batu Raja yang belum terjamah sepenuhnya oleh pembangunan di kota - kota besar , hanya diolah seadanya . Akhirnya , Armand sampai juga di losmen tempat penginapan mereka dulu .

Armand masuk ke dalam losmen , tidak ada yang berubah sama seperti saat mereka bertiga menginap di sana . Mungkin petugas resepsionis nya sudah tidak asing lagi melihat wajah nya .

Armand mendatangi resepsionis untuk meminta kunci kamar .

" Pesan kamar , Bang ?"

" Ya kak . Satu kamar saja . "

" Oh , tapi ngomong - ngomong ke  mana teman abang yang cewek dan cowok itu ? "

" Oh mereka berdua lagi kuliah . Saya ngambil cuti 2 hari buat refreshing , mau nikmatin liburan sendiri . " jawab Armand .

" Hm begitu . " sambil menyerahkan kunci kamar .

Armand berjalan sambil mencari kamar bernomor 013 dan sudah menemukannya . Segera dimasukkannya kunci itu dan membuka pintu nya .  Armand sejenak berbaring untuk menghilangkan kepenatan sehabis menaiki pesawat terbang dan angkutan umum .

Armand masih ingat saat dia keluar diam - diam sambil mengendap - endap agar dia tidak ketahuan oleh Rangga yang pada saat itu sedang tertidur . Tetapi Armand berusaha menyingkirkan semua ingatan nya saat dia menyatakan cinta nya pada Rania , tetapi Rania menolaknya . Sungguh kenyataan pahit yang harus diterimanya . Armand kemudian keluar dari kamar nya sekaligus untuk memesan makanan .

Senja juga sudah berganti malam . Jam dinding berdetak menunjukkan pukul 9 malam . Di kamar nya memang tersedia TV tetapi Armand sedang tidak mau menonton , dia memilih untuk duduk di depan teras sambil minum secangkir kopi yag telah dia pesan tadi .

Armand mengamati sekelillingnya , rimbunan pepohonan yang berselimut kegelapan malam dan jalan yang juga terlihat sepi . Mungkin sebagian orang akan memilih duduk bersama keluarga di dalam rumah dan menonton TV , tapi tidak dengan Armand . Baginya pemandangan seperti itu s'perti lukisan alam di malam hari dan lagipula suasana tak terlalu gelap , karena bulan sedang purnama .

Armand menyeruput segelas kopi yang ada di tangan nya , masih terasa hangat di dalam perutnya .  Armand masih mencemaskan bagaimana keadaan Rania di sana dan apakah Lenni sudah melakukan apa yang dia katakan tadi siang sebelum dia berangkat .

Suara Handphone berbunyi membuyarkan lamunan Armand dan segera melihat layar handphone .

" Nomor ini lagi ..!

" Halo ?! "

" Oh .. kukira kau sudah tak peduli lagi dengan teman mu . Jangan bersantai dulu , temanmu sedang dalam bahaya kan ? Jika kau ingin melihat teman mu selamat . kuharap kau datang secepatnya . "

Armand mematikan handphone nya dengan perasaan gusar dan masuk ke dalam losmen karena udara malam semakin dingin dan kopi di cangkir nya sudah habis diminum .

Malam telah berganti pagi , Armand sudah bersiap untuk pergi dari losmen itu dan meneruskan perjalanan nya menemukan Rania . Dia berangkat setelah dia memberikan kunci kamar dan uang sewa kamar nya .

Sudah agak jauh perjalanannya dari losmen tersebut , kini dia melintasi jembatan penghubung antara desa Batu raja dengan pulau Hinako yang panjang nya sekitar 300 meter .

Setelah melewati jembatan tersebut , dia t'lah menginjakkan kaki nya di pulau itu . Armand berjalan memasuki pulau yang keadaan hutan nya masih belum terjamah oleh tangan - tangan pengusaha , begitu rimbun dan lebat . Armand melihat ada 2 cabang jalan di pulau itu dan ia memilih jalur yang kanan .

Dia berjalan dengan tenang , tetapi ada seseorang yang mengikuti nya tapi ia tak mengetahui nya . Tapi semakin lama Armand semakin merasakan ada yang mengikuti nya dari belakang , merasa tak nyaman , Armand mencoba menoleh ke belakang .

" Tidak ada orang .. "

Setelah itu dia melanjutkan lagi perjalanan nya . Dia semakin merasa kalau ada seseorang yang terus mengikuti nya dari belakang , untuk memastikannya , Armand menoleh ke belakang lagi dan lagi tak ada orang di belakang nya . Armand mulai berpikir kalau ada hantu yang mengikuti nya , tetapi dia menangkis pikiran buruk itu , tanpa memerdulikan apa yang ada di belakang nya .

Armand terus saja berjalan tanpa tahu orang yang sedari tadi sudah semakin mendekat, mengambil ancang - ancang untuk bersiap memukul nya . Dan kini orang itu sudah ada di belakang nya , segera memukul tengkuk Armand hingga dia ambruk .

1 jam kemudian , Armand sadar dan merasa tengkuknya nyeri seperti ada yang memukul . Armand yang mencoba memulihkan tenaga dan melihat bahwa dia ada di sebuah ruangan yang besar dan sontak dia melihat ada suara jeritan tertahan seperti orang yang disekap .

Armand terkejut bahwa yang disekap itu adalah Rania yang berada tak jauh di depan nya . Saat mendekati Rania , ada seseorang yang bertopeng yang mengacungkan pedang ke hadapan wajahnya , hal itu membuat Armand terhenti .

" Hei  , apa yang kau lakukan ?!! "

Beberapa orang terlihat memasuki ruangan itu dan mendekat ke seseorang yang bertopeng itu , Armand sangat terkejut bukan main , ternyata dia mengenali mereka .

" JACK ! HERMAN ! RYHAN ! JANGAN - JANGAN KAU ... "

" Benar sekali ... Aku .. " sambil membuka topeng nya

" RANGGA ! "

Armand seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya . Rangga , sahabat dekat nya sendiri yang menculik dirinya dan juga Rania .

" RANG , KENAPA KAU BISA NGELAKUIN HAL SENEKAT INI SAMA RANIA ?! " pekik Armand .

" Seharusnya aku yang nanya ?! Kenapa kau begitu bernafsu mau merebut Rania dariku ?!! " balas Rangga .

" Ngerebut Rania ?! Aku betul - betul gak ngerti dengan apa yang kaumaksud ?! " tepis Armand  .

" Nggak ngerti ?! Jadi ini ...! " Rangga mengambil 4 lembar foto dari dalam kantong kemaja nya dan mencampakkan ke wajanya .

Armand mencoba mengambil foto yang dicampakkan Rangga dan melihat nya satu per satu . Di foto itu jelas sekali terpampang kedekatan dirinya dengan Rania . Armand ingat sekali bahwa dia pernah mengajak Rania ketemuan dengan nya di beberapa tempat , tapi yang membuatnya penasaran siapa yang memfoto itu semua .

" Rang , aku ingin bertanya satu hal ... "

" Apa .. "

" Dari mana kamu dapatkan foto - foto ini ? "

" Heh . Jack nggak sengaja ngeliat kalian jalan berdua . Dia berinisiatif buat memfoto kalian berdua  dan nunjukin padaku . Awalnya aku gak percaya dan kusuruh Jack buat ngumpulin beberapa foto lagi sebagai bukti kalo kalian berdua gak ada hubungan spesial sama sekali . Tapi kau tahu , Mand , melihat kau berdua sama Rania di losmen malam itu , buat aku berubah pikiran samamu ... "

" Jadi kau ... ? "

" YA , AKU LIAT SEMUA NYA KOK !AKU BERPIKIR KAU ITU GAK LEBIH DARI SEORANG PENGKHIANAT , MAND !! "

Armand tertegun sebentar dengan apa yang dikatakan Rangga .

" Rang .. aku bisa jelasin semua samamu kok ... "

" JELASIN ?! MAU JELASIN APA ?!! SEMUA UDAH JELAS KOK !! "

" Aku ... "

" DIAM KAU ! SEKALI LAGI KAU BICARA , AKU NGGAK AKAN SEGAN - SEGAN UNTUK MENGGOROK LEHER INI CEWEK !! " Rangga menempelkan pedang itu ke leher Rania .

Melihat Armand takut dengan ancaman nya kepada Rania , membuat Rangga membuka sumpalan mulut Rania .

" ARMANDD !! " teriak Rania .

" RANIAA ! " Armand mencoba mendekat .

" JANGAN COBA DEKAT - DEKAT ! MAU KUPUTUSIN LEHER NYA?!! " sambil kembali menempelkan pedang itu ke leher nya .

Armand berjalan mundur perlahan agar bisa menyakinkan Rangga bahwa dia takkan melakukan sesuatu yang berbahaya kepada Rania , di depannya juga sudah ada 3 orang yang siap menghadang Armand . Armand perlahan mundur begitu juga dengan Rangga . Armand mundur beberapa langkah hingga mentok ke dinding tapi ketiga orang itu juga mengikuti ke mana Armand bergerak .

Armand bergerak ke sebelah kiri tetapi ketiga orang itu tetap  saja mereka mengikuti nya . Tangan kanan Rangga masih mendekap leher Rania dan tangan kirinya memegang pedang .

Tak ada pilihan lain selain selain menerobos orang itu dan merebut paksa Rania . Armand berhenti sejenak . Tiba - tiba , Armand berlari dan menerobos mereka bertiga . Mereka yang tak tahu Armand akan berlari , sempat terjatuh , tapi naas saat Armand meraih tangan Rania ...

" AOKH ! "

" Sudah kubilangkan jangan mendekat ! "

Sebilah besi dinding menembus dada Rania dari belakang . Armand menurunkan tangan nya perlahan .

" Ra ... Rania ... " desis Armand .

Mata Rania terbelalak sesaat sebelum pedang itu mencabut nafasnya dan tubuh Rania ambruk bersimbah darah di hadapan Armand .

Kaki Armand seolah bergetar dan lemas menyaksikan wanita yang sangat dicintainya mati di hadapan nya .

" Teman - teman , hajar dia sampai babak belur kalau perlu sampai dia mati ! " Rangga menunjuk Armand .

Di tengah kesedihan nya , Jack , Herman & Ryhan menyeret nya ke pojok dinding  dan menghajar nya hingga dia babak belur .

Armand sadar beberapa menit lalu setelah dikeroyok oleh mereka bertiga . Tubuhnya masih merasakan sakit , nyeri hingga dia belum bisa menopang badan nya .

Dia menyeret badan nya untuk mencapai mayat Rania yang tidak terlalu jauh dari nya . Dia menyeret badannya dengan tenaga yang ada hingga dia sampai . Armand mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih menyiksa dan akhirnya dengan bersusah payah , Armand duduk dan mencoba mengambil tubuh Rania menaruh ke dalam dekapan nya .

Dipandangi nya tubuh Rania yang tak bernyawa , gadis yang sangat dicintainya itu . Tanpa terasa tetesan air mata mengalir dari sudut pelupuk matanya . Tangisnya memecah kesunyian dan semakin keras , menggema di ruangan eksekusi itu , sambil menggoyang - goyangkan badan Rania berharap dia masih hidup .

" RANIA ? BANGUN RANIA ?! BANGUN ! " Armand masih saja berusaha untuk membangunkan Rania tapi apa daya usaha nya sia - sia , Tuhan sudah menjemputnya .

" RANGGA ?! KAU ... !!! HARUS MEMBAYAR KEMATIAN RANIA !! KAU HARUS MATI DI TANGAN KU , RANGGA !!! " Armand berteriak keras dan tatapan mata nya merah padam seakan dirinya ingin sekali membunuh Rangga . Api dendam pun sudah membara dadanya .

Siang t'lah bertukar senja . Polisi t'lah tiba di pulau Hinako . Polisi mendapatkan informasi dari beberapa saksi dan teman - teman Rania . Pihak kepolisian yang baru saja tiba di tempat kejadian terkejut mendapatkan tubuh seorang wnita tergeletak tak bernyawa , tubuh bersimbah darah . Mereka menduga t'lah terjadi pembunuhan di tempat itu dan melihat ada luka tusukan senjata tajam di dada Rania .

Orang tua Rania yang ikut bersama polisi tersebut menangis histeris melihat putri mereka meregang nyawa secara mengenaskan . Kepolisian memanggil tim pengangkut jenazah , ahli forensik dan otopsi guna mengetahui penyebab lebih lanjut pembunuhan Rania .

Jenazah Rania diterbangkan dengan menggunakan pesawat terbang khusus untuk dikebumikan . Orang tua masih menangis meratapi kepergian putri sulung mereka , mereka juga menyesal terlalu menekan anak mereka , mencari Rangga guna mempertanggung jawabkan janin yang ada di rahim nya .

Satu setengah jam t'lah berlalu , mereka sampai di bandara . Polisi bersiaga mengambil jarak dengan orang - orang yang mulai ramai melihat para polisi membawa sebuah kantung yang berisikan jenazah seorang wanita dan segera memanggil ambulance untuk dibawa ke rumah sakit .

Hari sudah malam , rencana penguburan Rania dilaksanakan pada pagi hari . Tetangga mulai berdatangan begitu juga dengan teman - teman kampus dan satu falkultas nya melayat , memberi penghiburan bagi orang tua Rania dan adik laki - laki nya yang duduk samping jenazah Rania yang sudah diletakkan dalam peti . Lenni yang saat itu masih di rumah duka , mencoba menghubungi Armand , tetapi nomor nya tidak aktif , begitu pula dengan Rangga , tidak ada satupun teman dekat Rania yang bisa diberi tahu tentang kabar dukacita ini .

Pemakaman t'lah dilaksanakan . Terdengar suara isak tangis dari teman - teman Rania . Mereka sangat menyayangkan kematian Rania yang begitu tragis dan berharap pihak kepolisian bisa menangkap tersangka pembunuhan tersebut . Masih terlihat orang tua Rania dan adik nya masih menangis tersedu - sedu mengiringi kepergian Rania yang petinya sudah tertimbun oleh tanah . Di tengah suasana haru tersebut , Rangga juga datang dan sekonyong - konyong menangis di depan makam Rania .

Melihat hal itu , Lenni mencoba menghibur Rangga yang masih diselimuti kesedihan .

" Sabar ya Rang , kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Rania . Mungkin ini sudah kehendak yang di atas . " sambil menepuk lembut pundak Rangga .

Melihat kedatangan Rangga yang tiba - tiba , tersulutlah emosi ayah Rania mengingat Rangga selama ini menghilang , muncul lagi ketika Rania sudah meninggal .

" EH , KAMU LIAT INI ! ANAK SAYA , MENINGGAL GARA - GARA KAMU ! DASAR LAKI - LAKI GAK BERTANGGUNG JAWAB ! BIAR SAYA HABISI KAMU SEKARANG ! " emosi ayahnya tak terbendung ketika tangannya mengepal keras dan mencengkram leher Rangga , hendak bersiap memukul nya .

" Jaga emosi mu , Pa ! Ini bukan semata salah Rangga . Kini Rania sudah tiada .   Kita ikhlaskan saja , ini sudah jadi kehendak Yang Maha Kuasa , pak ! " timpal sang ibu .

Lenni yang ada di samping Rangga pun tak bisa berbuat banyak , meredam luapan emosi ayah Rania , hanya bisa tertunduk lesu .

" Dasar manusia biadab ...! "

Terdengar desis suara dari balik pohon tetapi ketika dilihat nya dari belakang , tidak ada seorang pun . Mungkin hanya halusinasi nya saja .

Malam hari ini bulan sedang purnama . Sinarnya memancarkan cahaya pada suatu tempat nan ramai . Di sebuah bar , di antara kelap - kelip lampu berwarna - warni , suara musik disco yang berdentum begitu keras , mungkin bisa memekakkan telinga siapa yang mendengarkan nya .

Terlihat ada 4 orang pemuda duduk melingkar di sebuah meja , sedang serius membicarakan sesuatu hal .

" Eh kawan - kawan . Denger - denger , polisi sudah mengantongi identitas para pelaku pembunuh Rania ..? " tutur Jack .

" Tahu dari mana kawan , Jack ? " kata Herman .

" Dengar ada warga desa yang memergoki kita , seperti melakukan sesuatu hal yang mencurigakan gitu ... "

" Ah gak mungkin . Kita kan pergi nya malam banget . Lagipula semua barang - barang bukti udah pada kita buang . Takkan ada yang bisa menemukan kita " Rangga memotong pembicaraan Jack .

" Betul tu kata Rangga . Si Armand kan udah kita beresin . Gak mungkin ada orang yang ngeliat kita . Lebih baik kita minum - minum dulu deh biar hanget . " timpal Ryhan sambil mengangkat gelas nya .

Mereka saling mengangkat gelas nya dan bersulang . Tanpa mereka tahu seseorang yang berada di sudut bar sudah memperhatikan gerak - gerik mereka dari tadi .

Pukul 23 . 30 tengah malam . Jack pulang terlebih dahulu dengan alasan dirinya sudah mabuk . Dia juga khawatir karena akhir - akhir ini banyak kecelakaan kendaraan disebabkan pengemudi dibawah pengaruh alkohol . Jack dengan langkah sempoyongan keluar dari bar , hendak mengambil sepeda motor nya . Ketika sedang memasukkan kunci nya , Jack dibius dari belakang , tak sanggup dirinya melawan ,  orang misterius itu menyeret nya ke tempat yang gelap .

Keesokan hari nya seorang penjaga bar menemukan mayat seorang pria tewas mengenaskan dengan luka bacok hampir di sekujur badan nya . Penjaga bar tersebut langsung menelpon polisi karena dirinya takut terlibat dalam kejadian tersebut .

Setelah 20 menit usai ditelepon , datanglah polisi dan petugas medis . Polisi menemukan identitas mayat tersebut adalah Jack , pria berusia 22 tahun . Jack ditemukan dengan kondisi badan penuh luka bacok dan bersimbah darah . Polisi menduga pria tersebut menjadi korban pembunuhan .

Petugas medis membawa mayat itu ke rumah sakit guna otopsi dan pemeriksaan lebih lanjut . Polsi yang berada di tempat kejadian perkara menelepon keluarga korban dengan Handphone milik korban yang berada di saku celana nya .

Keluarga Jack yang menerima kabar bahwa anggota keluarga menjadi korban pembunuhan langsung menuju rumah sakit usai ditelepon oleh polisi . Ayah , ibu dan adik nya Jack sudah menemukan jenazah anggota keluarga mereka sudah terbujur kaku , dingin , t'lah tertutupi oleh kain putih panjang . Suara tangis pun pecah di ruang jenazah .

Pukul 12 . 30 , acara pemakaman Jack sedang berlangsung . 3 orang cowok , Rangga , Herman & Ryhan dan 3 orang cewek Lenni , Tian & Jen menghadiri pemakaman teman mereka . Suasana pemakaman penuh haru dan tangisan dari ibunda Jack yang masih tak percaya bahwa anaknya akan pergi dengan cara yang mengenaskan . Begitu pula dengan Rangga , Herman & Ryhan yang tak habis pikir siapa yang tega menghabisi sahabat nya dengan cara sesadis itu .

Sudah 3 hari sejak kejadian pembunuhan tersebut , polisi masih melanjutkan penyelidikan guna menemukan siapa tersangka pembunuhan Jack .

Malam hari pukul 20.00 , Herman baru saja pulang dari rumah teman nya . Rumah Herman berada di dalam gang kecil sebelah kiri komplek perumahan . Herman memilih turun jauh dari rumah nya karena dia merasa segan dengan teman nya . Dia pikir , jarak rumah nya dari komplek perumahan tersebut hanya berjarak kurang lebih 150 meter , bisa ditempuh dengan berjalan kaki .

Tak seperti biasa nya , begitu sepi . Terlihat hanya satu atau dua orang melintas -- pulang ke rumah masing - masing . Mungkin teringat pada kasus pembunuhan Jack yang tersiar sampai ke tempat tinggal nya , membuat penduduk yang bermukim di sana , merasa takut dan resah , walaupun tempat kejadian nya jauh dari sana .

Herman berjalan sambil bersenandung kecil untuk mengusir rasa sepi yang mencekam di malam itu . Sambil bersenandung , Herman mendengar suara derap kaki yang mengikuti nya dari belakang . Dirinya merasa was - was , kala dia melihat ada bayangan orang , seperti seseorang yang sedang membuntuti nya .

Dia terus saja melangkah tanpa peduli kalau dia terus diikuti . Terus berjalan seolah tak ingin peduli kalau ada seseorang yang mengikuti nya . Seiring langkah kaki nya , seiring dengan degup jantungnya semakin berdetak kencang tak teratur , derap langkah kaki seolah semakin dekat , dirinya merasa keamanannya akan terancam , Herman menoleh lagi ke belakang .

Ketika dia menoleh , tak ada seorang pun . Yang terlihat hanya sebuah pohon jambu air dan tanaman pagar tumbuh di sebrang jalan . Herman menghela nafas kecil , ternyata hanya perasaan nya belaka .

Saat memasuki gang kecil menuju rumahnya , tiba - tiba sebuah tali tambang mencengkram leher nya begitu kuat , hingga membuat diri nya terjatuh dan tali itu terus saja menyeretnya ...

Keesokan paginya , seorang warga digegerkan dengan ditemukan nya seorang pria tewas gantung diri sebuah pohon . Warga bermukim di komplek itu mengenal mayat pria tersebut adalah Herman . Sejumlah warga langsung berlari ke rumah orang tua nya  untuk memberitahu kalau anak mereka t'lah tewas gantung diri .

Berita kematian Herman yang diduga bunuh diri tersebut sampai ke telinga Rangga & Ryhan .

" Rang , aku takut banget nih . Jangan - jangan Herman bukannya mati karena bunuh diri tapi karena dibunuh , Rang . " tutur Ryhan

" Maksudmu ?! "

" Ya s'lama ini , Herman kan gak pernah ada masalah apa - apa , sama kita enggak , sama orang tua nya juga enggak , apalagi sama studi nya , gak ada masalah sama sekali . Aku curiga , ini semua ada kaitannya sama Rania , yang kita bunuh di pulau itu ... " nada bicara Ryhan berubah pelan .

" Hush ! jaga omonganmu, Han ! kalo ada orang yang dengar gimana ?! Bisa habis kita , tau kau ! " potong  Rangga .

" Ya ... ya ma.. maaf Rang . Aku soalnya takut banget , Rang . Bisa aja si Armand balas dendam sama kita - kita karena udah membunuh Rania ,.. "

" AH CUKUP HAN ! CUKUP ! Sekali lagi kau sebut nama Armand , kutinggalkan kau sini ! " bentak Rangga .

" Ya jangan donk , Rang . Aku takut banget sendirian di sini , Rang . Sepi banget , gak ada siapa - siapa lagi... "

" Ya sudah , kau tunggu aja dulu di sini bentar , aku mau buang air kecil bentar . Ini nih gara - gara kau ngomongin soal Rania sama Armand . Tapi , kau nunggu di sini ya !? Jangan ke mana - mana . "

" Yah tega amat kau , Rang , ninggalin aku di sini . Aku ikut kenapa ? "

" Aduh ... cuma bentar aja kok , gak bakalan lama , penakut banget jadi cowok ! " ketus Rangga .

" Tapi janji kan ? "

" Iya .. iya. "

Letak toilet agak berjauhan dari pintu gerbang keluar . Beberapa saat jalan kaki , akhirnya sampai juga di toilet .

" Ah lega nya ... "

Sesaat Rangga buang air kecil , ada seseorang dari luar mengetuk pintu toilet .

" Siapa di luar ? Ryhan jangan main - main deh . Gak lucu tahu gak ?! "

Rangga berjalan menuju pintu toilet dan membuka engsel nya . Saat pintu sudah terbuka , dia menemukan seseorang dengan posisi telengkup di depan pintu,  sontak membuat Rangga terperanjat .

Saat membalikkan badannya , alangkah terkejut nya bahwa orang itu adalah Ryhan , teman nya sendiri . Dia tewas dengan 3 luka tusuk di perut nya dan darah nya berceceran di lantai .

Belum habis rasa paniknya , seseorang berdiri membelakangi nya tak jauh dari posisi tergeletaknya mayat itu .

" Eh si ..si..siapa ka..kamu ? " Rangga agak terbata - bata .

Beberapa saat di berbalik , seseorang mengenakan sebuah topeng dengan jaket hitam , sebuah sarung tangan hitam dan celana jeans panjang , mengacungkan sebuah pistol di hadapan wajahnya .

Orang tersebut berjalan maju dan Rangga berjalan mundur perlahan - lahan .

" Si .. si ... siapa kamu ?! kenapa kamu membunuh teman ku ! Apa yang kamu mau dariku !! "

Orang itu tak menjawab pertanyaan nya dan terus saja berjalan menodongkan pistol , hingga Rangga dalam keadaan terpojok di dinding .

Orang itu membuka topeng nya

" ARMAND ! "

Armand menatap Rangga dengan pandangan dingin dan kosong . Dendam yang memuncak di hatinya , tak sabar lagi ingin dilampiaskan pada temannya itu .

" Waktu nya kau menyusul teman - teman mu , Rangga ... "

Tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara , Dia menarik pelatuk pistol itu sampai 4 kali dan peluru - peluru itu menembus dada nya dan darahnya membuncah mengenai dinding  , mengantarkan dirinya pada kematian yang begitu cepat dan tanpa mengenal rasa belas kasihan sama sekali .

Mas Kino , kini sudah keluar dari mess nya . Sudah tugasnya sebagai pengawas ruang untuk membukakan ruangan kuliah yang akan dipakai untuk kegiatan perkuliahan . Tapi sebelum dia hendak membuka ruangan kuliah , dirinya ingin sekali menuju kamar mandi . Dia sempat terusik dengan suara letupan senjata angin , yang mengganggu tidurnya malam tadi . Dia ingin sekali melihat apa yang terjadi di sana , tapi rasa kantuk yang masih merajainya , diputuskannya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu itu .

Kini dirinya sudah berada di kamar mandi . Sontak dia terkejut , melihat mayat seorang pria terbujur kaku , dengan tubuh bersimbah darah di depan kamar mandi . Pikirannya melayang dan menduga pasti ada korban lain yang berada di dalamnya . Dengan tubuh sedikit gematar , dilangkahinyalah mayat pria itu dan langkah kaki juga bergetar masuk ke dalam . Ternyata dugaannya benar . Ada kagi mayat seorang pria tewas mengenaskan . Darah kering membasahi dinding kamar mandi . Mas Kino yang mampu menahan kepanikannya , berlari keluar sambil berteriak minta tolong . Pada saat itu selasa pagi yang sudih , mendadak mencekam karena kasus pembunuhan misterius menimpa 2 pria malang tersebut .

" Nah , begitulah . Kau sudah tahu kan bagaimana cara membunuh mereka semua , kini tibalah saat nya untuk kalian bertiga menyusul teman - teman kalian ... " katanya sambil mengeluarkan sebilah pisau dari saku celana nya .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun