Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Terkutuk

23 Februari 2015   23:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ndra , menurut kamu cocoknya di mana lukisan ini diletakkan ? "

Suara ayah langsung membuyarkan lamunannya . Ia coba mengumpulkan konsentrasinya dan matanya mengedar , mencari posisi yang pas sebagaimana ayahku tanyakan tadi .

" Bagaimana kalau di sana ? "

Jari telunjuknya mengarah pada sisi kosong di sebelah kiri lukisan ksatria itu . Ayah coba meletakkan lukisan itu di sana dan - pas . Lukisan seorang perempuan cantik dan ksatria sungguh paduan yang tepat . Ia pun juga berpendapat demikian .

Endrasekali lagi memandangi lukisan perempuan yang duduk di sofa itu - ia seperti gambar tiga dimensi yang hidup . Wajah bulat dengan bola mata jernih berbinar , serta kulit kuning langsat .Betapa cantiknya perempuan itu . Tapi hanya saja ada yang aneh , warna latar belakangnya , merah -ini bukan merah biasa seperti darah yang dicampur dengan cat minyak berwarna merah .

" Ah , itu tidak mungkin . Lupakan saja . " Endra berlalu meninggalkan lukisan itu dan menuju ke kamar .

Malam sudah tiba . Sudah jam 10 malam . Dirinya masih saja berkutat dengan layar kaca laptop ku . Tugas presentasi Biologi harus ia selesaikan malam ini dan akan ditampilkan Senin esok - sepertinya ,  malam ini ia tidak bisa bersantai membaca novel horror yang hari jumat itu dibelinya di Siantar Plaza .

Endra mengucek - kucek matanya yang perih karena terlalu lama terpaku di layar laptop . Ia menelan ludah kering di tenggorokkandan iamerasa  kehausan . Terpaksa , ditinggalkan laptopnya sebentar untuk mengambil segelas air minum sekaligus makanan yang ada dikulkas . Sejenak , ia mengamati jam weker - 22 . 50 . Sudah jam sebelas rupanya .

Ia sudah merasa lega . Sesampainya di dapur , Endra mengambil gelas dan menuangkan air dari teko ke gelasnya . Ia langsung meminumnya dan menuangkan kembali ke gelas. Kini , ia  sudah siap kembali ke kamar dengan membawa dua potong kue bolu di tangan kanan .

Langkah kakinya terhenti . Pikirannya kembali terusik dengan perkataan tukang penjual lukisan itu . Endra ingin sekali membuktikan kebenaran kata - kata si penjual itu . Apakah ia cuma bergurau atau betul - betul serius .

Endra kembali melangkahkan kakinya ke ruang tamu . Entah kenapa perasaannya tak enak ketika dirinya hendak menuju ke sana . Nurani seakan berbisik , menyuruhnya untuk tidak pergi ke sana .Tapi sepertinya , rasa ego yang kuat t'lah mengalahkan nurani . Keingintahuannya  t'rus menuntun langkahnya ke sana .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun