Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Terkutuk

23 Februari 2015   23:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Itu pasti cuma ilusi ! " gumamnya dalam selimut . Dirinya terus meyakinkan kalau kejadian yang dilihatnya tadi hanya ilusi -- tipuan mata saja . Meskipun begitu , rasa takut itu sudah merongrong nyalinya . Ia tak bisa menenangkan degup jantung dan irama nafasnya yang kian memburu . Ketakutan masih menghantui pikirannya .

Endra masih bingung , mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang di penuhi alat - alat lukis dan hasil lukisan yang sudah jadi . Pun , ia melihat seorang wanita sedang duduk manis di sebuah sofa . Rupanya , sang pelukis menghayati pose wanita itu dan menggoreskan sketsa dengan pensilnya di atas kanvas .

Pemandangan itu tak berlangsung lama . Jerit dan ratapan kepedihan menggema di ruang itu . Sang pelukis menikamkan obeng yang dipegangnya bertubi - tubi ke arah tubuh sang wanita . Tikaman itu lebih banyak mengenai leher dan darah segar memancar dari urat nadi yang terkoyak . Ia tak sanggup menyaksikan pembunuhan sadis itu , namun dirinya tak bisa berbuat apa - apa . Bibirnya terkunci rapat . Kedua tangan dan kaki membeku . Matanya terbeliak , terpaku menatap si gadis meregang nyawa dengan long dress kuning pisang bermandikan darah .

Sang pelukis itu meninggalkan gadis malang itu dengan menenteng sebuah lukisan di tangan kanannya . Ia bagaikan patung hidup di sana . Melihat tanpa bisa berbuat apa - apa . Endra menyesali ketidakberdayaannya .

Di tengah rasa sesal , matanya melotot , beradu padang dengan mayat gadis itu . Tatapan itu menyiratkan kebencian , dendam , amarah meluap - luap di kedua sorotnya . Aku makin tak karuan , saat ia mencoba menyeret - seret badannya mendekatinya .

" Ka-kaaaa-uuu ! "

Badannya menegang , matanya mengerjap . Butir - butir keringat jagung sudah membasahi wajah tampannya .

" Mimpi buruk yang benar - benar mengerikan ." gumamnya .

Ia terjaga untuk beberapa saat ,melirik jam weker - 03 . 00 dini hari . Masih terlalu pagi ia bangun . Endra menyipitkan matanya ,melihat silaunya sinar lampu pijar yang masih menyala benderang . Ia mengurungkan niat untuk mematikan lampu kamar . Mimpi buruk itu membuatnya dirundung rasa was - was dan cemas .

Ayam jago berkokok , matahari bersinar terik .Semua buku, alat tulis termasuk laptop sudah disusun ke dalam  tasnya, ia sudah siap berangkat ke sekolah . Endra keluar dari kamar hendak menuju ke pintu luar . Tapi , suara ayah mengagetkannya .

" Endra , kenapa kamu meninggalkan makanan dan minumanmu di ruang tamu ? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun