" Itu pasti cuma ilusi ! " gumamnya dalam selimut . Dirinya terus meyakinkan kalau kejadian yang dilihatnya tadi hanya ilusi -- tipuan mata saja . Meskipun begitu , rasa takut itu sudah merongrong nyalinya . Ia tak bisa menenangkan degup jantung dan irama nafasnya yang kian memburu . Ketakutan masih menghantui pikirannya .
Endra masih bingung , mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang di penuhi alat - alat lukis dan hasil lukisan yang sudah jadi . Pun , ia melihat seorang wanita sedang duduk manis di sebuah sofa . Rupanya , sang pelukis menghayati pose wanita itu dan menggoreskan sketsa dengan pensilnya di atas kanvas .
Pemandangan itu tak berlangsung lama . Jerit dan ratapan kepedihan menggema di ruang itu . Sang pelukis menikamkan obeng yang dipegangnya bertubi - tubi ke arah tubuh sang wanita . Tikaman itu lebih banyak mengenai leher dan darah segar memancar dari urat nadi yang terkoyak . Ia tak sanggup menyaksikan pembunuhan sadis itu , namun dirinya tak bisa berbuat apa - apa . Bibirnya terkunci rapat . Kedua tangan dan kaki membeku . Matanya terbeliak , terpaku menatap si gadis meregang nyawa dengan long dress kuning pisang bermandikan darah .
Sang pelukis itu meninggalkan gadis malang itu dengan menenteng sebuah lukisan di tangan kanannya . Ia bagaikan patung hidup di sana . Melihat tanpa bisa berbuat apa - apa . Endra menyesali ketidakberdayaannya .
Di tengah rasa sesal , matanya melotot , beradu padang dengan mayat gadis itu . Tatapan itu menyiratkan kebencian , dendam , amarah meluap - luap di kedua sorotnya . Aku makin tak karuan , saat ia mencoba menyeret - seret badannya mendekatinya .
" Ka-kaaaa-uuu ! "
Badannya menegang , matanya mengerjap . Butir - butir keringat jagung sudah membasahi wajah tampannya .
" Mimpi buruk yang benar - benar mengerikan ." gumamnya .
Ia terjaga untuk beberapa saat ,melirik jam weker - 03 . 00 dini hari . Masih terlalu pagi ia bangun . Endra menyipitkan matanya ,melihat silaunya sinar lampu pijar yang masih menyala benderang . Ia mengurungkan niat untuk mematikan lampu kamar . Mimpi buruk itu membuatnya dirundung rasa was - was dan cemas .
Ayam jago berkokok , matahari bersinar terik .Semua buku, alat tulis termasuk laptop sudah disusun ke dalam  tasnya, ia sudah siap berangkat ke sekolah . Endra keluar dari kamar hendak menuju ke pintu luar . Tapi , suara ayah mengagetkannya .
" Endra , kenapa kamu meninggalkan makanan dan minumanmu di ruang tamu ? "