erat-erat, merasakan kehadiran Alister yang masih terasa begitu dekat. Meskipun penyesalan tetap
ada, Alex tahu bahwa di akhir hidup Alister, ia sudah berusaha menjadi ayah yang lebih baik. Namun
waktu tak pernah bisa diulang. Dan sekarang, yarng tersisa hanyalah kenangan serta cinta yang
takkan pernah hilang.
"Maafkan Ayah, Ister... Maafkan Ayah..." isaknya berulang-ulang, dengan suara yang terdengar
putus asa.
Alex duduk di kamar itu sepanjang malam, mengingat kenangan masa-masa bersama Alister dan
Alena. Bayangan mereka yang tertawa di ruang tamu, bermain bersama di taman, makan malam
yang penuh canda tawa. Semua kenangan itu menghantui pikirannya, seakan menegaskan betapa
waktu yang telah hilang takkan pernah bisa kembali.
Dan di sana, di dalam kamar yang sunyi, Alex menyadari bahwa cinta sejati tidak diukur dari