" Bu-bu-bukan begitu maksudku , ta-tt-tapi ... "
" Sudahlah nak . Lebih baik , ganti bajumu , cuci muka , dan makan . Kelihatnya kamu lelah sekali hari ini . " tukas ayah sambil menaruh piring kotornya di washing plate .
Endra pun juga undur diri dari sana . Ia bingung mengapa tiba - tiba dirinya jadi gugup . Â Firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi pada ayahnya , namun ia terus meyakinan dirikalau semua akan baik - baik saja -semoga saja .
Tatapan mata ayah tak bisa lepas dari dua orang yang sedang menggiring bola dalam tabung kaca itu . Jam dinding sudah menunjukkan 23 . 00 . Tak dihiraukannya lagi , dinginnya angin malam yang sudah menggelitik tengkuknya . Konsentrasinya masih terfokus dengan pertandingan bola yang terpampang di sana .
Rasa dahaga sudah menyerang kerongkongannya . Mau tak mau , ia harus pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Rasa dahaga sirna ketika air dalam gelas itu membasahi kerongkongannya , ia langsung bergegas menuju ruang tamu agar tidak ketinggalan permainan  ' cantik ' yang dibawa oleh tim bola kesayangannya itu .
Sebelum ia kembali duduk di sofa , ia mengamati sejenak lukisan itu . Wajah perempuan yang menjadi model dalam lukisan itu mengingatkan dirinya akan almarhumah istrinya yang sudah 16 tahun meninggalkan dirinya . Ia tak ingin berlama - lama mengenang nostalgia kelabunya itu , ia segera duduk di atas sofa panjang dan kembali fokus dengan tontonannya .
Tok tok tok !
Suara ketukan itu berasal dari luar . Ia tak ingin konsentrasinya terganggu gara - gara ulah orang usil yang mengetuk - ketuk pintu rumahnya .
Tok tok tok !
Dua kali suara ketukan itu mengganggu konsentrasinya . Ia yang tak tahan dengan suara itu , mendatangi pintu itu dengan perasaan dongkol . Saat ia membuka
Kosong !