Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Terkutuk

23 Februari 2015   23:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Kau akan berakhir di sini . " katanya , tatapnya geram memandang lukisan itu .

Endra membantingnya berkali - kali ke arah dinding . Kayu penyangga lukisan itu patah , kacanya pecah berhamburan di lantai . Belum puas amarahnya , ia mengambil gambar lukisan itu dan dirobeknya sampai yang tersisa hanya sobekan - sobekan kertas .

Ia menuju dapur dan mengambil sebotol minyak tanah yang sudah disiapkan sorenya . Dia menaburkan minyak itu ke atas robekan kertas itu , kemudian mengambil korek api dalam saku celana dan memantiknya .

Kobaran api merah mulai menghanguskan lukisan itu . Perlahan , sosok wanita ayu dalam lukisan itu berubah menjadi abu , begitupun lainnya . Dirinya menghela nafas lega melihat lukisan itu hanya menyisakan abu dan arang -teror hantu lukisan itu sudah berakhir .

" Ke-ke-napa ka-kau me-me-mbakar rumahkuuu  ?!! "

Sontak saja , suara serak kering itu membuatku terperanjat hebat begitu dirinya berbalik ke belakang . Sesosok wanita dengan long dress lusuh , tubuh penuh luka tikaman beraroma busuk , serta rambut panjang kusut , memandangnyapenuh amarah , kebencian , dan dendam yang kian menggelora .

Belahan bibirnya mengatup keras . Ia hanya bisa mengeluarkan erangan tak jelas menyaksikan makhluk dengan penampilan yang mengerikan itu . Jantungnya berdetak hebat , mataku mendelik , darahnya berdesir kencang sampai ke ubun - ubun . Air mata dan butiran keringat mengucur deras membasahi wajah yang dicekam oleh ketakutan luar biasa .

" Kau harus mati ! HAHAHA ! " pekiknya sambil mengeluarkan tawa yang membahana di ruang tamu .

Kini , kedua tangannya sudah mencengkeram lehernya . Endra tak sanggup melawan , menggerakkan jari - jari di kaki pun aku tak bisa . Ia tak punya kekuatan sekadar mengangkat lengan sajatak sanggup  - Checkmate .

Cengkeraman tangannya semakin kuat , napasnya tersendat - sendat . Ia masih berusaha bertahan walaupun yang dilakukannya tampak sia - sia . Dirinya gelagapan , kesesakan sudah menekan dadanya bersamaan dengan urat leher sudah mati rasa .

Wajahnya mulai membiru , sisa nafas yang dimilikinya tak sanggup membuatnya bertahan . Dalam keputusasaannya , ia melihat sesosok lelaki yang ternyata - ia lelaki yang kujumpai tadi siang . Wujudnya begitu mengerikan . Matanya terbeliak , mukanya membiru dengan tetesan air liur dai sudut bibirnya . Ia memandangku nanar melihat penderitaan yang dialaminya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun