Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rania #11

3 November 2014   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 3 hari sejak kejadian pembunuhan tersebut , polisi masih melanjutkan penyelidikan guna menemukan siapa tersangka pembunuhan Jack .

Malam hari pukul 20.00 , Herman baru saja pulang dari rumah teman nya . Rumah Herman berada di dalam gang kecil sebelah kiri komplek perumahan . Herman memilih turun jauh dari rumah nya karena dia merasa segan dengan teman nya . Dia pikir , jarak rumah nya dari komplek perumahan tersebut hanya berjarak kurang lebih 150 meter , bisa ditempuh dengan berjalan kaki .

Tak seperti biasa nya , begitu sepi . Terlihat hanya satu atau dua orang melintas -- pulang ke rumah masing - masing . Mungkin teringat pada kasus pembunuhan Jack yang tersiar sampai ke tempat tinggal nya , membuat penduduk yang bermukim di sana , merasa takut dan resah , walaupun tempat kejadian nya jauh dari sana .

Herman berjalan sambil bersenandung kecil untuk mengusir rasa sepi yang mencekam di malam itu . Sambil bersenandung , Herman mendengar suara derap kaki yang mengikuti nya dari belakang . Dirinya merasa was - was , kala dia melihat ada bayangan orang , seperti seseorang yang sedang membuntuti nya .

Dia terus saja melangkah tanpa peduli kalau dia terus diikuti . Terus berjalan seolah tak ingin peduli kalau ada seseorang yang mengikuti nya . Seiring langkah kaki nya , seiring dengan degup jantungnya semakin berdetak kencang tak teratur , derap langkah kaki seolah semakin dekat , dirinya merasa keamanannya akan terancam , Herman menoleh lagi ke belakang .

Ketika dia menoleh , tak ada seorang pun . Yang terlihat hanya sebuah pohon jambu air dan tanaman pagar tumbuh di sebrang jalan . Herman menghela nafas kecil , ternyata hanya perasaan nya belaka .

Saat memasuki gang kecil menuju rumahnya , tiba - tiba sebuah tali tambang mencengkram leher nya begitu kuat , hingga membuat diri nya terjatuh dan tali itu terus saja menyeretnya ...

Keesokan paginya , seorang warga digegerkan dengan ditemukan nya seorang pria tewas gantung diri sebuah pohon . Warga bermukim di komplek itu mengenal mayat pria tersebut adalah Herman . Sejumlah warga langsung berlari ke rumah orang tua nya  untuk memberitahu kalau anak mereka t'lah tewas gantung diri .

Berita kematian Herman yang diduga bunuh diri tersebut sampai ke telinga Rangga & Ryhan .

" Rang , aku takut banget nih . Jangan - jangan Herman bukannya mati karena bunuh diri tapi karena dibunuh , Rang . " tutur Ryhan

" Maksudmu ?! "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun