Pembalasan
Armand telah sampai di desa Baturaja setelah menempuh perjalanan selama 30 menit . Pemandangan desa juga tak kalah indahnya seperti di pulau Hinako . Desa yang tak terlalu luas , seperti desa yang terletak di luar pulau besar . Banyak sekali rumah - rumah sederhana yang berderet di pinggir jalan besar .
Sambil berjalan mengamati pemandangan desa , ada juga warga desa yang menyapanya , Armand juga membalas sapaan nya dengan senyuman ramah . Sepanjang jalan dihabiskannya dengan memandang keasrian desa Batu Raja yang belum terjamah sepenuhnya oleh pembangunan di kota - kota besar , hanya diolah seadanya . Akhirnya , Armand sampai juga di losmen tempat penginapan mereka dulu .
Armand masuk ke dalam losmen , tidak ada yang berubah sama seperti saat mereka bertiga menginap di sana . Mungkin petugas resepsionis nya sudah tidak asing lagi melihat wajah nya .
Armand mendatangi resepsionis untuk meminta kunci kamar .
" Pesan kamar , Bang ?"
" Ya kak . Satu kamar saja . "
" Oh , tapi ngomong - ngomong ke mana teman abang yang cewek dan cowok itu ? "
" Oh mereka berdua lagi kuliah . Saya ngambil cuti 2 hari buat refreshing , mau nikmatin liburan sendiri . " jawab Armand .
" Hm begitu . " sambil menyerahkan kunci kamar .
Armand berjalan sambil mencari kamar bernomor 013 dan sudah menemukannya . Segera dimasukkannya kunci itu dan membuka pintu nya . Â Armand sejenak berbaring untuk menghilangkan kepenatan sehabis menaiki pesawat terbang dan angkutan umum .
Armand masih ingat saat dia keluar diam - diam sambil mengendap - endap agar dia tidak ketahuan oleh Rangga yang pada saat itu sedang tertidur . Tetapi Armand berusaha menyingkirkan semua ingatan nya saat dia menyatakan cinta nya pada Rania , tetapi Rania menolaknya . Sungguh kenyataan pahit yang harus diterimanya . Armand kemudian keluar dari kamar nya sekaligus untuk memesan makanan .
Senja juga sudah berganti malam . Jam dinding berdetak menunjukkan pukul 9 malam . Di kamar nya memang tersedia TV tetapi Armand sedang tidak mau menonton , dia memilih untuk duduk di depan teras sambil minum secangkir kopi yag telah dia pesan tadi .
Armand mengamati sekelillingnya , rimbunan pepohonan yang berselimut kegelapan malam dan jalan yang juga terlihat sepi . Mungkin sebagian orang akan memilih duduk bersama keluarga di dalam rumah dan menonton TV , tapi tidak dengan Armand . Baginya pemandangan seperti itu s'perti lukisan alam di malam hari dan lagipula suasana tak terlalu gelap , karena bulan sedang purnama .
Armand menyeruput segelas kopi yang ada di tangan nya , masih terasa hangat di dalam perutnya . Armand masih mencemaskan bagaimana keadaan Rania di sana dan apakah Lenni sudah melakukan apa yang dia katakan tadi siang sebelum dia berangkat .
Suara Handphone berbunyi membuyarkan lamunan Armand dan segera melihat layar handphone .
" Nomor ini lagi ..!
" Halo ?! "
" Oh .. kukira kau sudah tak peduli lagi dengan teman mu . Jangan bersantai dulu , temanmu sedang dalam bahaya kan ? Jika kau ingin melihat teman mu selamat . kuharap kau datang secepatnya . "
Armand mematikan handphone nya dengan perasaan gusar dan masuk ke dalam losmen karena udara malam semakin dingin dan kopi di cangkir nya sudah habis diminum .
Malam telah berganti pagi , Armand sudah bersiap untuk pergi dari losmen itu dan meneruskan perjalanan nya menemukan Rania . Dia berangkat setelah dia memberikan kunci kamar dan uang sewa kamar nya .
Sudah agak jauh perjalanannya dari losmen tersebut , kini dia melintasi jembatan penghubung antara desa Batu raja dengan pulau Hinako yang panjang nya sekitar 300 meter .
Setelah melewati jembatan tersebut , dia t'lah menginjakkan kaki nya di pulau itu . Armand berjalan memasuki pulau yang keadaan hutan nya masih belum terjamah oleh tangan - tangan pengusaha , begitu rimbun dan lebat . Armand melihat ada 2 cabang jalan di pulau itu dan ia memilih jalur yang kanan .
Dia berjalan dengan tenang , tetapi ada seseorang yang mengikuti nya tapi ia tak mengetahui nya . Tapi semakin lama Armand semakin merasakan ada yang mengikuti nya dari belakang , merasa tak nyaman , Armand mencoba menoleh ke belakang .
" Tidak ada orang .. "
Setelah itu dia melanjutkan lagi perjalanan nya . Dia semakin merasa kalau ada seseorang yang terus mengikuti nya dari belakang , untuk memastikannya , Armand menoleh ke belakang lagi dan lagi tak ada orang di belakang nya . Armand mulai berpikir kalau ada hantu yang mengikuti nya , tetapi dia menangkis pikiran buruk itu , tanpa memerdulikan apa yang ada di belakang nya .
Armand terus saja berjalan tanpa tahu orang yang sedari tadi sudah semakin mendekat, mengambil ancang - ancang untuk bersiap memukul nya . Dan kini orang itu sudah ada di belakang nya , segera memukul tengkuk Armand hingga dia ambruk .
1 jam kemudian , Armand sadar dan merasa tengkuknya nyeri seperti ada yang memukul . Armand yang mencoba memulihkan tenaga dan melihat bahwa dia ada di sebuah ruangan yang besar dan sontak dia melihat ada suara jeritan tertahan seperti orang yang disekap .
Armand terkejut bahwa yang disekap itu adalah Rania yang berada tak jauh di depan nya . Saat mendekati Rania , ada seseorang yang bertopeng yang mengacungkan pedang ke hadapan wajahnya , hal itu membuat Armand terhenti .
" Hei , apa yang kau lakukan ?!! "
Beberapa orang terlihat memasuki ruangan itu dan mendekat ke seseorang yang bertopeng itu , Armand sangat terkejut bukan main , ternyata dia mengenali mereka .
" JACK ! HERMAN ! RYHAN ! JANGAN - JANGAN KAU ... "
" Benar sekali ... Aku .. " sambil membuka topeng nya
" RANGGA ! "
Armand seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya . Rangga , sahabat dekat nya sendiri yang menculik dirinya dan juga Rania .
" RANG , KENAPA KAU BISA NGELAKUIN HAL SENEKAT INI SAMA RANIA ?! " pekik Armand .
" Seharusnya aku yang nanya ?! Kenapa kau begitu bernafsu mau merebut Rania dariku ?!! " balas Rangga .
" Ngerebut Rania ?! Aku betul - betul gak ngerti dengan apa yang kaumaksud ?! " tepis Armand .
" Nggak ngerti ?! Jadi ini ...! " Rangga mengambil 4 lembar foto dari dalam kantong kemaja nya dan mencampakkan ke wajanya .
Armand mencoba mengambil foto yang dicampakkan Rangga dan melihat nya satu per satu . Di foto itu jelas sekali terpampang kedekatan dirinya dengan Rania . Armand ingat sekali bahwa dia pernah mengajak Rania ketemuan dengan nya di beberapa tempat , tapi yang membuatnya penasaran siapa yang memfoto itu semua .
" Rang , aku ingin bertanya satu hal ... "
" Apa .. "
" Dari mana kamu dapatkan foto - foto ini ? "
" Heh . Jack nggak sengaja ngeliat kalian jalan berdua . Dia berinisiatif buat memfoto kalian berdua dan nunjukin padaku . Awalnya aku gak percaya dan kusuruh Jack buat ngumpulin beberapa foto lagi sebagai bukti kalo kalian berdua gak ada hubungan spesial sama sekali . Tapi kau tahu , Mand , melihat kau berdua sama Rania di losmen malam itu , buat aku berubah pikiran samamu ... "
" Jadi kau ... ? "
" YA , AKU LIAT SEMUA NYA KOK !AKU BERPIKIR KAU ITU GAK LEBIH DARI SEORANG PENGKHIANAT , MAND !! "
Armand tertegun sebentar dengan apa yang dikatakan Rangga .
" Rang .. aku bisa jelasin semua samamu kok ... "
" JELASIN ?! MAU JELASIN APA ?!! SEMUA UDAH JELAS KOK !! "
" Aku ... "
" DIAM KAU ! SEKALI LAGI KAU BICARA , AKU NGGAK AKAN SEGAN - SEGAN UNTUK MENGGOROK LEHER INI CEWEK !! " Rangga menempelkan pedang itu ke leher Rania .
Melihat Armand takut dengan ancaman nya kepada Rania , membuat Rangga membuka sumpalan mulut Rania .
" ARMANDD !! " teriak Rania .
" RANIAA ! " Armand mencoba mendekat .
" JANGAN COBA DEKAT - DEKAT ! MAU KUPUTUSIN LEHER NYA?!! " sambil kembali menempelkan pedang itu ke leher nya .
Armand berjalan mundur perlahan agar bisa menyakinkan Rangga bahwa dia takkan melakukan sesuatu yang berbahaya kepada Rania , di depannya juga sudah ada 3 orang yang siap menghadang Armand . Armand perlahan mundur begitu juga dengan Rangga . Armand mundur beberapa langkah hingga mentok ke dinding tapi ketiga orang itu juga mengikuti ke mana Armand bergerak .
Armand bergerak ke sebelah kiri tetapi ketiga orang itu tetap saja mereka mengikuti nya . Tangan kanan Rangga masih mendekap leher Rania dan tangan kirinya memegang pedang .
Tak ada pilihan lain selain selain menerobos orang itu dan merebut paksa Rania . Armand berhenti sejenak . Tiba - tiba , Armand berlari dan menerobos mereka bertiga . Mereka yang tak tahu Armand akan berlari , sempat terjatuh , tapi naas saat Armand meraih tangan Rania ...
" AOKH ! "
" Sudah kubilangkan jangan mendekat ! "
Sebilah besi dinding menembus dada Rania dari belakang . Armand menurunkan tangan nya perlahan .
" Ra ... Rania ... " desis Armand .
Mata Rania terbelalak sesaat sebelum pedang itu mencabut nafasnya dan tubuh Rania ambruk bersimbah darah di hadapan Armand .
Kaki Armand seolah bergetar dan lemas menyaksikan wanita yang sangat dicintainya mati di hadapan nya .
" Teman - teman , hajar dia sampai babak belur kalau perlu sampai dia mati ! " Rangga menunjuk Armand .
Di tengah kesedihan nya , Jack , Herman & Ryhan menyeret nya ke pojok dinding dan menghajar nya hingga dia babak belur .
Armand sadar beberapa menit lalu setelah dikeroyok oleh mereka bertiga . Tubuhnya masih merasakan sakit , nyeri hingga dia belum bisa menopang badan nya .
Dia menyeret badan nya untuk mencapai mayat Rania yang tidak terlalu jauh dari nya . Dia menyeret badannya dengan tenaga yang ada hingga dia sampai . Armand mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih menyiksa dan akhirnya dengan bersusah payah , Armand duduk dan mencoba mengambil tubuh Rania menaruh ke dalam dekapan nya .
Dipandangi nya tubuh Rania yang tak bernyawa , gadis yang sangat dicintainya itu . Tanpa terasa tetesan air mata mengalir dari sudut pelupuk matanya . Tangisnya memecah kesunyian dan semakin keras , menggema di ruangan eksekusi itu , sambil menggoyang - goyangkan badan Rania berharap dia masih hidup .
" RANIA ? BANGUN RANIA ?! BANGUN ! " Armand masih saja berusaha untuk membangunkan Rania tapi apa daya usaha nya sia - sia , Tuhan sudah menjemputnya .
" RANGGA ?! KAU ... !!! HARUS MEMBAYAR KEMATIAN RANIA !! KAU HARUS MATI DI TANGAN KU , RANGGA !!! " Armand berteriak keras dan tatapan mata nya merah padam seakan dirinya ingin sekali membunuh Rangga . Api dendam pun sudah membara dadanya .
Siang t'lah bertukar senja . Polisi t'lah tiba di pulau Hinako . Polisi mendapatkan informasi dari beberapa saksi dan teman - teman Rania . Pihak kepolisian yang baru saja tiba di tempat kejadian terkejut mendapatkan tubuh seorang wnita tergeletak tak bernyawa , tubuh bersimbah darah . Mereka menduga t'lah terjadi pembunuhan di tempat itu dan melihat ada luka tusukan senjata tajam di dada Rania .
Orang tua Rania yang ikut bersama polisi tersebut menangis histeris melihat putri mereka meregang nyawa secara mengenaskan . Kepolisian memanggil tim pengangkut jenazah , ahli forensik dan otopsi guna mengetahui penyebab lebih lanjut pembunuhan Rania .
Jenazah Rania diterbangkan dengan menggunakan pesawat terbang khusus untuk dikebumikan . Orang tua masih menangis meratapi kepergian putri sulung mereka , mereka juga menyesal terlalu menekan anak mereka , mencari Rangga guna mempertanggung jawabkan janin yang ada di rahim nya .
Satu setengah jam t'lah berlalu , mereka sampai di bandara . Polisi bersiaga mengambil jarak dengan orang - orang yang mulai ramai melihat para polisi membawa sebuah kantung yang berisikan jenazah seorang wanita dan segera memanggil ambulance untuk dibawa ke rumah sakit .
Hari sudah malam , rencana penguburan Rania dilaksanakan pada pagi hari . Tetangga mulai berdatangan begitu juga dengan teman - teman kampus dan satu falkultas nya melayat , memberi penghiburan bagi orang tua Rania dan adik laki - laki nya yang duduk samping jenazah Rania yang sudah diletakkan dalam peti . Lenni yang saat itu masih di rumah duka , mencoba menghubungi Armand , tetapi nomor nya tidak aktif , begitu pula dengan Rangga , tidak ada satupun teman dekat Rania yang bisa diberi tahu tentang kabar dukacita ini .
Pemakaman t'lah dilaksanakan . Terdengar suara isak tangis dari teman - teman Rania . Mereka sangat menyayangkan kematian Rania yang begitu tragis dan berharap pihak kepolisian bisa menangkap tersangka pembunuhan tersebut . Masih terlihat orang tua Rania dan adik nya masih menangis tersedu - sedu mengiringi kepergian Rania yang petinya sudah tertimbun oleh tanah . Di tengah suasana haru tersebut , Rangga juga datang dan sekonyong - konyong menangis di depan makam Rania .
Melihat hal itu , Lenni mencoba menghibur Rangga yang masih diselimuti kesedihan .
" Sabar ya Rang , kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Rania . Mungkin ini sudah kehendak yang di atas . " sambil menepuk lembut pundak Rangga .
Melihat kedatangan Rangga yang tiba - tiba , tersulutlah emosi ayah Rania mengingat Rangga selama ini menghilang , muncul lagi ketika Rania sudah meninggal .
" EH , KAMU LIAT INI ! ANAK SAYA , MENINGGAL GARA - GARA KAMU ! DASAR LAKI - LAKI GAK BERTANGGUNG JAWAB ! BIAR SAYA HABISI KAMU SEKARANG ! " emosi ayahnya tak terbendung ketika tangannya mengepal keras dan mencengkram leher Rangga , hendak bersiap memukul nya .
" Jaga emosi mu , Pa ! Ini bukan semata salah Rangga . Kini Rania sudah tiada . Â Â Kita ikhlaskan saja , ini sudah jadi kehendak Yang Maha Kuasa , pak ! " timpal sang ibu .
Lenni yang ada di samping Rangga pun tak bisa berbuat banyak , meredam luapan emosi ayah Rania , hanya bisa tertunduk lesu .
" Dasar manusia biadab ...! "
Terdengar desis suara dari balik pohon tetapi ketika dilihat nya dari belakang , tidak ada seorang pun . Mungkin hanya halusinasi nya saja .
Malam hari ini bulan sedang purnama . Sinarnya memancarkan cahaya pada suatu tempat nan ramai . Di sebuah bar , di antara kelap - kelip lampu berwarna - warni , suara musik disco yang berdentum begitu keras , mungkin bisa memekakkan telinga siapa yang mendengarkan nya .
Terlihat ada 4 orang pemuda duduk melingkar di sebuah meja , sedang serius membicarakan sesuatu hal .
" Eh kawan - kawan . Denger - denger , polisi sudah mengantongi identitas para pelaku pembunuh Rania ..? " tutur Jack .
" Tahu dari mana kawan , Jack ? " kata Herman .
" Dengar ada warga desa yang memergoki kita , seperti melakukan sesuatu hal yang mencurigakan gitu ... "
" Ah gak mungkin . Kita kan pergi nya malam banget . Lagipula semua barang - barang bukti udah pada kita buang . Takkan ada yang bisa menemukan kita " Rangga memotong pembicaraan Jack .
" Betul tu kata Rangga . Si Armand kan udah kita beresin . Gak mungkin ada orang yang ngeliat kita . Lebih baik kita minum - minum dulu deh biar hanget . " timpal Ryhan sambil mengangkat gelas nya .
Mereka saling mengangkat gelas nya dan bersulang . Tanpa mereka tahu seseorang yang berada di sudut bar sudah memperhatikan gerak - gerik mereka dari tadi .
Pukul 23 . 30 tengah malam . Jack pulang terlebih dahulu dengan alasan dirinya sudah mabuk . Dia juga khawatir karena akhir - akhir ini banyak kecelakaan kendaraan disebabkan pengemudi dibawah pengaruh alkohol . Jack dengan langkah sempoyongan keluar dari bar , hendak mengambil sepeda motor nya . Ketika sedang memasukkan kunci nya , Jack dibius dari belakang , tak sanggup dirinya melawan , orang misterius itu menyeret nya ke tempat yang gelap .
Keesokan hari nya seorang penjaga bar menemukan mayat seorang pria tewas mengenaskan dengan luka bacok hampir di sekujur badan nya . Penjaga bar tersebut langsung menelpon polisi karena dirinya takut terlibat dalam kejadian tersebut .
Setelah 20 menit usai ditelepon , datanglah polisi dan petugas medis . Polisi menemukan identitas mayat tersebut adalah Jack , pria berusia 22 tahun . Jack ditemukan dengan kondisi badan penuh luka bacok dan bersimbah darah . Polisi menduga pria tersebut menjadi korban pembunuhan .
Petugas medis membawa mayat itu ke rumah sakit guna otopsi dan pemeriksaan lebih lanjut . Polsi yang berada di tempat kejadian perkara menelepon keluarga korban dengan Handphone milik korban yang berada di saku celana nya .
Keluarga Jack yang menerima kabar bahwa anggota keluarga menjadi korban pembunuhan langsung menuju rumah sakit usai ditelepon oleh polisi . Ayah , ibu dan adik nya Jack sudah menemukan jenazah anggota keluarga mereka sudah terbujur kaku , dingin , t'lah tertutupi oleh kain putih panjang . Suara tangis pun pecah di ruang jenazah .
Pukul 12 . 30 , acara pemakaman Jack sedang berlangsung . 3 orang cowok , Rangga , Herman & Ryhan dan 3 orang cewek Lenni , Tian & Jen menghadiri pemakaman teman mereka . Suasana pemakaman penuh haru dan tangisan dari ibunda Jack yang masih tak percaya bahwa anaknya akan pergi dengan cara yang mengenaskan . Begitu pula dengan Rangga , Herman & Ryhan yang tak habis pikir siapa yang tega menghabisi sahabat nya dengan cara sesadis itu .
Sudah 3 hari sejak kejadian pembunuhan tersebut , polisi masih melanjutkan penyelidikan guna menemukan siapa tersangka pembunuhan Jack .
Malam hari pukul 20.00 , Herman baru saja pulang dari rumah teman nya . Rumah Herman berada di dalam gang kecil sebelah kiri komplek perumahan . Herman memilih turun jauh dari rumah nya karena dia merasa segan dengan teman nya . Dia pikir , jarak rumah nya dari komplek perumahan tersebut hanya berjarak kurang lebih 150 meter , bisa ditempuh dengan berjalan kaki .
Tak seperti biasa nya , begitu sepi . Terlihat hanya satu atau dua orang melintas -- pulang ke rumah masing - masing . Mungkin teringat pada kasus pembunuhan Jack yang tersiar sampai ke tempat tinggal nya , membuat penduduk yang bermukim di sana , merasa takut dan resah , walaupun tempat kejadian nya jauh dari sana .
Herman berjalan sambil bersenandung kecil untuk mengusir rasa sepi yang mencekam di malam itu . Sambil bersenandung , Herman mendengar suara derap kaki yang mengikuti nya dari belakang . Dirinya merasa was - was , kala dia melihat ada bayangan orang , seperti seseorang yang sedang membuntuti nya .
Dia terus saja melangkah tanpa peduli kalau dia terus diikuti . Terus berjalan seolah tak ingin peduli kalau ada seseorang yang mengikuti nya . Seiring langkah kaki nya , seiring dengan degup jantungnya semakin berdetak kencang tak teratur , derap langkah kaki seolah semakin dekat , dirinya merasa keamanannya akan terancam , Herman menoleh lagi ke belakang .
Ketika dia menoleh , tak ada seorang pun . Yang terlihat hanya sebuah pohon jambu air dan tanaman pagar tumbuh di sebrang jalan . Herman menghela nafas kecil , ternyata hanya perasaan nya belaka .
Saat memasuki gang kecil menuju rumahnya , tiba - tiba sebuah tali tambang mencengkram leher nya begitu kuat , hingga membuat diri nya terjatuh dan tali itu terus saja menyeretnya ...
Keesokan paginya , seorang warga digegerkan dengan ditemukan nya seorang pria tewas gantung diri sebuah pohon . Warga bermukim di komplek itu mengenal mayat pria tersebut adalah Herman . Sejumlah warga langsung berlari ke rumah orang tua nya  untuk memberitahu kalau anak mereka t'lah tewas gantung diri .
Berita kematian Herman yang diduga bunuh diri tersebut sampai ke telinga Rangga & Ryhan .
" Rang , aku takut banget nih . Jangan - jangan Herman bukannya mati karena bunuh diri tapi karena dibunuh , Rang . " tutur Ryhan
" Maksudmu ?! "
" Ya s'lama ini , Herman kan gak pernah ada masalah apa - apa , sama kita enggak , sama orang tua nya juga enggak , apalagi sama studi nya , gak ada masalah sama sekali . Aku curiga , ini semua ada kaitannya sama Rania , yang kita bunuh di pulau itu ... " nada bicara Ryhan berubah pelan .
" Hush ! jaga omonganmu, Han ! kalo ada orang yang dengar gimana ?! Bisa habis kita , tau kau ! " potong Rangga .
" Ya ... ya ma.. maaf Rang . Aku soalnya takut banget , Rang . Bisa aja si Armand balas dendam sama kita - kita karena udah membunuh Rania ,.. "
" AH CUKUP HAN ! CUKUP ! Sekali lagi kau sebut nama Armand , kutinggalkan kau sini ! " bentak Rangga .
" Ya jangan donk , Rang . Aku takut banget sendirian di sini , Rang . Sepi banget , gak ada siapa - siapa lagi... "
" Ya sudah , kau tunggu aja dulu di sini bentar , aku mau buang air kecil bentar . Ini nih gara - gara kau ngomongin soal Rania sama Armand . Tapi , kau nunggu di sini ya !? Jangan ke mana - mana . "
" Yah tega amat kau , Rang , ninggalin aku di sini . Aku ikut kenapa ? "
" Aduh ... cuma bentar aja kok , gak bakalan lama , penakut banget jadi cowok ! " ketus Rangga .
" Tapi janji kan ? "
" Iya .. iya. "
Letak toilet agak berjauhan dari pintu gerbang keluar . Beberapa saat jalan kaki , akhirnya sampai juga di toilet .
" Ah lega nya ... "
Sesaat Rangga buang air kecil , ada seseorang dari luar mengetuk pintu toilet .
" Siapa di luar ? Ryhan jangan main - main deh . Gak lucu tahu gak ?! "
Rangga berjalan menuju pintu toilet dan membuka engsel nya . Saat pintu sudah terbuka , dia menemukan seseorang dengan posisi telengkup di depan pintu, sontak membuat Rangga terperanjat .
Saat membalikkan badannya , alangkah terkejut nya bahwa orang itu adalah Ryhan , teman nya sendiri . Dia tewas dengan 3 luka tusuk di perut nya dan darah nya berceceran di lantai .
Belum habis rasa paniknya , seseorang berdiri membelakangi nya tak jauh dari posisi tergeletaknya mayat itu .
" Eh si ..si..siapa ka..kamu ? " Rangga agak terbata - bata .
Beberapa saat di berbalik , seseorang mengenakan sebuah topeng dengan jaket hitam , sebuah sarung tangan hitam dan celana jeans panjang , mengacungkan sebuah pistol di hadapan wajahnya .
Orang tersebut berjalan maju dan Rangga berjalan mundur perlahan - lahan .
" Si .. si ... siapa kamu ?! kenapa kamu membunuh teman ku ! Apa yang kamu mau dariku !! "
Orang itu tak menjawab pertanyaan nya dan terus saja berjalan menodongkan pistol , hingga Rangga dalam keadaan terpojok di dinding .
Orang itu membuka topeng nya
" ARMAND ! "
Armand menatap Rangga dengan pandangan dingin dan kosong . Dendam yang memuncak di hatinya , tak sabar lagi ingin dilampiaskan pada temannya itu .
" Waktu nya kau menyusul teman - teman mu , Rangga ... "
Tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara , Dia menarik pelatuk pistol itu sampai 4 kali dan peluru - peluru itu menembus dada nya dan darahnya membuncah mengenai dinding , mengantarkan dirinya pada kematian yang begitu cepat dan tanpa mengenal rasa belas kasihan sama sekali .
Mas Kino , kini sudah keluar dari mess nya . Sudah tugasnya sebagai pengawas ruang untuk membukakan ruangan kuliah yang akan dipakai untuk kegiatan perkuliahan . Tapi sebelum dia hendak membuka ruangan kuliah , dirinya ingin sekali menuju kamar mandi . Dia sempat terusik dengan suara letupan senjata angin , yang mengganggu tidurnya malam tadi . Dia ingin sekali melihat apa yang terjadi di sana , tapi rasa kantuk yang masih merajainya , diputuskannya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu itu .
Kini dirinya sudah berada di kamar mandi . Sontak dia terkejut , melihat mayat seorang pria terbujur kaku , dengan tubuh bersimbah darah di depan kamar mandi . Pikirannya melayang dan menduga pasti ada korban lain yang berada di dalamnya . Dengan tubuh sedikit gematar , dilangkahinyalah mayat pria itu dan langkah kaki juga bergetar masuk ke dalam . Ternyata dugaannya benar . Ada kagi mayat seorang pria tewas mengenaskan . Darah kering membasahi dinding kamar mandi . Mas Kino yang mampu menahan kepanikannya , berlari keluar sambil berteriak minta tolong . Pada saat itu selasa pagi yang sudih , mendadak mencekam karena kasus pembunuhan misterius menimpa 2 pria malang tersebut .
" Nah , begitulah . Kau sudah tahu kan bagaimana cara membunuh mereka semua , kini tibalah saat nya untuk kalian bertiga menyusul teman - teman kalian ... " katanya sambil mengeluarkan sebilah pisau dari saku celana nya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H