Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Romansa Presdir: Antara Bisnis dan Cinta

16 Juli 2024   07:18 Diperbarui: 16 Juli 2024   07:29 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wei mengangguk mengerti. "Saya mengerti, Ibu. Tapi saya harus mengikuti hati saya dalam hal ini."

Setelah diskusi panjang yang penuh emosi, kedua orang tua Wei akhirnya setuju untuk mendukung keputusannya. Meskipun sulit bagi mereka untuk menerima perubahan ini, mereka mengerti bahwa kebahagiaan anak mereka adalah hal yang paling penting.

Setelah pertemuan itu, Wei merasa beban besar telah terangkat dari pundaknya. Dia merasa lega bahwa dia akhirnya mengambil langkah untuk mengikuti hatinya. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus memberitahukan Na tentang keputusannya.

Saat malam tiba, Wei mengunjungi Na di apartemennya. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, ditemani oleh cahaya redup lampu.

"Na, saya sudah membuat keputusan," ucap Wei dengan suara tenang, matanya menatap Na dengan penuh rasa.

Na mengangguk, menahan napas. "Apa keputusanmu, Pak Wei?"

Wei mengambil tangan Na di tangannya. "Saya tidak bisa menerima perjodohan itu. Saya menyadari bahwa ada seseorang yang sudah lama saya cintai, dan itu adalah kamu."

Na menatapnya dengan campuran antara kejutan dan kebahagiaan. Air mata mulai menggenang di matanya. "Pak Wei..."

Wei melanjutkan dengan tulus, "Na, saya tahu ini tidak mudah. Tetapi saya tidak ingin kehilanganmu. Saya mencintaimu, Na."

Na meraih tangannya dengan erat. "Pak Wei, saya juga mencintaimu. Saya tidak pernah berhenti berharap bahwa kita bisa bersama."

Mereka saling berpelukan dalam kebahagiaan dan rasa lega. Mereka tahu bahwa jalan ke depan tidak akan mudah, tetapi mereka siap untuk menghadapinya bersama-sama.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun