Bila ketelitian perawinya kuat, maka hadits yang diriwayatkan itu benar. Bila akurasinya kurang kuat (qafil al-dabt), maka derajat hadits yang diriwayatkan turun sebagai hadits hasan. Sedangkan Bila akurasinya tidak kuat, maka hadits yang disampaikannya berstatus daif.
Baik adil juga dabit merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang dua perawi hadits. Jika keadilan perawi berkaitan dengan akhlak, maka karakter perawi erat kaitannya dengan kapasitas intelektual. Jika ke sifat ini menempel di kepribadian seorang perawi, maka yang bersangkutan biasa diklaim perawi siqah. Untuk mengetahui hadis perawi bisa diketahui berdasarkan kesaksian para ulama dengan mengacu pada biografi para perawi dan  lebih khusus lagi literatur al-jarh wa al-ta'dil.
4. Tidak Mengandung unsur Syuzuz.
         Hadits syuzu adalah hadits yang memiliki lebih dari satu rantai riwayat, dimana salah satunya diriwayatkan oleh seorang perawi siqah, namun hadits ini bertentangan dengan sanad hadits lain yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang juga siqah, maka salah satunya Langkah penting untuk memilih kemungkinan syuzu dalam hadits ialah dengan membandingkan satu hadits menggunakan hadits lain yang memiliki tema yang sama.Â
Para ulama mengakui bahwa penelitian wacana syuu hanya bisa dilakukan oleh peneliti yang mempunyai pengetahuan pada bidang hadits, dan  penelitian ini dianggap lebih sulit daripada penelitian tentang illat hadits.
         Dalam istilah yang lebih sederhana, syuzu ialah ketidakteraturan dalam hadits yang diriwayatkan oleh perawi siqah. Alasan perbedaan ini merupakan bahwa periwayatan ini bertentangan dengan hadits lain menggunakan tema yang diriwayatkan oleh lebih banyak perawi siqah. dengan demikian, selain ukuran kualitas sejarah, serta kuantitas mata rantai, perawi siqah kalah jumlah dengan perawi siqah lainnya. yang memiliki riwayat.
         Berkaitan dengan syuu ini terdapat perihal bahwa apapun derajat hadits, termasuk hadits mutawatir, Jika secara lahiriah bertentangan dengan ajaran al-Qur'an, maka dianggap shaz hadits. Pendapat ini tidak populer karena pada hakikatnya antara hadits shahih serta Al-Qur'an tidak akan terdapat kontradiksi, mengingat Al-Qur'an adalah sumber primer hadits. tidak mungkin sebuah cabang bertentangan dengan intinya. Bila ada dua kemungkinan, yaitu kurangnya pemahaman terhadap permasalahan, sebagai akibatnya tidak mampu menggabungkan keduanya. Atau konflik yang terjadi bukan pertengahan  yang sebenarnya.
5. Tidak Mengandung unsur `llat
            Pengertian 'illat di sini bukanlah pengertian umum  dalam ilm Ushul al-Hadits, yaitu stigma-stigma yang ada dalam hadits yang biasa diklaim menggunakan ta'n al-hadits atau jarh. yang dimaksud dengan 'illat dalam hal ini artinya sebab-sebab yang tersembunyi. yang menghambat kualitas hadis. Keberadaannya menyebabkan hadis yg secara lahiriah terlihat berkualitas shahih, pada akhirnya menjadi tidak sahih.
Para ulama mengakui bahwa penelitian illat ini relatif sulit karena sangat tersembunyi bahkan secara lahiriah terlihat benar. buat mengungkapnya diperlukan intuisi yang tajam, kecerdasan dan  hafalan yang sempurna serta pemahaman yang luas.
            Langkah penelitian yang wajib  dilakukan ialah mengumpulkan semua sanad untuk satu tema, lalu membandingkan sanad yang satu dengan yang lain. Demikian juga matanya dibandingkan menggunakan matan lainnya. Bila bertentangan dengan hadits-hadits lain dengan tema yang sama, atau isinya bertentangan dengan Al-Qur'an, berarti mengandung 'illat.