“ya, selamanya”
“kok begitu?”
“ya beginilah kami”
aku heran dengan jawaban kedua yang dia berikan padaku tetapi agaknya aku sudha mau mencium ketidak beresan dari bis ini aku hanya diam tidak mau menebak-nebak apakah dan mengapa, arah duduk didepanku dua kursi tepatnya aku melihat sepasang muda mudi yang agaknya sedang di mabuk asmara dan mereka berdua duduk seakan tidak mau melepaskan satu dengan lainya, sedikit terdengar dari suara sang pemudi.
“nanti ke Malioboro ya mas”
“ya “ jawab sang pemuda di sebelahnya tanpa juga menghiraukan bahwa banyak mata memandang tingkah keduanya.
Aku hanya tetap berharap bis ini tepat watu untuk menghantarku bertemu sang cinta dirumahku nanti. Bis ini baru tetapi ineriornya aku hanya menduga kok seperti keranda jenazah, ah ini hanya pikiranku terbawa capek bekerja tadi, tetapi sayup-sayup agak terdengar suara aneh yang aku dengar bukan celoteh penumpang tetapi jeritan, rintihan, dan permohonan, bukan gelak tawa penumpang seperti suara jeritan meminta pertolongan, aku hanya menepisnya ini kebanyakan khayal menurut akal sehatku hari ini.
Aku hanya aneh saja bukan lagu yang didengarkan dalam bis ini, sepertinya ayat-ayat kitab suci yang aku dengar, ah ini hanya nasyid tepisku lagi itu lagu-lagu islami yang setiapsaat aku dengarkan di handphoneku. Hanya saja aku jadi sedikit bingung setiap ada bangku kosong ada penumpang yang masuk ke bis pasti bau wangi aneh bukan bau AC lagi agaknya bau bungan mawar, dan melati juga kamboja, aku belum sadari ada penumpang yang masuk selalu beserta bau wangi yang menusuk hidungku.
“jangan kaget mas mereka akan sampai tujuannya”
“tetapi..”
“nikmati perjalanan ini saja mas kota J sudah hampir dekat” hibur penumpang disebelah kiriku ini.