Berdasarkan penjelasan para ulama, hadits illat umumnya terdapat pada :
 a. tiga sanad yang terlihat muttasil dan  martu", akan tetapi sebenarnya mawquf meskipun sanadnya pada keadaan muttail.
b. sanad yang terlihat marfu' serta muttasil, namun di kenyataannya mursal meskipun sanad tersebut pada keadaan muttasil.
c. Hadits yang mengandung kerancuan sebab bercampur dengan hadits lain dalam sanadnya. contohnya, kesalahan pengucapan nama perawi yang memiliki kemiripan atau kemiripan dengan perawi lain kualitasnya tidak sama.Â
            Jadi, illat artinya penyebab yang samar dan  tersembunyi yang bisa Mengganggu otentisitas hadits, meskipun secara lahiriah sepertinya aman dari cacat. seperti kisah seseorang anak kepada ayahnya sendiri. Oleh secara lahiriah diklaim muttasil (lanjutan) sebab pada umumnya terdapat kontemporer, namun selesainya diselidiki lebih lanjut, ternyata tidak menemukan tanda anak lahir ketika ayah mereka meninggal.
D. Sanad dan Hubungannya dengan Dokumentasi Hadits
      Hadits ditinjau dari segi kualitas tentunya memiliki dokumetasi hadits. Terutama dalam pendokumentasian sanad hadits. Adapun hubungan sanad dengan dokumentasi hadits yakni sebagai berikut.
1. Dokumentasi Sanad Hadits
Menjadi salah satu data sejarah lama, kitab-kitab hadits ialah salah satu dokumen sejarah yang cukup tua yaitu perjalanan sejarahnya sudah melalui waktu yang sangat lama, semenjak empat belas abad yang lalu. Isi dari kitab-kitab ini dipertahankan murni serta diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya terus menerus, sampai sekarang.Â
Salah satu keistimewaan atau keunikan hadis berasal dari dokumen sejarah hal-hal lain pada dunia, artinya data tertulis dari mereka yang menerima dan  meriwayatkan hadits-hadits ini, yang dimaksud dengan sanad. Dengan ketelitian, moral serta profesionalisme yang tinggi, terutama penulis kitab  hadits, hadits-hadits hadits didokumentasikan satu per satu. Hal ini dapat dipandang, contohnya, dalam kitab-kitab al-Jmi ash-Shahh oleh al-Bukhari dan  Muslim.
 kedua ulama di atas, menuliskan nama sanad hadits masing-masing. masing-masing, meskipun untuk hadits yang memiliki banyak jalan, seperti dalam mutawtir dan hadits-hadits populer. Begitu juga ulama lainnya, seperti Abu Daud, at-Turmudzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, ad-Darimi, Daruquthni, serta al-Hakim. Mereka tidak menulis hadits yang tidak ada sanadnya menuntaskan. Termasuk untuk hadits-hadits yang memiliki rantai jalan ganda.