Mohon tunggu...
Aisyah Safitri Hayati
Aisyah Safitri Hayati Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Instructor, Asesor and Writer

Aktif mengajar di SMKN 31 Jakarta, Instruktur dan asesor di LSP P2KPTK2 Jakarta Pusat- BNSP, Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raisha

15 Februari 2023   08:50 Diperbarui: 15 Februari 2023   08:56 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa bingung?, mas 'kan tidak melakukan dosa, ini musibah mas, cobaan untuk keluarga baru kita" Isterinya tersenyum tanpa beban.

Melihat isteri Maulana ia ingat dengan Rahma. Ia benar-benar ingin cepat-cepat menikahi gadis pujaannya itu. Gadis yang ceriwis yang selalu menaruh kekhawatiran pada dirinya yang kerap tak memberi kabar, gadis yang mengerti ketika ia sedang sibuk, gadis yang peduli dan tak menuntut apa-apa. Tiba-tiba ia ingat dengan perkataan gadis itu ketika ia dalam keadaan sakit.

"Saya tidak minta lebih dari kamu, kecuali kesembuhan kamu. Tolong jaga diri kamu baik-baik karena aku begitu mencintai kamu." kala itu Rahma mengucapkannya begitu lembut tanpa menoreh pada wajahnya. Sikap seperti itu yang membuatnya tersenyum sendiri. Tiba-Tiba, ia dikagetkan Maulana.

"Is, aku minta tolong, pinjamkan aku uang untuk modal jualan, dagangan sembakoku ludes terbakar" Maulana memelas.

"Iya, insya Allah aku pinjamkan besok." jawab Ishak.

"Saya, pamit mau langsung kerja." Ishak.

"Iya, Sob terima kasih" Maulana sambil merangkul Ishak.

Sepanjang perjalanan ia memikirkan pinjaman untuk Maulana. Ia bingung harus mengurungkan rencana menikah atau pesantrenin adiknya. Ia memang sudah lama menyiapakan uang untuk dua rencana itu. Keputusan yang sulit, baginya maulana adalah sahabat sekaligus saudara untuknya. Pikirnya dia harus menolong, karena saat ibunya sakit maulana selalu membantu pengobatan ibunya.

Ishak adalah pemuda yang kreatif, Ia menyukai dunia fotografer. Impiannya adalah mendirikan sekolah fotografer gratis untuk kaum marjinal. Ia bekerja sebagai fotografer di salah satu stasiun televisi  yang baru launching tahun kemarin.

Selepas bekerja, ia kerap memikirkan masalah Maulana menginai pinjaman uang. Pikirannya terlintas pinjam pada Nurhalimah, adik keduanya yang baru bekerja tiga bulan sebagai recepsionis di salah satu Bandara di Jakarta. Sontak ia ingat dengan rencana adiknya, yang sedang mengumpulkan uang muka untuk mengkredit motor, akhirnya ia mengurungkan niat meminjam uang pada adiknya.

"Apa yang dapat saya lakukan, ini diluar rencana saya, dan Allah memberi jalan seperti ini." Ishak membatin. Pikirnya, apa yang ia kumpulkan selama ini berarti Allah maksudkan bukan  untuk menikahi Rahma, atau pesantren untuk adiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun