Mohon tunggu...
Ambar Wati
Ambar Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dewi Ambarwati

Mengarungi cita bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan Hadits

25 April 2022   12:36 Diperbarui: 25 April 2022   12:57 18572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkembangan selanjutnya, para ulama pasca generasi Mudawwin, mencoba menyusun nama-nama sanad pada buku khususnya yang dilengkapi dengan biografi masing-masing. pada kitab-kitab   ini ditulis secara rinci dan  lengkap berkaitan dengan daftar riwayat hidup, kualitas, serta kepribadian, dari sanad pertama hingga terakhir. 

Selain itu, juga tertulis bagaimana penilaian ulama kontemporer atau setelahnya pada kualitas mereka, baik mengenai keadilan atau dhabitannya. di antara kitab  -kitab   yang secara spesifik berisi data mereka, yakni usud al-Ghbah fi Asm ash-Shahbah dari Ibn Hajar Asqalni (buku yang spesifik memuat biografi para sahabat); Mizan al-Itidl oleh Muhammad bin Usman adz-Dzahabi dan  Tahdzb at-Tahdzib oleh Ibn Hajar Asqalani (kitab   yang berisi biografi sanad hadits di semua thabaqah atau taraf). 

2. peran Sanad pada Dokumentasi Hadits

   peran sanad pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu: pertama untuk menjaga atau memelihara hadits; dan  kedua, untuk penelitian Kualitas hadits satu per satu secara detail. Sanad hadits dicermati dari urutan atau nasab yang dibagi ke beberapa thabaqah atau tingkatan.tingkatan-tingkatan itu menunjukkan urutan generasi ke generasi, yaitu antara satu dan  lain terkait atau digabungkan. Hadits-hadits Rasulullah yang sepenuhnya terdapat pada tangan mereka, diterima serta disampaikan dengan dua cara, yaitu:

-pertama melalui secara lisan, dan  kedua, secara tertulis. Cara pertama, merupakan cara utama yang ditempuh oleh para ulama hadits dalam kapasitasnya sebagai rantai hadits. Hal ini karena pada pra- Islam, warga  Arab sudah terbiasa menggunakan budaya menghafal, yang dilakukan semenjak nenek moyang mereka. dengan kegiatan ini, tradisi lama yang relatif positif sehingga dipertahankan serta digunakan untuk pentingnya menjaga ajaran agama. Upaya mengembangkan daya hafal ini lebih efektif dengan didukung oleh dua potensi, yaitu: pertama, kekuatan hafalan yang dimiliki 

-ke dua, semangat kerja yang dimotivasi oleh iman, ketakwaan, dan  tanggung jawab terhadap pemilihan hukum Islam. Cara ke dua (metode penulisan), di masa awal Islam masih kurang berkembang, Jika dibandingkan dengan zaman tbi at-tbiin, atb tbi at-tbiin, dan  masa sesudahnya. Hal ini karena, terdapat beberapa faktor Prioritasnya ialah untuk lebih mengoptimalkan penyebaran Al-Qur'an. namun dengan demikian, kegiatan menulis tetap berjalan dengan baik, dan juga membantu mendukung pelestarian hadis. Hal ini terlihat pada catatan mereka, baik yang ditulis oleh para sahabat maupun tabiin.

            Diantara sahabat, sebagaimana disebutkan di atas, adalah Abdullah bin 'Amru bin al- Ash, Jabir bin Abdillah, Abu Hurairah, Abu Syah, Abu Bakar ash-Siddiq, Ibnu Abbas, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Musa al-Asy'ari, serta Anas bin Malik. 

di antara nama-nama tabiin akbar yang tercatat diantaranya: Ikramah, Umar bin Abdil Aziz, Amrah binti Abd ar-Rahman, al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dan Muhammad bin Abi Kabsyah al-Ansari. kemudian pada antara tabiin Nama-nama kecil dicatat, termasuk Ibrahim bin Jarir, Ismail bin Khalid al-Ahmas, Ayyub bin Abi Tamimah AS-Sakhta Husain bin Aburrahman As- Sulaimi, Zaid bin Aslam, serta Zaid bin Rafi.

tulisan mereka berupa surat yg dikirim pada orang lain, yang berisi nasehat atau pesan Nabi SAW, seperti yang dilakukan Asid bin Hudhair al-Ansari kepada Marwan tentang persidangan pencuri, atau apa yang dilakukan Jarir bin Abdillah pada Muawiyah tentang sebuah hadits yang berbunyi: "insanlam yarham an-nsa l yarhamuhu Allah Azza wa Jalla (siapa yang tidak mencintai sesama manusia, niscaya Allah tidak akan mencintainya). serta hanya ada catatan langsung, yang pada waktunya akan menjadi diriwayatkan pada orang lain, atau anak didik-muridnya, baik melalui qiraah atau dikte (membaca atau didikte di depan peserta didik), diploma (memberi izin kepada murid-muridnya untuk meriwayatkan hadits pada orang lain), al-muktabah (menulis hadits yang diberikan pada muridnya), beberapa cara lain  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun