Aku berlari menghampiri bis ini dan aku naik nampak beberapa penumpang ke arah J sudah ada didalam bis ini. Beberapa penumpang nampak sudah duduk dengan kantuknya masing-masing, bagaimanapun aku maklum hari sabtu hari bahagia bagi pekerja untuk menghabiskan akhir pekan dengan keluarganya, maklum bis ini bukan arah W ke kota J saja tetapi juga awalnya dari arah kota B sehingga aku maklum bila penumpangnya sudah pada lelah dan ketiduran didalam bis ini.
Aku masuk dalam bis yang penuh penumpang tetapi ada yang aneh dalam bis ini aku tidak hiraukan bukankah bis harusnya berbau ampek dan keringat penumpang tetapi in ibis nampaknya wangi dan semerbak aroma bunga aku tepis ini kan bis AC dan aku hanya maunya satu bertemu dengan istri tercintaku di J aku mau memakai bis AC yang sedikit mahal dari non AC aku siap toh aku sudah kantongi uang hampir sebulan menjadi buruh di kota W ini.
Aneh dan aku sedikit tidak biasanya aku dalam bis ini tidak ada canda tawa semua larut dalam kesibukan dan mereka penumpang menghadap kea rah depan tidak ada yang bercanda, aku maklum mungkin mereka pada kelelahan sehabis bekerja seperti aku.
Aku mencoba berakrab-akrab dengan penumpang disebelahku,
“mas mau ke kota J juga?”
“ya” jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun kearahku dan aku maklum karena lelah mereka bekerja jadi maklum, didepanku ada sepasang suami istri dengan anak yang di pangkunya menghibur sang anak yang sedikit rewel dan menagis kedua orang tuanya menghibur anak tersebut supaya tidak menangis aku sedih melihat pemandangan ini. Sedikit ke kanan ada ibu-ibu tua yang mengantuk dan tanpa peduli sudah mulai tidur dengan tanpa hiraukan teman disebelahnya, anehnya bis ini seakan halus tanpa ada rasa jalan-jalan yang dilaluinya, aku mengibur diri mungkin in ibis baru dan enak suspensinya, yang aneh lagi ada bau wangi yang menyerbak di dalam bis ini, ini pasti parfum AC aku juga tidak punya pikiran aneh karena tujuanku hanya satu bertemu istriku di kota J.
Tembang itu masih aku ingat suami istri yang menidurkan anaknya dengan tembang jawa yang membuat orang sedikit terhibur tetapi mengapa mereka mengapa muka anak itu tidak ceria dan rewelnya menjadi sementara penumpang sebelah kiri dan kanannya seakan tidak peduli pada tangisan anak ini aku heran belum heran kenapa lampu bis ini agak suram aku tidak hiraukan karena mungkin disengaja supaya penumpangnya bisa pada istirahat dengan tenang sore ini.
Lamunanku buyar karena seorang kondektur bis mendekati aku dan minta ongkos bis ini .
“ke kota J mas?”
“nggih, ya pak, turun arah G”
“dua puluh lima ribu mas”