Secara lughawi, kata adil berasal dari bahasa Arab yang berarti tengah, lurus atau condong kepada kebenaran. Sedangkan secara istilah, para ulama memiliki pendapat yang beragam pendapat tersebut memunculkan lima belas macam kriteria, yaitu beragama Islam, baligh, berakal, taqwa, menjaga muru'ah, teguh dalam agama, tidak melakukan dosa akbar atau besar, tidak membiasakan dosa kecil, tidak melakukan bid'ah, tidak berbuat jahat, tidak berbuat dosa, maksiat, menjauhi perbuatan mubah yang merusak muru'ah, berakhlak mulia, diyakini mengandung informasi, umumnyaÂ
3. Perawi Dabit
Secara harafiah arti dabit berarti kuat, sempurna, kokoh serta hafal dengan tepat. Sedangkan secara istilah, dabit berkaitan dengan kapasitas intelektual perawi hadits. Secara umum  kriteria dabit dirumuskan menggunakan tiga macam kemampuan, sebagai berikut a. Perawi dapat tahu dengan baik sejarah yang sudah terjadi dengan apa yang didengar
 b. Para perawi menghafal dengan tepat setiap sejarah yang sudah terjadi beliau selepas dari mendengar.
 c. perawi bisa menceritakan balik  sejarah yang telah didengarnya dengan baik.
           Ketiga kriteria di atas dari para ulama diklaim menjadi dabit sadr. Selain sadr dabit ini pula dikenal kata dabit kitabah, yaitu suatu sifat yang dimiliki oleh perawi yang tahu dengan baik goresan pena-tulisan hadits yang ada pada buku-kitabnya, dan  mengetahui betul letak kesalahan-kesalahan di goresan pena-goresan pena yang dimilikinya. Sedangkan keadaan atau sikap yang dapat menghambat kedhabitan adalah sebagai berikut :
      a. dalam meriwayatkan hadits lebih galat.
      b. Kelupaan lebih menonjol daripada hafalan.
      c. Riwayat yang diajukan diduga kuat mengandung kesalahan.
      d. Riwayat yang disampaikannya bertolak belakang menggunakan riwayat perawi yang siqah, hafalannya jelek, meskipun sebagian riwayatnya benar.
Dengan demikian, perawi dabit merupakan perawi yang mampu memelihara hadis melalui ingatan (hafalan) atau tulisan. Jika beliau memberikan hadits, maka hafalannya sangat sempurna, serta Jika beliau menulis hadits, maka penulisannya akurat. Keakuratan pertama disebut dabit sadr, sedangkan ketelitian ke dua dianggap dabt kitabah.Â