Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rania #11

3 November 2014   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Armand sadar beberapa menit lalu setelah dikeroyok oleh mereka bertiga . Tubuhnya masih merasakan sakit , nyeri hingga dia belum bisa menopang badan nya .

Dia menyeret badan nya untuk mencapai mayat Rania yang tidak terlalu jauh dari nya . Dia menyeret badannya dengan tenaga yang ada hingga dia sampai . Armand mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih menyiksa dan akhirnya dengan bersusah payah , Armand duduk dan mencoba mengambil tubuh Rania menaruh ke dalam dekapan nya .

Dipandangi nya tubuh Rania yang tak bernyawa , gadis yang sangat dicintainya itu . Tanpa terasa tetesan air mata mengalir dari sudut pelupuk matanya . Tangisnya memecah kesunyian dan semakin keras , menggema di ruangan eksekusi itu , sambil menggoyang - goyangkan badan Rania berharap dia masih hidup .

" RANIA ? BANGUN RANIA ?! BANGUN ! " Armand masih saja berusaha untuk membangunkan Rania tapi apa daya usaha nya sia - sia , Tuhan sudah menjemputnya .

" RANGGA ?! KAU ... !!! HARUS MEMBAYAR KEMATIAN RANIA !! KAU HARUS MATI DI TANGAN KU , RANGGA !!! " Armand berteriak keras dan tatapan mata nya merah padam seakan dirinya ingin sekali membunuh Rangga . Api dendam pun sudah membara dadanya .

Siang t'lah bertukar senja . Polisi t'lah tiba di pulau Hinako . Polisi mendapatkan informasi dari beberapa saksi dan teman - teman Rania . Pihak kepolisian yang baru saja tiba di tempat kejadian terkejut mendapatkan tubuh seorang wnita tergeletak tak bernyawa , tubuh bersimbah darah . Mereka menduga t'lah terjadi pembunuhan di tempat itu dan melihat ada luka tusukan senjata tajam di dada Rania .

Orang tua Rania yang ikut bersama polisi tersebut menangis histeris melihat putri mereka meregang nyawa secara mengenaskan . Kepolisian memanggil tim pengangkut jenazah , ahli forensik dan otopsi guna mengetahui penyebab lebih lanjut pembunuhan Rania .

Jenazah Rania diterbangkan dengan menggunakan pesawat terbang khusus untuk dikebumikan . Orang tua masih menangis meratapi kepergian putri sulung mereka , mereka juga menyesal terlalu menekan anak mereka , mencari Rangga guna mempertanggung jawabkan janin yang ada di rahim nya .

Satu setengah jam t'lah berlalu , mereka sampai di bandara . Polisi bersiaga mengambil jarak dengan orang - orang yang mulai ramai melihat para polisi membawa sebuah kantung yang berisikan jenazah seorang wanita dan segera memanggil ambulance untuk dibawa ke rumah sakit .

Hari sudah malam , rencana penguburan Rania dilaksanakan pada pagi hari . Tetangga mulai berdatangan begitu juga dengan teman - teman kampus dan satu falkultas nya melayat , memberi penghiburan bagi orang tua Rania dan adik laki - laki nya yang duduk samping jenazah Rania yang sudah diletakkan dalam peti . Lenni yang saat itu masih di rumah duka , mencoba menghubungi Armand , tetapi nomor nya tidak aktif , begitu pula dengan Rangga , tidak ada satupun teman dekat Rania yang bisa diberi tahu tentang kabar dukacita ini .

Pemakaman t'lah dilaksanakan . Terdengar suara isak tangis dari teman - teman Rania . Mereka sangat menyayangkan kematian Rania yang begitu tragis dan berharap pihak kepolisian bisa menangkap tersangka pembunuhan tersebut . Masih terlihat orang tua Rania dan adik nya masih menangis tersedu - sedu mengiringi kepergian Rania yang petinya sudah tertimbun oleh tanah . Di tengah suasana haru tersebut , Rangga juga datang dan sekonyong - konyong menangis di depan makam Rania .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun