" Kau akan berakhir di sini . " katanya , tatapnya geram memandang lukisan itu .
Endra membantingnya berkali - kali ke arah dinding . Kayu penyangga lukisan itu patah , kacanya pecah berhamburan di lantai . Belum puas amarahnya , ia mengambil gambar lukisan itu dan dirobeknya sampai yang tersisa hanya sobekan - sobekan kertas .
Ia menuju dapur dan mengambil sebotol minyak tanah yang sudah disiapkan sorenya . Dia menaburkan minyak itu ke atas robekan kertas itu , kemudian mengambil korek api dalam saku celana dan memantiknya .
Kobaran api merah mulai menghanguskan lukisan itu . Perlahan , sosok wanita ayu dalam lukisan itu berubah menjadi abu , begitupun lainnya . Dirinya menghela nafas lega melihat lukisan itu hanya menyisakan abu dan arang -teror hantu lukisan itu sudah berakhir .
" Ke-ke-napa ka-kau me-me-mbakar rumahkuuu ?!! "
Sontak saja , suara serak kering itu membuatku terperanjat hebat begitu dirinya berbalik ke belakang . Sesosok wanita dengan long dress lusuh , tubuh penuh luka tikaman beraroma busuk , serta rambut panjang kusut , memandangnyapenuh amarah , kebencian , dan dendam yang kian menggelora .
Belahan bibirnya mengatup keras . Ia hanya bisa mengeluarkan erangan tak jelas menyaksikan makhluk dengan penampilan yang mengerikan itu . Jantungnya berdetak hebat , mataku mendelik , darahnya berdesir kencang sampai ke ubun - ubun . Air mata dan butiran keringat mengucur deras membasahi wajah yang dicekam oleh ketakutan luar biasa .
" Kau harus mati ! HAHAHA ! " pekiknya sambil mengeluarkan tawa yang membahana di ruang tamu .
Kini , kedua tangannya sudah mencengkeram lehernya . Endra tak sanggup melawan , menggerakkan jari - jari di kaki pun aku tak bisa . Ia tak punya kekuatan sekadar mengangkat lengan sajatak sanggup  - Checkmate .
Cengkeraman tangannya semakin kuat , napasnya tersendat - sendat . Ia masih berusaha bertahan walaupun yang dilakukannya tampak sia - sia . Dirinya gelagapan , kesesakan sudah menekan dadanya bersamaan dengan urat leher sudah mati rasa .
Wajahnya mulai membiru , sisa nafas yang dimilikinya tak sanggup membuatnya bertahan . Dalam keputusasaannya , ia melihat sesosok lelaki yang ternyata - ia lelaki yang kujumpai tadi siang . Wujudnya begitu mengerikan . Matanya terbeliak , mukanya membiru dengan tetesan air liur dai sudut bibirnya . Ia memandangku nanar melihat penderitaan yang dialaminya .