Tidak ada siapapun di luar sana . Yang ada hanyalah , hamparan luas kegelapan yang menutupi semesta dan suara jangkrik dan kodok bersahutan . Ia mendesah keras melihat keanehan yang terjadi dan beralih ke sofanya .
Matanya tak sengaja menangkap sekelebat bayangan melintasi ruang dapurnya . Ia tercekat seketika . Pikirannya menyuruhnya untuk mengikuti ke mana bayangan itu pergi . Sesampainya ia di dapur , ia menyalakan kontak lampu dan mengamati sekelilinginya - kosong . Tak ada apapun yang mencurigakan , selain piring bekas yang tergeletak di sana . Dirinya mulai terusik dengan hembusan angin yang meniup tengkuknya . Tak betah rasanya berlama - lama di sana . Ia mengambil langkah seribu meninggalkan dapur .
Kejadian aneh yang menimpa dirinya , membuat rasa takut perlahan menguasai pikirannya . Ia berniat untuk mematikan TV nya dan cepat - cepat pergi ke kamar tidurnya .
TV yang menyala itu kini mati ketika ia menekan tombol OFF pada papan remote . Saat meletakkan remote itu di atas TV , telinganya mendengar suara lirih amat pilu dan menoleh ke samping .
Ya Tuhan !
Sesosok wanita dengan long dress kuning pisang lusuh berbau tanah , tengah menatap garang ke arahnya . Wajahnya pucat pias , bola mata terbeliak hampir keluar dan leher membusuk itu mengeluarkan aroma amis darah . Ia tak sanggup menahan rasa mual yang bergejolak di perutnya dan muntahannya mengotori lantai .
Ia terus mendekat dengan langkah tertatih menuju ayah . Tatapannya tak bisa lepas darinya . Ia hanya bisa menyaksikan kengerian makhluk itu karena kedua kakinya bagaikan menyatu dengan lantai . Ia menyunggingkan seringai lebar menyeramkan menatap ketidakberdayaannya . Degupan jantung keras dan tak beraturan seperti mau meledak . Darahnya berdesir deras mengalir ke ujung kepalanya . Bulir - bulir keringat jagung membasahi wajahnya , ia tak tahan lagi dengan semua kengerian yang dialaminya . Makhluk itu tinggal dua jengkal dari hadapannya .
Keajaiban pun datang . Ia kembali bisa menggerakkan kembali tubuhnya . Namun naas . Saat ia coba berlari , ia tak menyadari ada tembok di belakangnya . Kepalanya berbentur keras dengan tembok itu , membuat darah segar mengucur dari keningnya . Ia meringis kesakitansebelum dirinya tergelak tak berdaya bersandar di dinding . Makhluk itu tertawa cekikikan , puas menyaksikan kesengsaraan yang ditanggungnya , makhluk itu lenyap .
Keesokan harinya , Endra sibuk mencari keberadaan ayahnya untuk meminta uang jajan . Ia tak menemukan ia di kamarnya , namun dirinya teringat bahwa ayahnyasemalam menonton pertandingan bola di ruang tamu . Mungkin saja ayah ketiduran di ruang tamu dan dirinya berniat membangunkannya .
Setiba di sana , ia terperanjat . Ayahnya tergeletak tak sadarkan diri di ruang tamu . Wajahnya tertutup darah kering yang mengalir dari keningnya . Endra panik dan langsung membuka pintu , meminta pertolongan pada orang - orang yang kebetulan melintas di jalan .
Dirinya masih cemas menunggu hasil pemeriksaan dokter . Tak henti - hentinya ia  berdoa dan memohon pada Tuhan agar keadaan ayah baik - baik saja dan dokter sudah keluar dari ruang pemeriksaan .