Melihat hal itu , Lenni mencoba menghibur Rangga yang masih diselimuti kesedihan .
" Sabar ya Rang , kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Rania . Mungkin ini sudah kehendak yang di atas . " sambil menepuk lembut pundak Rangga .
Melihat kedatangan Rangga yang tiba - tiba , tersulutlah emosi ayah Rania mengingat Rangga selama ini menghilang , muncul lagi ketika Rania sudah meninggal .
" EH , KAMU LIAT INI ! ANAK SAYA , MENINGGAL GARA - GARA KAMU ! DASAR LAKI - LAKI GAK BERTANGGUNG JAWAB ! BIAR SAYA HABISI KAMU SEKARANG ! " emosi ayahnya tak terbendung ketika tangannya mengepal keras dan mencengkram leher Rangga , hendak bersiap memukul nya .
" Jaga emosi mu , Pa ! Ini bukan semata salah Rangga . Kini Rania sudah tiada . Â Â Kita ikhlaskan saja , ini sudah jadi kehendak Yang Maha Kuasa , pak ! " timpal sang ibu .
Lenni yang ada di samping Rangga pun tak bisa berbuat banyak , meredam luapan emosi ayah Rania , hanya bisa tertunduk lesu .
" Dasar manusia biadab ...! "
Terdengar desis suara dari balik pohon tetapi ketika dilihat nya dari belakang , tidak ada seorang pun . Mungkin hanya halusinasi nya saja .
Malam hari ini bulan sedang purnama . Sinarnya memancarkan cahaya pada suatu tempat nan ramai . Di sebuah bar , di antara kelap - kelip lampu berwarna - warni , suara musik disco yang berdentum begitu keras , mungkin bisa memekakkan telinga siapa yang mendengarkan nya .
Terlihat ada 4 orang pemuda duduk melingkar di sebuah meja , sedang serius membicarakan sesuatu hal .
" Eh kawan - kawan . Denger - denger , polisi sudah mengantongi identitas para pelaku pembunuh Rania ..? " tutur Jack .